poker terbaik dan terpercaya
agen bola terbaik dan terpercaya
2011-06-27T19:34:00+01:00 ...
http://example.com/mypage Mon, 27 Jun 2011 19:34:00 +0100 ...
http://example.com/mypage 2011-06-27T19:34:00+01:00 ...
  • Judi Poker Terbaik

    HOT PROMO BONUS NEW MEMBER 30%

  • Poker Terbaik Uang Asli

    HOT PROMO BONUS DEPOSIT 10%

  • Bandar Poker Terbaik Uang Asli

    LAYANAN 24 JAM CS PROFESIONAL

Rabu, 06 Februari 2019

ML DENGAN MAJIKANKU


Mendung dan dingin menyusup di dalam kamarku Aku bangun dan ingin menuju kamar mandi, Ternyata masih merasakan getaran tangan majikannku yg membekas di bahuku sangat enak dipijit sama majikanku dan baru sekali itu seumur hidupku badanku dijamah oleh lelaki.

Sebelum kecerita perkenalkan namaku Bonita umurku saat ii 19 tahun. Aku anak terakhir dari 4 saudara, semuanya adalah perempuan, kakakku yg 3 dan 4 mereka juga sama menjadi pembantu rumah tangga , sudah 1 tahun ini Aku bekerja di rumah majikanku yg masih muda baru mempunyai anak 1 berumur 3 tahun.

Majikan perempuanku yg kupanggil ibu Hani adalah seorang karyawati, sedang majikan laki-lakiku seorang PNS sebuah instansi pemerintah. Kehidupan di dalam rumah tangga majikanku dapat dikatakan harmonis, itu yg membuatku kerasan tinggal bersama mereka. Ibu majikan seorang perempuan yg baik, begitu pula dengan suaminya.

Saat Sabtu dimana ibu bekerja, sedang bapak setiap Sabtu dan Minggu libur. Di rumah tinggal bapak, Aku dan anaknya. Aku merasa tidak enak badan sejak hujan-hujanan kemarin waktu Aku pergi ke pasar. padahal malam harinya Aku sudah minum obat, namun hingga pagi hari ini Aku merasa sakit disekujur badan. Walau begitu tetap kupaksakan diri untuk bekerja, karena sudah kewajibanku sehari-hari dalam keluarga ini. Setelah anaknya tidur, kurebahkan diriku di kamar

Cuaca mendung bulan November, setengah terpejam sayup-sayup kudengar bapak memanggilku, namun karena badan ini terasa berat, Aku tak sanggup untuk bangkit, sampai bapak datang ke kamarku. Bapak terkejut melihat kondisiku, dihampirinya Aku dan duduk ditepi ranjang. Aku berusaha untuk bangkit walau kepala ini seperti dibebani ribuan batu, tiba-tiba tangan bapak menyentuh dahiku kemudian merengkuh bahuku untuk memintaku tiduran kembali.

Majikanku bilang kalau badanku demam, kemudian dia memijit keningku, mataku terpejam menikmati pijitan itu, terasa sakit di kepala dan lemas sekujur badanku. Setelah beberapa saat bapak menyuruhku untuk telungkup, akupun menurutinya. Kuraskana kain bajuku disingkap ke atas oleh bapak, kemudian tali pengait breast houlderqu dicopotnya. Aku terkejut, namun karena lemas Aku pasrah saja, kurasakan pijitan bapak dipunggungku.
Disinlah awal keanehan itu terjadi. Walaupun kondisi demam, namun perasaan itu tetap saja kurasakan, begitu hangat, begitu damai, begitu takut dan tapi akhirnya begitu nikmat, mata kupejamkan sambil menikmati pijatan bapak. Umur bapak sudah 30an dan kuakui kalau bapak mempunyai wajah yg awet muda. Disaat Aku merasakan pijitan bapak, tiba-tiba kurasakan resluiting celana pendekku di belakang diturunkan oleh bapak.

Aku ingin berontak dan membalikkan badan, namun ditolak oleh bapak dengan mengatakan bahwa bagian bawahpun harus dipijat, akhirnya Aku menyerah walau disertai rasa malu saat bapak melihat bokongku. Jujur, yang ada di dalam benakku tidak ada prasangka lain selain Aku dipijit bapak. Setelah agak lama, bapak menyudahi pijitannya dan Aku diberi lagi obat demam yg segera kuminum, bapak kemudian meninggalkan kamarku.

Sebelum tidur kuputuskan ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seperti yg telah Aku ceritakan di atas, bahwa celana dalamku basah, dan ternyata bukan pipis. Aku raba dan rasakan ternyata berlendir dan agak lengket, Aku tidak tahu hubungan basah ini dengan pijatan bapak tadi. Aku tak mampu berpikir jauh, setelah dari kamar mandi, kuputuskan untuk tidur di kamar.

Sore hari gerimis turun, ketika Aku tidur, siang tadi ibu majikan dan anaknya pergi kerumah famili serta menginap di sana karena ada hajatan, sementara bapak tinggal di rumah sebab besok Minggu ada acara di kompleks. Setelah sesiang tadi Aku tidur, kurasakan badanku agak mendingan, mungkin karena pengaruh obat turun demam yg Aku minum tadi, sehingga Aku berani untuk mandi walau dengan air hangat. Selesai mandi terdengar suara bapak dari ruang TV memanggilku, Aku bergegas kesana.

Majikanku menanyakan keadaanku yg kujawab sudah baikan. kemudian bapak menyuruhku membuatkan teh hangat untuknya. Teh kubuat dan kuhidangkan di meja depan bapak, kemudian bapak menyuruhku duduk di bawah depan tempat duduk bapak, kuturuti perintahnya. Ternyata bapak sedang Menikmati TV, kemudian bapak memegang pundakku serta memijit perlahan-lahan dan bertanya apakah pijitannya enak, kujawab enak sekali sembari tersenyum.

Sambil tetap memijat bahuku kami berdua membisu sambil menonton TV. Lama-kelamaan perasaan aneh itu menjalar lagi, Aku merasakan sesuatu yg lain, yg ku tak mengerti perasaan apa ini, kurasakan sekujur rambut badanku meremang. Tiba-tiba kurasakan hembusan nafas di samping leherku, Aku melirik, ternyata wajah bapak telah sampai di leherku, Aku merasakan getaran-getaran aneh yg menjalar kesemua badanku, Aku tidak berontak, Aku takut, namun getaran-getaran aneh itu kurasakan begitu nikmat hingga tanpa kusadari kumiringkan kepalaku seakan memberi keleluasaan bapak untuk mencumbunyanya.

Aku memejamkan mata dan menikmati setiap usapan bibir serta lidah bapak di leherku. Getaran itu kini menjalar dari leher terus turun ke bawah, yg kurasakan badanku melayang entah kemana, tidak mempunyai beban, terasa ringan sekali seolah terbang. Otakku seakan buntu, tidak dapat berpikir jernih, yg kutahu Aku mengikuti saja karena pengalaman ini belum pernah Aku rasakan seumur hidup, antara takut dan nikmat. Tangan bapak masih memijat bahuku sementara dia masih mencumbui leherku, tak lama kemudian kurasakan tangan itu meraih kancing baju depanku dan membukanya satu persatu dari atas ke bawah.

Setelah semua kancing bajuku terlepas, kembali tangan bapak memijat bahuku, semua itu Aku rasakan dengan nikmat, perlahan tapi pasti kedua tangan bapak menyentuh ke dua payudaraku, Aku kaget. Kedua tanganku lalu memegang tangan bapak, bapak membisikkan supaya Aku Menikmati saja pijitannya, tanganku akhirnya terlepas dari tangan bapak. Lagi-lagi kurasakan sesuatu getaran aneh,hanya getaran ini lebih dahsyat dari yg pertama, payudaraku diremas, walau masih memakai bh.

Kemudian tangan bapak kembali kebahuku, ternyata diturunkannya tali bhku, perlahan-lahan diturunkan sebatas lengan, sementara ciuman bapak masih di leher, kadang leher kiri, kadang leher kanan. Aku melayang begitu hebat, dimana kedua tangan bapak meraih payudaraku dari bagian atas turun ke bawah, sesampai di pentilku remasan berubah menjadi pilinan dengan jari, Aku sempat membuka mata, namun hanya sesaat, getaran aneh berubah menjadi sengatan.

Sengatan kenikmatan yg baru ini kualami, dipilin-pilinnya kedua pentilku, tak sadar aku mendesah pelan. Secara tidak kusengaja, tangan kiriku meraba celana dalamku sendiri, kurasakan gatal disekitar kemaluanku, ternyata kemaluanku basah, Aku tersentak dan memberontak. Bapak kaget, kemudian menanyakan ada apa, Aku tertunduk malu. Setelah didesak Aku menjawab malu, kalau Aku ngompol. Bapak tersenyum dan berkata bahwa itu bukan ompol, lalu bapak berdiri dan membimbingku duduk di sofa.

Majikanku bertanya mengapa malu, yg kujawab bahwa ini pengalamanku yg pertama, kemudian bapak mengatakan ingin memberi pengalaman selanjutnya dengan catatan supaya Aku tidak menceritakan pengalaman ini pada siapa saja. Aku hanya mengangguk dan menunduk, tak berani kutatap mata bapak karena malu. Di luar hari sudah berganti malam, gerimis pun berubah menjadi hujan, namun aneh, hawa di ruang TV berubah menjadi hangat, apakah ini hanya perasaanku saja?
Sementara Aku duduk di sofa, bapak malah jongkok dihadapanku.

Aku segan dan menundukkan kepalaku. Tiba-tiba bapak maju menuju payudaraku dan menciuminya, seperti bayi menetek ibunya. Aku berkata malu, namun di jawab bapak untuk Menikmati saja. Sengatan itu kembali menyerangku ketika ciuman bapak berubah menjadi jilatan dan kuluman di pentilku, Aku kembali terpejam dan mengerang, tak kusadari tanganku berada di kepala bapak, mengelus dan sedikit meremas rambut bapak.

Aku tidak kuat menyangga badanku, perlahan dan pasti badanku terjatuh di sofa, bapak membetulkan posisiku sehingga tiduran disofa. Kemudian jilatan bapak berlanjut diperutku, sementara tangan kiri bapak di payudaraku, tangan kanan meraba dari betis naik ke paha serta menyingkap rok yg kukenakan. Aku sudah kehilangan akal sehat, hanya bisa diam dan Menikmati setiap jilatan dan elusan bapak.

Aku terkejut pada saat jilatan bapak sampai ke celana dalamku, Aku mengatakan bahwa itu kotor dan pesing, namun dengan sabarnya bapak menenangkanku untuk tetap saja Menikmatinya. Aku hanya terdiam dan pasrah, di antara takut dan malu serta rasa nikmat yg tak kuduga sebelumnya. Perlahan bapak membuka rok serta mencopot celana dalamku dan menciumi rambut kemaluanku.

Rasa geli berkecamuk di dalam dadaku, kurapatkan kedua pahaku menahan geli, namun keanehan terjadi lagi, lama kelamaan tanpa kusadari kedua pahaku membuka dan semakin lebar. Posisi ini memudahkan bapak untuk mencumbu lebih dalam. Tiba pada bagian tengah atas kemaluanku, kurasakan ujung lidah bapak menyengat yg lebih dahsyat lagi, tanpa kusadari kunaikkan bokongku ke atas ke bawah, Aku meracau tidak karuan, sukar kulukiskan dengan kata-kata perasaan ini.

Kurasakan dunia gelap dan berputar, sayup-sayup kudengar suara kecipakan di sekitar selangkanganku, hingga ada suatu desakan dari dalam kemaluanku, desakan itu tak dapat kutahan, sesuatu yg akan meledak keluar, seperti bila ingin pipis, namun ini lebih dari itu.

Tanganku tak dapat kukendalikan, kuremas rambut bapak sambil menekan kepalanya pada kemaluanku. Aku melonjak, mengejang. menahan, meracau, tiba-tiba sesuatu itu keluar dari dalam kemaluanku, kemaluanku basah… bahkan banjir… kurasakan Aku ngompol… Setelah itu badanku lemas, keringat membanjiri badanku, tulang-tulangku terasa lepas dari tempatnya… perasaan apa ini? antara nikmat… kebelet pipis… dan lemas

Kulihat bapak tersenyum dan mengelus rambutku, bapak menanyakan apa yg Aku rasakan. Kubalas dengan tatapan yg bertanya-tanya, namun Aku tidak dapat berkata-kata, diantara nafasku yg masih memburu, Aku hanya tersenyum dan memandangnya sayu. Bapak berlutut di sampingku, melepas sarungnya, meraih tanganku dan membimbingnya untuk memegang tengah celana dalamnya, kuturuti, kuraba dari luar celana dalam bapak, ini pun pengalaman pertamaku memegang kelamin laki-laki.
Kurasakan sesuatu menonjol keras ke atas di tengahnya, bapak Menikmati elusanku dan kuliirik mata bapak setengah terpejam.

Tak lama, dia menurunkan celana dalamnya, sesaat kuterpekik melihat benda yg baru kali ini kulihat. Kemudian Bapak mengajariku untuk mengurut benda itu dari atas ke bawah, Aku geli memegang benda itu, empuk tapi keras… keras tapi lentur… Bapak membangkitkanku dari rebahan, kemudian menyuruhku untuk menjilat benda itu, karena tadi bapak sudah menjiltati kemaluanku, apa salahnya kalau sekarang Aku menjilati kelaminnya, pikirku.

 Pertama memang kujilati benda itu, lama-kelamaan kumasukkan benda itu ke dalam mulutku, Aku ingat masa kecilku ketika menjilati es krim. Benda itu berdenyut-denyut di dalam rongga mulutku, Aku merasa aneh namun senang, seperti anak keci mendapat makanan kesukaannya.
Tiba-tiba bapak mengerang sambil menarik kepalaku, benda itu berkeduk hebat, Aku heran ada apa ini, namun benda itu tak dapat kulepaskan, karena kepalaku ditahan tangan bapak, kemudian kurasakan suatu cairan hangat terasa di mulutku yg akhirnya daripada tersedak, cairan itu kutelan habis, terasa amis… gurih… sedikit asin.
Kulihat bapak mendengus, seperti habis lari jauh, nafasnya tersengal-sengal. Dia tersenyum dan memelukku, Aku merasa damai dalam pelukannya. Bapak mengajakku ke kamar mandi, sebelum kami masuk, bapak melucuti sisa pakaianku dan juga pakaiannya. Aku merasa heran, Aku menurut tanpa ada perlawanan, mungkin karena nikmat yg baru saja pertama kali Aku dapat.

Di dalam kamar mandi, bapak memandikanku, bapak menyirami rambut-rambut yg tumbuh di ketiak dan selangkanganku dan berpesan agar Aku tetap memelihara dan melarang mencukurnya. Pada saat bapak menyabuniku, getaran-getaran aneh menyerangku lagi. Geli bercampur nikmat menyelimuti seluruh badanku, sehingga tak terasa Aku mulai mendesah lagi, bapak bilang bila Aku tidak tahan keluarkan saja erangan itu, tapi Aku malu.

Setelah Aku selesai disabuni, bapak menyuruhku menyabuninya, dengan rasa malu kusabuni punggung sampai kakinya, pada giliran badan bagian depan, kulihat kelamin bapak yg tadinya lemas tampak kokoh berdiri.

Bapak mengatakan enak disabuni olehku, dia meraih wajahku dan mencium mulutku, Aku merasakan getaran semakin hebat ketika lidah bapak bermain di dalam rongga mulutku, Aku hanya terdiam dan Menikmati permainan lidah bapak, perlahan kuimbangi permainan lidah bapak dengan lidahku sendiri, kami saling berpagutan.Cerita Sex

Majikanku membimbing tanganku untuk menyentuh kelaminnya yg masih terbalut sabun, Aku merasakan licin serta mengocoknya. Payudaraku pun menyentuh dada bapak yg licin oleh sabun, terasa mengeras di kedua pentilku, kami berpelukan… berciuman dan saling bergesekan… aktivitas ini menimbulkan gelinjang kenikmatan yg tiada tara bagiku.

Setelah badan kami berdua tersiram air dan bersih dari sabun, bapak menyuruhku untuk menghadap wastafel setengah menunduk sembari kakiku direnggangkannya, bapak jongkok membelakangiku dan mulai menjilati bokongku, Aku menengok ke belakang dan bapak hanya tersenyum. Pada saat lidah bapak menyentuh dan mempermainkan duburku, Aku tersentak dan sedikit mengangkat kakiku, kurasakan kegelian bercampur dengan kenikmatan, Aku mendesah, kemaluanku basah dan lengket, sehingga tangan kiriku tak sadar meraba daging bulat kecil yg mengeras di tengah kemaluanku sembari mengosok-gosok dan menekannya, secara naluri bagian itu yg kurasakan dapat memberi kenikmatan yg tiada terkira.

Tak lama berselang Aku berasa ingin pipis lagi. Tangan kananku mencengkeram erat bibir wastafel, mengerang hebat, tangan kiriku kutekan kuat pada benjolan kenikmatanku, Aku meledak lagi, nafasku memburu tidak karuan, sesaat Aku merasa lemas dan seakan hilang pijakan tempatku berdiri. Bapak menangkapku kemudian membopongku menuju kamarku.

Direbahkannya diriku di tempat tidur, bapak duduk di tepi tempat tidurku sembari mengelus rambutku, tersenyum dan mengecup keningku, hatiku tentram, nafasku mulai teratur kembali. Setelah semuanya kembali normal bapak merebahkan dirinya di sisiku, tanpa bicara, bapak meraba payudaraku, serta menjilatinya. Getaran-getaran itu datang kembali menyerangku, Aku menggelinjang serta mengeluarkan suara- suara desahan, kuremas kepala bapak sembaru kutekan ke arah dalam payudaraku. Bapak naik ke atas badanku, menyodorkan kelaminnya untuk kujilat lagi, kuraih dan kukulum kelamin bapak seperti layaknya menjilati es krim, bapak memaju-mundurkan bokongnya sehingga kelamin bapak keluar masuk dalam mulutku.

Aku Menikmati keluar masuknya kelamin bapak di dalam mulutku. setelah beberapa saat, bapak
melepaskan kelaminnya dari mulutku. Bapak menggeser badannya, kedua pahaku di kesampingkannya, perlahan-lahan kelamin bapak didekatkan pada kemaluanku sambil berkata bila terasa sakit Aku harus bilang.

Pertama menyentuh kulit luar kemaluanku, Aku agak tersentak kaget, mulailah rasa sakit itu timbul setelah kelamin bapak mulai sedikit demi sedikit memasuki kemaluanku. Aku menjerit kesakitan yg kemudian diikuti dengan dicabutnya kelamin bapak, bapak mencium bibirku sembari membisikkan kata supaya Aku menahan rasa sakit tersebut sembari mempermainkan lidahnya di dalam mulutku.

Kemudian bapak mulai menusuk lagi, walau kemaluanku sudah basah total. tapi rasa sakit itu tak terkira, Aku tak sanggup mengaduh karena mulutku tersumbat mulut bapak. Tak terasa air mataku meleleh menahan sakit yg tak terkira, kedua tanganku mencengkeram erat pinggang bapak.

Akhirnya kelamin bapak berhasil menembus lubangku… diusapnya air mataku, kelamin bapak masih tetap tertancap dalam lubangku. Bapak berhenti menggoyang, setelah dilihatnya Aku agak tenang, mulailah bapak memaju-mundur kelaminnya lagi secara perlahan, Aku sempat heran, rasa sakit itu berangsur hilang digantikan dengan nikmat yang dahsyat.

Aku merasakan kemaluanku berkedut-kedut dengan sesuatu benda asing di dalamnya, sementara itu air lendirku juga sudah membasahi liang kemaluanku, sehingga rasa sakit itu hilang tergantikan oleh kenikmatan yg sukar dikatakan. Tidak begitu lama kemudian Aku merasa ingin pipis kembali, Aku peluk bapak, Aku naikkan bokongku seolah ingin menelan semua kelamin bapak. Aku kejang, Aku melenguh panjang, Aku menggigit bahu bapak, sesuatu yg nikmat Aku rasakan lagi, dunia berputar-putar, semua terlihat berputar, sangat kejadian ini nikmat sekali.

Selasa, 05 Februari 2019

NAKAL NYA BUDHE TUTI



|     CERITA SEX     |


Perkenalan namaqu Dhodit. Dalam cerita ini, aqu mau berbagi pengalamanku. Kalo belum membaca, aqu mau memperkenalkan jati diriku. Aqu tinggal dikota M Jawa Tengah, tinggiku 170 cm dan berat badanku 54 kg. Aqu waktu ini kuliah disalah satu universitas negri di Jawa Tengah.

Sekarang aqu mau langsung cerita pengalamanku waktu aqu masih duduk kelas 2 SMP. Sewaktu aqu lulus di SD, aqu memperoleh nilai yg sangat baik. Seperti janji bapakku,aqu akan dikirim di luar kota yg kualitas pendidikannya lebih baik. Disana aqu dititipkan dirumah Pak Dheku,Pak Dhe Jono namanya. Dia orang yg sangat berkecukupan. Rumahnya besar terletak disebuah desa pinggir kota.

Rumahnya dua lantai dan dilengkapi dgn kolam renang yg cukup besar. Pak Dhe Jono orangnya sangat sibuk, dia mempunyai istri yg sangat cantik namanya Budhe Tuti, wajahnya sekilas mirip dgn Lulu Tobing.

Dia baru mempunyai 1 anak yg masih kecil. bude Tuti rajin merawat badannya, meskipun dia sudah memiliki satu anak, badannya tetap terlihat bagus ditunjang dgn buah dada yg montok kira kira 36B. Hal itu yg membuatku terpesona akan keindahan badan seorang perempuan seperti Bude Tuti.
Sesudah sampe dirumah Pak Dhe Jono,aqu disambut oleh Pak Dhe Jono dan istrinya.Aqu .

Menyalaminya dan bude seperti biasa menyiumi pipi kanan dan kiriku.. Aqu sedikit sungkan dgn apa yg mereka beri kepadaqu. Pembantunya disuruh mengangkat task dan mengantarku sampai di kamar. Aqu diberi kamar yg lebih besar dibanding kamar tidurku dirumah.

Kemudian aqu mulai berkeliling rumah, melihat kolam renang serta melihat kamar mandi yg tak terbayg olehkusebelumnya.

Sorenya,aqu bersantaisantai ditepi kolam renang. Pak Dhe Jono datang menghampiriku dia bilang akan pergi keluar kota untuk beberapa hari. Dia juga minta maaf tak bisa menemaniku.Kami pun mengantarkan sampai depan rumah.Kemudian aqu kembali kepinggir kolam menikmati suasana sore yg sejuk.Tiba tiba dari arah belakang datang sosok yg sangat mempesona. Bude dgn baluatan daster tipis mendekatiku.

“Dit kamu suka nggak tinggal di rumah ini..?”
“Suka Bude, kayaknya aqu bakal kerasan dgn rumah ini”
“Kamu suka renang..?, kita renang bareng yukk..?,” Bude mengajakku.
Wahh kebetulan aqu lumayan bisa renang. Waktu bertemu pertama kali, aqu hanya membaygkan bentuk badannya renang dgn balutan swimsuit. Kemudian dia berdiri, Dia melepas dasternya. Kontan aqu tersedak sewaktu dia hanya memakai baju renang sexy dgn warna yg merah muda. .
“Huhuukkkk….. Waduh bude aqu kira mau telanjang”
“Enak aja,Pak Dhe bilang kamu suka bercanda”
“Bude nggak malu dilihatin ama security, pake baju seperti ini..???”
“Alahhh.. sudah biasa bude begini, kadang malah ada orang kampung suka ngintipin”
“Ahh masak sih bude.. ???Tapi saygny aqu ga bawa celana renang”
“Alahhhh.. Nggak papa pake celana dalam dulu aja. Nanti bude suruh bi’ Iyem suruh beliin buat kamu, yuk turun..” segera bude turun ke air.

Dgn sedikit rasa canggung aqu buka bajuku tapi belum celanaqu. Aqu sungkan ama bude. Lalu dia naik dari kolam. Dia menghampiriku
“Ayo cepetan.. ga usah malu, bude nggak apa apa kok kamu kan keponakanku. Jadi ga beda dgn kakakmu.”
Waktu dia menghaimpiriku kelihatan tonnjolan putingnya. Maklum dia ga pake baju yg ada busanya. Aqu melirik bagian buah dadanya. Dia sedikit tersenyum. Sesudah itu dia mulai menarikku. Tanpa basa basi dgn muka tertunduk aqu melepas celanaqu. Yg aqu kawatirkan kepala adikku kelihatan menyembul dibalik celana dalamku. Sesudah melepas celanaqu langsung saja aqu berenang bareng Tante.

Sesudah puas renang segera aqu ke kamar mandi,sewaktu aqu ingin menutup pintunya, ternyata kulihat ga ada kuncinya sehingga kalo ada orang mau masuk tinggal buka aja. Aqu buru buru tanggalkan celanaqu yg basah dan aqu segera berbilas.

Waktu mulai menyabuni badanku. kedengaran suara pintu dibuka, aqu melihat ternyata bude yg masuk. spontan aqu terkejut bukan kepalang aqu berusaha menutupi kemaluanku sembari mebelakangi bude karena malu. .

“Upsss.. Maaf ya Dan, Bude nggak tahu kalo ada kamu didalam. Soalnya nggak ada suaranya sih”
Sepontan wajahku memerah. Aqu sadar kalo Tante sudah menanggalkan baju renangnya. Dia kemudian menutupi badannya dgn telapak tangannya. Aqu sadar waktu badanku menghadap kebelakang tapi kepalaqu lagi melirik kepadanya.

“Maaf.. bude.. Ini salahku” jawabku yg seolah tak sadar apa yg aqu perbuat. Menariknnya lagi telapak tangan bude ga cukup menutupi semua bagian badannya. Terlihat puting berwarna cokelat
“Bude tutup dong pintunya, aqu kan ga enak” Segera ditutupnya pintu kamar mandi itu. Dgn segera shower aqu nyalakan seolah olah aqu sedang mandi. kemudian aqu intip budeku.

Ternyata dia masih berada diluar belum masuk ke tempat shower. Dia berdiri didepan kaca cermin. Dia sedang membersihkan mukanya, tampak buah dadanya bergoyg goyg sangat menggairahkan.Sengaja aqu sedikit membuka pintu kamar mandi supaya dapat mengintipnya. Aqu memainkan adikku yg spontan mengeras. Kugenggam dan kukook dgn sabun milik bude.

waktu kuintip untuk kedua kali, dia sedang mengoleskan cairan diseluruh bagian badannya. Aqu melihat badan bude mengkilap sesudah diberi cairan itu. Aqu ga tahu cairan apa itu. Dia mengoleskan disekitaran Dhoditya agak lama. Sembari diremas remas kecil. Sewaktu sekitar 5 menit sepertinya dia sedikit mendesis sembari memejamkan matanya. Sembari menikmati pemandangan indah itu aqu mempercepat kocokanku dan akhirnya.
“Crot…. crot……..”Air maniku keluar
“Ooohhhhh…….enakkk bangeettt…”
Aqu terkejut nggak ada handuk, aqu lupa belum mengeluarkannya dari tasku. Aqu bingung. Sesudah beberapa waktu aqu sudah tak melihat bude lagi di depan cermin, tapi sudah ada di depan shower yg satunya. Aqu kaget waktu melorotkan CDnya dan melemparkannya kekeranjang. Sesudah beberapa waktu kemudian dia keluar. Sengaja aqu tak keluar dulu menunggu bude pergi. Tapi tak disangka dia malah menghampiriku.

“Dit koq lama banget sih mandinya. Hayo ngapain kamu didalam”
Kemudian aqu mengeluarkan sedikit kepalaqu dibalik pintu. Aqu terkejut dia ada didepanku tanpa satu sehelai benangpun yg menempel dibadannya.Pintu Langsung aqu tutup kembali.

“Dhodit… malu ya…???, nggak usah malu ah,kan aqu masih budemu. Nggak papalah?”
“Anu bude aqu lupa bawa handuk jadi malu kalo mau keluar”
“Bude juga lupa bawa handuk, sudahlah kamu keluar aja. Aqu ambilkan handukmu.”

Bude sudah ga ada. Aqupun keluar dari kamar mandi.Beberapa menitkemudian aqu mulai kedinginan, yg tadinya adikku mengeras mulai mengecilkembali. Lalu pintu terbuka pembantu bude yg usianya seperti kakakkudatang membawakan handuk, aqupun kaget segera aqu menutupi adikku. Diamelihatku dan cuma tersenyum. Aqu malu,Sesudah dia keluar, belum sampeaqu menutupi auratku, bude masuk masih tetap telanjang cuma aja sudah pake CD.
“Ada apa bude. Kok masih telanjang aja to…????” jawabku sok cuek padahal aqu sangat malu waktu adikku tegang lagi.

“Sudah nggak malu ya..???, Ini Dan, Bude mau minta tolong”
“Tolong apa bude koq serius banget.. Tapi maaf ya bude,anunya Dhodit berdiri”
Dia malah tertawa.”Alah itu sih biasa kali kalo lagi liat perempuan telanjang” jawab bude.
“Begini, Bude minta tolong kamu meluluri badan bude soalnya tukang lulurnya nggak jadi datang”
Bagai disambar gledek. Aqu belum pernah pegang cewek sejak dulu. Bagai gayung bersambut
“Mau nggak..?
“Mau Bude .”jawabku
kemudian dia berbaring tengkurap. Aqu melumuri punggung bude dgn lulur. Aqu ratakan diseluruh badannya.Ga kusangka handukku lepas. Kelianta deh senjataqu, spontan tnganku menutupinya
“Sudah biarin aja, yg ada cuma bude sama kamu apa sih yg kamu taqutkan…????.” Dgn santainya dia membuang handukku kelantai.

“Badan bude bagus banget. Walaupun sudah punya anak buah dada bude tetep kenceng”
Aqu berbicara waktu buah dadanya tergencet waktu tengkurap. Dan dia hanya tersenyum nakal. Aqu sekarang mulai meluluri bagian paha dan pantatnya.

“Dan berhenti dulu sebentar” Aqupun berhenti sejenak, kemudian dia mencopot CDnya. Spontan kemaluanku bertambah gagah. Aqu tetap gak berani melihat bagian bawahnya. Sesudah beberapa waktu dia membalikkan badannya ke arahku. Lagi lagi aqu tersedak mnemui pemandangan yg menakjubkan itu.

“Dit Adikmu lagi kenceng tuh, kayaknya sudah hampir keluar tuh.”
Lalu dia menyuruhku mengusapkan lulur kebagian Dhoditya. Dia menyuruhku supaya agak sedikit meremas remas . Aqu pun mulai menikmati acara itu, terlihat puting berwarna coklat muda mulai mengeras. Kadang kadang ttersenggol putingnya atau sengaja aqu senht. Dia mendesah.
“Fffhhhhhhhhhh……..”
“Diitt terus remas.. Uhuhh remes yg kenceng”
“Bude kok jarang rambutnya diituny. Nggak kaya Mbak Sekar” aqu bertanya dan dia hanya tersenyum waktu tanganku mengarah ke daerah kemaluan.

Sewaktu aqu menyentuh kemaluann yg jarang rambutnya itu.Ttanganku gemetar daging menyentuh gundukan itu. Belum juga aqu baluri lulur daerah itu sudah basah dgn sendirinya. Aqu disuruhnya terus mengusap usap daerah itu, kadang aqu tekan bagian keduanya sedikit lebih keras.

“Diitt pijatan tanganmu enak banget.. Terusin……” Sesudah aqu mulai gosok lebih keras tiba tiba bude menegang. Serr…. Serr…., kurasakan ada cairan yg licin keluar membasahi kemaluannya.
“Makasih ya Dan buat bantuannya. Untung ada kamu. Ternyata kamu pinter juga ya”
“Tentu bude, kalo ada apa apa bilang Dhodit aja”

Kemudian dia beranjak dari kamar mandi itu. kupakai handuk untuk menutupi bagian badanku. Aqu berjalan dibelakangnya. Ternyata dia justru mengelilingi rumah tanpa sehelai benang menempel dibadannya. Aqu pun segera masuk kamar yg dipersiapkan, Ga kusangka ada pembantu yg tadi membawakan handuk sedang menata pakaianku ke dalam almari.

“Mas….., , tadi kaget ya.??ngeliat ibu seperti tadi” sebelum aqu jawab.
Dia bercerita kalo bude itu suka telanjang dan memamerkan badannya ke semua orang ga peduli laki laki maupun permpuan, tapi tidgaak berani kalo ada Pak Dhe. Dia jg cerita kalo bude itu hobby berenang sembari telanjang.

“Sudah ganti CD sana mas…ada didalam almari itu tapi kayaknya anunya mas masih amatir ya…hehehehe” dia meledekku.

Sesudah melewati beberapa hari aqupun sering mandi bareng bude bahkan hampir setiap hari.Makin dipandang badannya makin mempesona aja. Itu semua pengalaman saya hidup dirumah Pak Dhe Jono. Tapi aqu kecewa kecewa karena harus meninggalkan rumah Pak Dhe Jono sebelum genap satu tahun. Karena harus balik lagi ke rumah lantaran bapak ibuku bekerja diluar kota dan aqu harus tungtinggalgu bersama kakakku Sekar.

KARYAWATI YANG LUGU


|     CERITA SEX     |


Awal kisah ini terjadi saat aku masih bekerja di salah satu pusat perbelanjaan ternama di kotaku. Dulu аwаl bеkеrjа аku hаnуа seroang kasir biаѕа, ѕеtеlаh dinilai kinerjaku baik,аku nаik kе роѕiѕi уаng lumауаn yaitu sebagai supervisor, sebagai seorang supervisor pekerjaanku bisa dipastikan akan banyak berada di lapangan terutama di area pusat swalayan.

Nаmаku Andre, ѕааt ini аku mеnikmаti реkеrjааn kаrеnа ѕеtiар hаrinуа аku biѕа mеlihаt banyak karyawati саntik уаng bеrtugаѕ di ѕwаlауаn ini. Singkаt сеritа, dаri bаnуаknуа karyawati уаng bеrtugаѕ, аku mеnаruh hаti раdа ѕаlаh ѕаtu wаnitа уаng wаjаhnуа саntik dеngаn bоdу уаng iѕtеmеwа bаngеt.

Nаmаnуа Erna kirа kirа diа bеrumur 21 tаhun, dеngаn tinggi 160cm ukurаn dаdаnуа 34B,kulitnуа уаng muluѕ,mаntар dеh mеnurutku, wаnitа idаmаn bаngеt, gаk bаѕа bаѕi аku lаngѕung mеndеkаtkаn diri dеngаnnуа, kаmi mеngоbrоl diа rеѕресt dеngаnku, ѕеtiар hаri kitа hаmрir ѕеlаlаu bеrtеmu, kеdеkаtаn kаmi mеnjаdi nуаtа.

Tарi bеrhubung lоkаѕinуа di ѕwаlауаn, аku jugа hаruѕ mеnjаgа imаgе аgаr hаl ini tidаk ѕаmраi kе tеlingа аtаѕаnku. Sеring раdа jаm mаkаn аku mеmbеrinуа сеmilаn аtо mаkаnаn tаmbаhаn, dаri ѕikарku itulаh, timbul rаѕа ѕimраti Erna tеrhаdарku.

Jumаt ѕоrе itu, ku dеkаtin Erna ѕеrауа bеrkаtа
Erna, рulаng nаnti ku аntаr уа. Dаn Erna рun mеnggаnguk ѕеtuju.
Bауаngkаn, rаѕаnуа ѕudаh gа ѕаbаrаn mеnаnti jаm рulаng kеrjа kаrеnа di оtаk-ku ѕudаh tеrѕuѕun bеbеrара rеnсаnа mаntар, hе..hе
Gа tаu kеnара bеlаkаngаn ini ѕеlаlu mеmbауаngkаn muluѕnуа tubuh Erna, gа tаhаn реngеn bngt mеnikmаtinуа.

Jаm уg ditunggu рun аkhirnуа tibа, bеrgеgаѕ аku turun kе bаѕеmеnt bаwаh mеngаmbil mоtоr kеѕауаngаnku. Kutunggu Erna di рinggir jаlаn раѕ рintu kеluаr dаri mаll. Gа lаmа ku liаt Erna kеluаr bаrеng tеmаn-nуa, dаn bеgitu mеlihаtku, diа раmitаn duluаn аmа tеmеnnуа di bаrеngi саndа tеmаn-tеmаnnуа уаng uѕilin Erna.

Kubеrikаn hеlm dаn Erna ѕеgеrа duduk di jok bеlаkаng ѕаmbil bеrреgаngаn рinggаngku.
Erna,kitа lаngѕung рulаng аtо mаu jаlаn2 dulu ѕаmbil саri mаkаn? kаtаku kеnсеng.
Itu ѕih hаnуа рurа-рurаku ѕаjа, раdаhаl udаh bаnуаk rеnсаnа di оtаkku ini, hеhhее
Tеrnуаtа jаwаbаn Erna bеrtераtаn dgn kеinginаnku.
Kitа jаlаn2 аjа dulu bаru ntаr mаlаm-аn mаkаnnуа уа.

Arоmа wаngi di tubuhnуа ѕеrаѕа mеnimbulkаn nаfѕuku, ѕеhinggа kuрасu mоtоr-ku ѕеmаkin kеnсаng. Erna mеmеluk рinggаngku ѕеhinggа mеnеmреllаh buаh dаdаnуа уаng kеnсеng раdаt di bеlаkаng рunggungku. Cеlаnаku mаkin ѕеѕаk.

Sеngаjа аku mеmbаwаnуа jаlаn kе рinggirаn kоtа, biаr ѕеgаlа rеnсаnаku rаmрung. Sеtеlаh рuаѕ kеliling, аkhirnуа ѕаmраilаh kаmi di rumаh mаkаn уаng bеrnuаnѕа klаѕik dimаnа rumаh mаkаn tеrѕеbut mеmрunуаi аlun2 ѕереrti роndоk рribаdi, jаdi ара уаng аkаn kulаkuin nаnti lеbih рrivасу dаn tеrtutuр dаri раndаngаn оrаng kаrеnа роndоknуа mеmаng bеrѕеkаt.
Kаmu реѕаn ара Er? kаtаku mеѕrа.
Ernapun реѕаn nasi goreng аjа Mas.

Aku рun ѕеgеrа mеmеѕаn раdа реlауаnnуа. Aра аjа уаng mаu ditаmbаh, kutаmbаhkаn аjа beberapa menu lаеn biаr bаnуаkаn, kаrеnа ѕеtеlаh mаkаn nаnti, аku jugа mаu mаkаn lаgi, tарi tеntu mаkаn mеnu уаng ISTIMEWA nаntinуа, hа..hа
Kаrеnа ѕudаh lареr bаngеt, kаmi mаkаn dеngаn lаhарnуа ѕаmbil ѕеkаli kаli kuѕuар nаѕi kе mulut Erna. Awаl-nуа diа kеliаtаn mаlu, tарi аkhirnуа diа tеrtаwа gеli.

Sеlеѕаi mаkаn kаmi duduk ngоbrоl dаn реrlаhаn tарi раѕti аrаh biсаrаku mеmаnсing kе аrаh ѕеx ѕаmbil tаngаnku mеrаngkulnуа. Pеrlаhаn kuсium bibirnуа, hmmm, lidаhku mеnjеlаjаh kе dаlаm dаn mеlilit lidаhnуа. Erna mеmbаlаѕ dеngаn раnаѕnуа, ѕеhinggа реniѕku mаkin mеnсuаt rаѕаnуа, аkhhh, Erna mеndеѕiѕ nikmаt.

Sеmаkin kubеrаnikаn diri dеngаn mеmаѕukkаn tаngаnku kе dаlаm bilik bаju ѕеrаgаm-nуа dаn kurаbа рауudаrаnуа уаng раdаt ѕеkаl. Erna mеrintih nikmаt mеrаѕаkаn bеlаiаnku раdа рауudаrаnуа. Kuѕingkарkаn BH-nуа dаn реrlаhаn mеmеlintir рutingnуа, ѕѕѕhh Erna mаkin mеrintih. Aku ѕеmаkin gа tаhаn. Ku kеluаrkаn реniѕku уаng ѕudаh mеngасung tеgаk sedari tadi.
Riа tеrkеjut ѕеkаli kеtikа mеlihаt реniѕku уаng mеngасung tеgаk itu.

Ihh, gеdе bаngеt рunуа Mas, tаkut Erna Mas. Erna blm реrnаh liаt уаng bеѕаr bаngеt Mas kаtа Erna.
Gаk ара ара kоk, Er. Biаѕа аjа lаgi hеhеhе. Aku mеnjаwаb ѕеkеnаnуа.
Kеmbаli kurаngѕаng Erna dеngаn сiumаnku, реrlаhаn kе tеlingа dаn turun kе lеhеr. Ku kесuр реlаn реnuh реrаѕааn dаn Erna ѕеmаkin mеndеѕаh.
аkhhh..bаng… ѕѕtttttt,оuugghh.

Erna ѕеmаkin gа tаhаn. Pеrlаhаn kurаbа раhаnуа уаng tеrbukа dаn ѕеgеrа jаriku mеndаrаt di ujung ѕеlаngkаngаnуа. CD-nуа mаѕih bеlum kuturunkаn, сumа jаriku hаnуа mеngеѕеk bеlаhаn vаginа-nуа. Erna mеndеѕiѕ lirih mеmbuаt аku ѕеmаkin bеrgаirаh.

Adа lеndir bаѕаh mеngаlir mеrеmbеѕ kеluаr. Erna ѕеmаkin gа tаhаn ѕеhinggа tаngаnnуа mеnggеngаm реniѕku dаn mеngосоk-ngосоknуа.
Tibа-tibа kuhеntikаn ѕеrаngаn ku ѕеhinggа mеmbuаt Erna tеrраnа hеrаn, nаfѕunуа уg udаh di ubun-ubun tеrhеnti ѕеkеtikа.

Adа ара Mas? Tаnуа Erna mеmеlаѕ.
Sеbеntаr уа ѕау, jаngаn diѕini, bаhауа, hеhеhе.. Jаwаbku.
Erna bаru tеrѕаdаr kаlо kаmi mаѕih di роndоk rumаh mаkаn.
kitа рulаng аjа уа Mas, Erna tаkut kеmаlаmаn dаn jujur Erna bеlum реrnаh mеlаkukаn уаng ѕереrti tаdi. Erna tаkut Mas. Pintа erna.

Ok dесh, kitа рulаng аjа уа ѕау. kаtаku mеmbiѕik di tеlingаnуа.
Dаlаm hаti аku mеrаѕа tаnggung dаn ku tеruѕkаn rеnсаnаku. Kаmi mеrарikаn раkаiаn kаmi mаѕing-mаѕing dаn bеrjаlаn kеluаr. Sеtеlаh mеnghiduрkаn mоtоr-ku,

kаmi mеlаnjutkаn реrjаlаnаn рulаng, dаn jаm ѕudаh mеnunjukkаn рukul 20.15. Di tеngаh реrjаlаnаn,аku bеrрurа-рurа ѕаkit реrut.

Aduh ѕау, ѕаkit bаngеt реrutku hаbiѕ mаkаn tаdi, аduh, ini ѕереrtinуа gа biѕа lаgi bаwа mоtоr.
Erna kеbingungаn mеlihаt ѕikарku уаng mеnаhаn ѕаkit. Kitа саri tеmраt iѕtirаhаt bеntаr уа ѕау, Mas gа tаhаn lаgi ѕаkit bаngеt реrutnуа.

Erna bеrkаtа, Iуаа, udаh Mas kitа саri tеmраt iѕtirаhаt dulu, ntаr kаlаu ѕаkitnуа ilаng, bаru jаlаn lаgi.
Aku bеrѕоrаk girаng dаlаm hаti ѕiаѕаtku bеrhаѕil tеrnуаtа. Ku расu mоtоrku kе аrаh mоtеl уаng gа jаuh lаgi lоkаѕinуа dаn ѕеgеrа mеngаmbil kаmаr.

Kitа iѕtirаhаt ѕеbеntаr уа ѕау, gарара, jаngаn kuаtir, ntаr gа ѕаkit lаgi kitа ѕеgеrа jаlаn уа ѕау..
Erna hаnуа mеngаnguk реlаn kаrеnа khаwаtir dеngаn ѕаkit ku.

Kisah Hot Kunikmati Tubuh Karyawati Yang Lugu – Di dlm kаmаr аku ѕеgеrа mеrеbаhkаn bаdаn di tеmраt tidur ѕаmbil bеrрurа-рurа mеrintih mеmеgаng реrutku, dаn Erna ѕеmаkin kuаtir аjа rаѕаnуа mеliаhаt kеаdааnku. Kuраnggil Erna mеndеkаt dаn kumintа diа mеngеluѕ еluѕ реrutku ѕuрауа аgаk rеdа ѕаkitnуа dаn Erna mеnurutinуа.

Tibа-tibа аku bаngkit dаn mеrаngkul Erna. Erna tеrkеjut ѕеkаli dаn lаngѕung ku dеkар tubuhnуа ѕаmbil ku сium bibirnуа. Erna gеlаgараn ѕаmbil mеmbаlаѕ сiumаnku dаn реrlаhаn kеmbаli kurаngѕаng dаn kuсumbu Erna hаbiѕ-hаbiѕаn. Kubukа kаnсing bаju Erna bаgiаn аtаѕ dаn kubеlаi dаdаnуа ѕеgеrа. Ku сium реrlаhаn рutingnуа dаn ѕеkаli ѕеkаli kuѕеdоt. Sѕhhh. Erna mеndеѕаh nikmаt.

Tаnра ѕаdаr kubukа ѕеluruh раkаiаnуа dаn CD-nуа ѕаmbil trѕ ku jilаt lеmbut dаdаnуа. Ku bukа lеbаr kаkinуа mеngаngkаng dаn реlаn-реlаn ku еluѕ lеmbut. Mеmеknуа udаh bаѕаh bаngеt, liсin lаgi. Aku bеrkаtа kераdаnуа kаlаu аku ѕukа bаu mеmеknуа Erna. Erna hаnуа tеrѕеnуum lirih.

Pеrlаhаn tарi раѕti аku рun mеngеluаrkаn Pеniѕ ku уаng lumауаn bеѕаr, dеn mеnуоdоr kе аrаh mulut nуа. Diа mаlu-mаlu tарi mаu mеnghiѕар реniѕku, Sudаh рuаѕ dеngаn kulumаn bibirnуа. Kemudian аku kеmbаli mеngеluѕ mеmеk nуа уаng bеgitu рutih muluѕ dеngаn bulu уаng jаrаng-jаrаng dаn реrlаhаn аku mаѕukаn реniѕ ku kе mеmеk nуа.

Aааhh ѕаkit bаnggggg, реlаnn реlаnnn…. Tеriаk Erna lirih.
Dеngаn реnuh semangat, аku рun mеnggоуаngkаnnуа реlаn. Sudаh mаѕuk ѕераruh реniѕku kе dаlаm mеmеk Riа.

Rаut wаjаh Erna mulаi bеrubаh dаri mеnаhаn ѕаkit jаdi mеnаhаn еnаk di ѕеlаngkаngаnnуа. Aku рun dеngаn gаirаh уаng ѕаngаt bеѕаr mulаi mеnggоуаngkаn kеmbаli реniѕku kе dаlаm mеmеk Erna.
Aаhhhh, ааааhhh еnаk Mass…. Aаhhhhh tеruѕ Mass…. tеruѕѕѕ… Rасаu Erna.

Sаmbil mеnggоуаngkаn реniѕ, аku рun mеnуibukаn diri mеngulum dаn mеnghiѕар hаbiѕ tоkеt Erna уаng mеnggоdа. Aku gigit gigit kесil рutingnуа ѕаmbil tаngаnku mеrеmаѕ tоkеt уаng ѕеbеlаhnуа. Erna ѕеmаkin mеnjаdi-jаdi. Dijаmbаknуа rаmbutku dеngаn kеnсаng.
Aааhh, Andre. Enаааааkkkkk…..

Kеringаt bеrсuсurаn di bаdаn Erna. Tеrlihаt iа bеgitu mеnikmаti gоуаngаn реniѕ аku di mеmеknуа. Aku рun ѕеmаkin сераt mеnggеnjоt mеmеk Erna уаng tеrаѕа bеgitu еnаknуа. Bаng, Erna mаu рiрiѕ bаngggg…. Rintih Erna.

Piрiѕin аjа, ѕау. Gарара kоkkk… bаlаѕku.
Tеrlihаt tubuh Erna mеngеjаng, mаtаnуа tеrbеlаk dеngаn mulut уаng mеngаngа mеnаhаn rintihаn.
Erna pipis Mas…. Enаkkk Masss! Tеriаk Erna ѕаmbil mеnаrik tubuhku аgаr реniѕku mаѕuk ѕеmаkin dаlаm kе mеmеknуа уаng bеrkеdut kеnсаng itu.
Nаfаѕ Erna tаmраk tеrѕеngаl-ѕеngаl.

Bаng, itu tаdi ара Mas? Kоk еnаk bаngеt Mas? Tаnуа Erna dеngаn lеmаѕ.
Itu nаmаnуа оrgаѕmе, ѕау. Enаk kаn? Tаnуа ku. Mаu lаgi gаk?
Erna mеngаngguk реlаn. Tарi kаli ini Erna lаngѕung bаngkit dаri tidurnуа. Iа mеndоrоng аku ѕuрауа tidur di kаѕur. Entаh ѕеtаn ара уаng mеrаѕukinуа, Erna уаng роlоѕ mеndаdаk jаdi liаr. Erna duduk diаtаѕ реniѕku dаn mеngаrаhkаn реniѕ ku kеdаlаm mеmеknуа.

Blеѕѕѕѕѕ, bеgitu реniѕku mаѕuk ѕеluruhnуа kе dаlаm mеmеk Erna, Erna tеrbеlаk dаn lаngѕung mеnаik turunkаn рinggulnуа ѕuрауа реniѕku dеngаn lеluаѕа kеluаr mаѕuk mеmеknуа уаng еnаk itu.
Uhhhh рuаѕin Erna, bаnggg, рuаѕin Erna. Erna ѕukаааа….. pinta Erna.

Aku рun mеnikmаti ѕеtiар dеѕаhаn dаn gеnjоtаn mеmеknуа di реniѕku. Sаmраi 10 mеnit Erna mеnggеnjоt dаn tеrnуаtа Erna аkаn ѕеgеrа mеndараtkаn оrgаѕmе lаgi.

Mas, Erna kеluаr lаgi Masss….Arrggggghh mрррhh ѕѕѕѕhhhh… ааааааааааrggggg Cеrасаu Erna. Sеkеtikа Erna mеnggеlinjаng, tubuhnуа уаng bеrсuсurаn kеringаt lаngѕung jаtuh lеmаѕ diаtаѕ реlukаnku. Sауаngnуа аku bеlum mаu kеluаr jugа. Kеmungkinаn kеinginаn аku mеnikmаti Erna ѕаmраi раgi biѕа tеrсараi kаlаu bеgini hеhеhе.

Aku mеngаmbil аlih lаgi роѕiѕi diаtаѕ. Erna уаng ѕudаh tidаk ѕаngguр bеrkаtа dаn bеrbuаt ара-ара tidаk lаgi аku реdulikаn. Sеjuruѕ сераt аku mаѕukаn kоntоlku kе dаlаm mеmеk Erna lаgi. Ku gеnjоt dеngаn сераt ѕuрауа аku biѕа kеluаr.

Aаааhhh, Mas, lеmеѕ Mas… Rintih Erna mеmеlаѕ.
Kisah Hot Kunikmati Tubuh Karyawati Yang Lugu – Aku tidаk реduli, аku hаnуа mеmikirkаn bаgаimаnа саrаnуа аgаr реniѕ ini biѕа mеnсараi klimаkѕnуа. Aku gеnjоt tеruѕ mеmеk Erna уаng bеrkеdut ѕеmаkin сераt. Bеgitu еnаk rаѕаnуа dеѕаkаn mеmеk Erna раdа реniѕku уаng kеluаr mаѕuk didаlаmnуа.

Akhirnуа, аku mеrаѕаkаn gеlоmbаng dоrоngаn dаri dаlаm реniѕ уаng mеmаkѕа kеluаr. Sеmаkin mеndеkаt, dеngаn сераt аku саbut реniѕ. Lаngѕung аku аrаhkаn реniѕku kе wаjаh Erna, dаn
Crоttt…….. сrоttt……. аааrgghhhhh……
Beberapa kali ѕеmрrоtаn ѕреrmа mеmеnuhi wаjаh dаn mulut Erna уаng tеrbukа kаrеnа mеnаhаn nikmаt dаri оrgаѕmе ѕеbеlumnуа. Erna kаgеt bеgitu mеnеrimа ѕреrmаku уаng bаnуаk di wаjаh dаn mulutnуа. Tарi, bukаnnуа mаrаh, Erna mаlаh mеnjilаt ѕеmuа ѕреrmа dаn mеnеlаnnуа kе dаlаm mulut.

Mas, еnаk tеrnуаtа Mas… Sini Mas… Erna mеrаih реniѕku dаn mеnjilаtnуа, mеmbеrѕihkаn ѕiѕа ѕiѕа ѕреrmа уаng tеrtinggаl.
Gimаnа, Erna. Sukа kаn? Tаnуа ku lаgi.
Erna mеngаngguk mаnjа mаѕih ѕаmbil ѕibuk mеnghiѕар реniѕku.
Mаlаm itu аku tеruѕ mеnikmаti tubuh Erna bеrkаli-kаli ѕаmраi раgi. Kitарun bоlоѕ kеrjа kееѕоkаn hаrinуа kаrеnа bаdаn уаng tеrаѕа rоntоk kаrеnа реrmаinаn kаmi уаng bеgitu liаr.

Erna уаng kаlеm рun bеrubаh mеnjаdi Erna уаng hаuѕ реniѕ dаn ѕреrmа. Tаk jаrаng kаmi mеnсuri wаktu dаn tеmраt hаnуа untuk ѕаling mеmuаѕkаn diri mаѕing-mаѕing. Pеrnаh jugа kаmi mеlаkukаnnуа di gudаng bаrаng ѕеtеlаh рulаng kеrjа dаn tоkо ѕudаh tidаk аdа оrаng lаgi.

AKU JADI PENGGANTI ISTRI DARI ANAK KANDUNGKU SENDIRI


|     CERITA SEX    |


Sejak kematian menantuku, Lina, anakku Dodi menjadi duda. Dia tinggal di rumahku, dengan membawa anaknya yang berusia 6 tahun. Kebetulan sekali putri tunggalnya itu begitu dekat denganku. Dodi pun seperti kehilangan semangat untuk melakukan apa saja.

Setelah mengantar anaknya ke sekolah, dia langsung pulang ke rumah tak mau lagi mengerjakan apa pun juga. Aku sudah lelah menyemangatinya. Aku mengakui, kalau Lina orangnya sangat baik dan cantik. Pantas kalau Dodi anakku sangat kehilangan dirinya. Oh iya Perkenalkan namaku Sarah, Umur 42 tahun. Ukuran Bra 36D.

"Sudahlah, Dod. Semua sudah ditakdirkan oleh Tuhan," kataku menenangkan jiwanya. Aku menyuruhnya untuk menikah lagi, Tapi Dodi yang kini sudah berusia 25 tahun itu, tak mau menikah. Takut anaknya punya ibu tiri dan tak dapat menerima anaknya. Aku mengalah. Tapi aku tak sampai hati melihatnya selalu uring-uringan. Selalu termenung. Mungkin inilah kesalahanku. Aku mendekatinya, dengan maksud agar dia tetap hidup semangat menghadapi semua ini.

Jika pagi, kami selalu berdua di rumah. Dua anakku yang lain sedang bekerja dan kuliah. Sementara suamiku sudah lebih dulu meninggal dunia, 5 tahun lalu. Aku hidup dari deposito suamiku dan dari hasil sewa tanah dan sewa 7 buah toko di pusat perbelanjaan mewah, serta sewa beberapa hektar sawah di kampung.

Seusai mandi, aku memakai kimonoku, tanpa apa pun yang melapisinya di dalam kimonoku. Itu biasa kulakukan, karena di rumah tak ada yang melihat. Aku berjemur di atas kursi malas di halaman belakang yang dipagari tinggi pada sebuah taman kecil. Tiba-tiba Dodi datang dengan melilitkan handuk di tubuhnya. Dia juga baru usai mandi. Dia mendatangiku dan menyeruput kopi panas yang tersedia di meja kecil dekat kursi malasku. Aku meraih tengkuknya dan mencium pipinya dengan kasih sayang, agar dia tetap semangat. Entah apa yang dipijaknya, Dodi terpeleset, hingga menimpa tubuhku dari atas. Saat itu aku sangat terkejut, Dodi mencium bibirku dengan lembut.

"Mama cantik sekali," katanya lembut di telingaku. Lalu dia mengecup kembali bibirku dan menjulurkan lidahnya.

"Dodi... Kenapa mencium bibir mama, sayang?" balasku dengan lembut pula. Dodi tersenyum. Dan berulang-ulang mengatakan, aku cantik. Ia mencium kembali bibirku dan mengelus rambutku.

"Jangan, Dod... mama risih," kataku. Aku berharap, Dodi menghentikan perlakuannya. Tapi malah sebaliknya, bibirku dikecupnya kembali dan sebelah tangannya menelusup di belahan kimono-ku dan mengelus buah dadaku.

"Dodi!" kataku membentak.

Dodi tersenyum. "Kenapa, Ma? Aku menyayangi Mama."
"Tapi..."

Kembali Dodi mencium bibirku dan memelukku erat sembari terus mengelus-elus buah dadaku. Aku ingin melawan, tapi sudah terlambat. Tali kimonoku sudah terlepas. Demikian juga handuk yang melilit tubuh Dodi sudah terbuang entah kemana. Kini bukan bibirku lagi yang dikecupnya, tapi buah dadaku sebelah, sudah berada dalam kulumannya dan sebelah dia remas. Aku berusaha menolak tubuhnya yang kekar itu. Sia-sia saja. Sebelah tangannya sudah menelusup mengelus vaginaku dan satu jarinya sudah memasuki lubang vaginaku.

"Dodi... Kamu ini..." Saat itu mulutnya yang berada di tetekku, sudah berpindah ke mulutku dan Dodi mempermainkan lidahnya dalam mulutku. Aku ditindihnya dari atas. Aku dikangkangkannya. Aku melawan sekuat tenagaku. Tapi aku mau bilang apa lagi, penisnya sudah berada dalam lubang vaginaku. Blesss! Penisnya masuk ke dalam vaginaku.

"Dodi... Aku ini ibumu, nak! Bagaimana ini?"

Dodi terus menekan penisnya ke dalam vaginaku. Makin dalam dan makin dalam sampai ke ujung yang paling jauh dalam vaginaku. Setelah semuanya berada dalam vaginaku, Dodi terus menjilati leherku, telingaku dan meremas-remas tetekku. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Jujur saja, lama kelamaan aku menikmatinya juga. Sudah lima tahun lebih aku tidak merasakan penis berada dalam liang vaginaku.

"Dodi, jangan, nak! Aku ibumu!" hanya itu yang bisa kukatakan.

Dodi justru semakin buas dan terus memompaku dari atas tubuhku. "Mama... mama cantik sekali. Aku tak mau menikah lagi... Mama sudah ada. Semuanya sudah terpenuhi, Ma." katanya sembari terus memompa tubuhku.

"Tidak, Dodi... aku mamamu, sayang..." kataku terbata-bata dan tanpa sadar aku sudah memeluknya juga.

"Aku tak mau menikah lagi, Ma. Mama segalanya bagiku," katanya pula.

"Jangan, Dodi... nanti ketahuan." kataku.

"Kita harus pandai merahasiakannya, Ma." jawab Dodi, sembari terus menggenjotku dari atas.

"Tapi..."

"Ya, kita harus pandai menjaga rahasia ini, Ma," jawabnya. Dodi terus menggenjot tubuhku dan aku tak mungkin berkata-kata lagi, karena aku sudah berada di puncak nikmat.

"Dodi... mama sudah mau sampai, nak. Cepatlah!" kataku tak sadar. Mungkin ini pula kesalahanku yang kedua.

Dodi menggenjotku dengan lebih cepat, sampai aku memeluknya sekuat tenagaku dan menahan nafasku pada puncak kenikmatanku. Dodi menekan kuat penisnya ke dalam lubangku sembari memelukku kuat sekali. Aku merasakan tembakan spermanya berkali-kali dalam vaginaku. Aku juga melepas nikmatku sampai aku rasanya kehilangan nafasku.

Kami terkulai sejenak. Kami melepas nafas kami yang memburu. Penis Dodi keluar dari vaginaku. Nafas kami sudah normal. Dodi membopongku ke kamar mandi dan menceboki vaginaku, lalu dia mencuci penisnya. Setelah Dodi melap vaginaku dan penisnya, dia mengecup bibirku dengan lembut.

"Aku mencintaimu, Ma... Aku mencintaimu!" Aku tak bisa menjawab apa-apa. Lalu Dodi membopongku kembali ke taman belakang rumah dan meletakkan aku kembali di atas kursi malam yang terbuat dari kayu jati. Dia pakaikan kimonoku, lalu dia melilitkan handuk pada pinggangnya dan kami menyeruput segelas kopi bergantian.

"Kenapa ini bisa terjadi, Do?" tanyaku seperti menyesal.

"Karena aku mencintai mama. Aku yang salah, Ma. Tapi izinkan aku mencintaimu seumur hidupku," katanya.

"Tapi bukan begitu caranya, sayang."

"Inilah cara terbaik buatku, Ma. Izinkan aku terus melakukan ini," katanya sembari mengecup bibirku dengan lembut. Kepalaku dibelai-belainya. Aku diperlakukannya seperti anak kecil, seperti cucu anakku sendiri. Kini Dodi sudah duduk di tepi kursi malasku. Dia terus mengelus-elus kepalaku dan terus memuji kecantikanku.Tangannya mengelus tetekku dan sesekali mengecup pentil tetekku.

"Dodi, jangan ah. Nanti mama nafsu lagi. Mama sudah tua," kataku. Kata nafsu lagi membuatku menyesal, karena memang itu yang kutakutkan, aku takut bernafsu lagi. Dulu aku memang pantang disentuh suamiku, aku lantas meminta untuk disetubuhi.

"Gak apa-apa, Ma. Untuk mama, aku akan siap terus melayani," katanya. Dodi mengelus-elus perutku, terus ke bawah. Kini tangannya sudah mengelus-elus bulu vaginaku. Sesekali dia menyentuh klitorisku.

"Dodi... ah! Ntar mama jadi mau lagi. Kita tak boleh melakukan ini. Jangan, sayang!" kataku.

"Akan aku lakukan, Ma!" katanya sembari terus mengulum bibirku dan mempermainkan lidahnya. Lidah kami sudah berkaitan dan tanpa sadar, aku memegang penisnya yang sudah mengeras. Besar dan panjang. Lebih besar dan lebih panjang serta lebih keras dari milik almarhum suamiku.

Dodi turun dari kursi malasku. Dia berada di antara kedua pahaku lalu menjilati vaginaku. Hal yang belum pernah aku rasakan. Aku protes, tapi terlanjur. Dodi sudah menjilati klitorisku. Benar-benar aku merasakan sesuatu yang baru dan sangat nikmat. Aku sudah tak mampu menahan nikmatku. Aku menjepit kepala Dodi dengan kuat dengan kedua pahaku. Aku menjambak rambutnya. ”Dodiiii...!!!” hanya itu yang keluar dari mulutku, sampai jepitanku mengendur, karena aku sudah merasakan nikmatku.

"Sudah, Dodi, mama sudah sampai dan sudah tak tahan lagi," kataku. Saat itu pula Dodi justru memasukkan penisnya yang besar itu ke dalam vaginaku dan menekannya sampai amblas. Dodi membiarkan penisnya di dalam vaginaku tanpa mengerak-gerakkannya. Rambutku dielus-elusnya sampai nafasku kembali tenang dan normal.

Perlahan Dodi menarik penisnya dan memompanya kembali secara perlahan berulang-ulang dan berulang. Setelah lima menit demikian, aku kembali bernafsu dan memberinya respons. Dodi pun memberikan pompaan yang lebih agressif lagi. Kami saling merespons. Saling memeluk, saling mengecup dan saling membelai. Sampai akhirnya, aku meminta Dodi untuk mempercepat kocokan penisnya dalam vaginaku dan aku memeluknya. Dodi mempercepat kocokan penisnya dan memelukku dengan kuat juga, sampai kami sama-sama berteriak kecil penuh nikmat.

"Maaaa...."

"Ukhhh... sayaaaanngg..."

Dan kami sama-sama melepaskan nikmat kami yang tak dapat digambarkan dengan apa-saja. Kami saling berpandangan dan bertatapan dengan penuh mesra.

"Dodi, kamu jangan sampai bercerita pada siapapun," kataku. Dodi hanya tersenyum dan mengecup bibirku dengan lembut dan penuh kasih sayang.

***

Setelah kejadian itu, aku melihat Dodi semakin bersemangat hidupnya. Dia semakin menyayangiku. Jika kami berdua di rumah, Dodi selalu memanggilku sayang. Dodi sudah mulai keluar rumah mencari pekerjaan. Justru kini aku yang kesepian. Gila! Kenapa ini bisa terjadi? Aku membutuhkan Dodi, anakku. Membutuhkan belaiannya. Saat aku menyiapkan masakan untuk makan siang, justru aku gelisah. Aku ingin dibelai. Tapi haruskah Dodi lagi yang membelaiku? Kalau bukan dia, terus siapa? Haruskah aku mencari laki-laki yang iseng? Belum tentu aku mendapatkan kepuasan dan kasih sayang seperti yang diberikan oleh Dodi.

Cepat aku mengambil HP. Aku pencet nomornya dan... nyambung!

"Ada apa, Ma?"

"Cepat pulang dong, sayang. Mama rindu..." kataku. Dadaku begetar ketika menutup HP. Salahkah aku mengatakan kepada Dodi kalau aku merindukannya? Salahkah aku? Nampaknya aku sudah tak perduli lagi. Sudah lima tahun aku tak merasakan sentuhan laki-laki dalam usiaku 42 tahun ini.

Aku sudah siap dengan segalanya. Aku sudah memakai kimono tanpa pakaian apapun di dalamnya. Kue dan dua gelas kopi susu panas sudah kusiapkan di halaman belakang. Aku menyiapkan segalanya. Kursi malasku sudah kuratakan. Aku sudah melapisinya dengan selimut tebal, agar sedikit lebih lembut dan sedikit lebih mesra. Saat aku membenahinya, aku mendengar suara bel berbunyi. Cepat aku keluar. Aku yakin, yang memencet bel itu adalah Dodi, anakku. Benar saja, Dodi sudah berada di ambang pintu. Gerbang sudah dikunci dan sepeda motor langsung dimasukkan ke dalam rumah, bukan ke garasi. Dia tersenyum. Manis sekali senyumnya.

"Ma, aku juga sudah rindu sama mama. Aku ingin seperti dua hari lalu," katanya menggandeng tanganku.

Aku membawanya ke belakang rumah, taman yang asri dan teduh. Dengan cepat dia menggamit sebuah handuk besar dari jemuran. Dilepasnya semua pakaiannya. Aku dipeluknya dan mengecup bibirku. Oh... aku sudah tak tahan menantikan ini. Aku membalas kecupannya dengan hangat. Kami saling memagut.

"Oh, sayangku... cintaku..." bisiknya di telingaku. Aku melayang, kata-kata mesra itu. Nafsu membuncah-buncang tak menentu. Aku limbung. Dodi membopongku ke kursi malas. Aku direbahkannya. Mulai Dodi menjilati leherku, mengecup bibirku, menjilati leherku kembali dan terus menjilati buah dadaku. Perutku tak luput dari jilatannya. Kemudian wajahnya sudah berada diantara kedua pahaku. Kedua kakiku sudah mengangkang. Oh... lidah itu, bermain-main di sana. Aku membayangkan lidahnya menari bagaikan penari jaiponngan yang geraknya lincah dan gemulai.

"Oh... oh..." kataku tak beraturan.

"Aku akan memberikan yang terindah untuk mama," katanya.

Kami berpelukan. Kutuntun penisnya yang sudah tegang, keras dan panjang itu memasuki lubang vaginaku. Aku sudah tak tahan. "Ayo, nak... sirami mama, sayang!" kataku tanpa malu lagi.

Perlahan Dodi memasuki lubang vaginaku yang sudah basah kuyup. Perlahan penis itu memasukinya sampai semuanya habis. Ujungnya menyentuh-nyentuh pangkal lubang vaginaku yang teramat dalam. Aku benar-benar sudah basah. Basah...

Clepp... plok... clepp... plok, suara itu berganti-ganti terdengar dengan irama yang temponya sama. Aku sudah tak mampu menahan nafsuku. Kupeluk Dodi dan menggigit bahunya dengan kuat sembari mendesah. Kujepit pinggangnya dengan kedua kakiku. Aku memeluknya erat sekali. Aku sudah tak mampu menahan nikmatku. Dan aku melepaskan semua yang tertumpah dari tubuhku yang terdalam.Berkali-kali dan berkali-kali, sampai akhirnya aku melepaskan pelukanku dan aku lemas.

"Mama sudah sampai?"

"Maafkan mama, nak. Mama sudah tak mampu membendungnya..."

Aku melihat Dodi sedikit kecewa. Kubiarkan dia terus memompa tubuhku, sampai akhirnya dia melepaskan spermanya dalam lubang vaginaku. Kami bepelukan dan saling mengecup sebagai ucapan sama-sama mengucapkan terima kasih kami. Setelah membersihkan diri, kami duduk di taman kecil itu. Kami menyeruput kopi susu yang masih hangat. Dodi memelukku dari sisi kiriku. Betapa mesranya pelukan itu. Pelukan yang tak pernah aku rasakan dari almarhum suamiku. Kami bercerita tentang sekolah cucuku, seakan tak pernah terjadi apa-apa. Sesekali kami bercerita sembari tertawa kecil. Layaknya dua pasang pengantin remaja yang sedang berbulan madu.

Dodi memelukku sembari meraba-raba buah dadaku. Dielusnya buah dadaku dengan lembut. Tak lama tangannya sudah berada di bulu-bulu kemaluanku, sembari lidahnya terus menjilati leherku. Aku tak tahu harus berbuat apa, selain menikmatinya. Kini salah satu ujung jarinya sudah mengelus-elus klitorisku dan aku semakin merasakan nikmatnya. Tubuhku seperti menggigil dan aku merasakan diriku kembali melayang. Kulepas handuk Dodi dan aku menaiki tubuhnya sembari memeluknya.

"Kita ulangi, Ma?" katanya lembut seperti mengejekku.

"Kamu yang memulai, sayang. Mama sudah basah lagi," kataku.

"Mama raihlah dan dan mama masukkan sendiri," katanya lagi seperti mengejekku. Aku tak perduli ejekannya. Kuraba penisnya yang juga sudah mengeras. Kutuntun penis besar, panjang dan keras itu memasuki lubangku. Kutekan tubuhku, agar penis itu benar-benar habis tertelan oleh vaginaku. Oh... penis itu sudah menyentuh bagian dalam vaginaku yang teramat dalam. Bulu-bulu penisnya, seperti mengelitik klitorisku. Aku tak mampu menahan diri. Aku mulai meliuk-liukkan tubuhku mencari kenikmatanku. Dodi mengisa-isap buah dadaku bergantian. Kedua tangannya mengelus-elus tubuhku.

Enak saja Dodi mengangkat-angkat tubuhku yang beratku hanya 53 kg sementara Dodi berat tubuhnya berkisat 79 kg. Tubuhnya juga tinggi, berkisar 175 cm sedang aku hanya 55 cm. Aku melingkarkan kedua tanganku di tengkuknya dan merapatkan dadaku ke dadanya. Gesekan pentil tetekku ke dadanya, membuatku semakin merasa nikmat. Sebelah tangannya mengelus-elus duburku dengan lembut. Ah... aku tak mampu lagi mengatakan apa pun, selain mendesah. Kenapa selama ini, aku tak pernah merasakan kenikmatan sex sepertai sekarang ini? Kenapa? Tapi aku tak menyesal. Kini aku menikmatinya saja.

Dengan kuat Dodi menekan tubuhku semakin rapat ke tubuhnya dan sebelah tangannya mencengkeram pantatku. "Sayang... ayo cepat, aku sudah mau sampai..." katanya.

"Iya, mama juga sudah mau sampai, sayang. Ayo lakukanlah... semprotlah tubuh mama, sayang!"

Dodi memelukku semakin erat. Tubuhnya bergetar kuat. Cengkeramannya pada pantatku semakin kuat dan ciumannya pada leherku semakin kuat juga. "Oh, mama. Sejak SMP aku mencintaimu, sayang. Nikmat sekali, sayang!"

"Ayolah, Dodi sayang. Puaskan dirimu, Nak. Ayo, Nak. Jangan buat mama gila, sayang..." Ah, aku tak mampu. Tak mampu. Aku melepaskan kenikmatanku. Dodi juga menyemprotkan spermanya ke dalam liangku. Kami benar-benar berpelukan semakin erat dan kuat. Rasanya tubuhku seperti hancur dipeluknya sekuat tenaga. Sampai akhirnya, kami sama-sama melemah. Nafasku terengah-engah.

"Mama cantik sekali..." bisiknya. Aku memaksakan senyumku dalam nafasku yang sangat terburu-buru. Dodi mencium keningku dengan lembut. "Aku ingin menikahimu, sayang..." katanya.

Aku diam saja. Karena itu tak mungkin sama sekali. Tapi Dodi justru menyelami tanganku dan berkata sendirian, "Kunikahi engkau dengan sepenuh hatiku. Dengan mahar, diriku sendiri," katanya tulus. Aku meneteskan air mata.

"Ayo jawab, sayang..." katanya berbisik di telingaku.

"Aku terima maharmu dengan tubuhku sendiri," kataku latah.

Dodi tersenyum manis dan aku juga tersenyum. Dia membopongku ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Begitu usai membersihkan diri, aku mendengar ada suara bel berbunyi. Pasti cucuku pulang sekolah. Ya ampun, tak sadar sekian jam kami bermesraan di taman belakang. Aku cepat keluar dan memakai kimonoku. Aku buka pintu dan memeluk cucuku. Dodi masih di kamar mandi membersihkan dirinya.

***

Selalu saja Dodi hampir keceplosan. Untung orang yang mendengarnya tidak menangkap.

"Kita mau makan apa, sayang?" kata Dodi padaku saat kami memasuki restoran. Kalau aku yang mengatakan itu, mungkin orang tak curiga. Tapi jika Dodi yang mengatakan itu, pasti orang tanda tanya. Usia Dodi, separuh dari usiaku.

Aku tak mengerti, semangat hidup Dodi semakin meninggi dan dia kerja selalu saja lembur. Uangnya bisa terkumpulkan dengan baik di salah satu bank. Jual beli mobil bekas yang ditekuninya semakin membuahkan hasil. Aku juga demikian, aku selalu siap bekerja menjualkan perhiasan berlian dan berbagai bentuk perhiasan dari emas. Kami maju bersama. Dodi justru sudah memiliki sebuah mobil sedang, walau bekas. Untuk mengatasi kesibukan, kami pun sudah memiliki seorang pembantu. Setelah cucuku pergi sekolah, aku menyarankan kepada pembantu untuk masak apa hari ini. Aku keluar rumah dengan Dodi pukul 09.00 Wib. Setelah mengantarku, Dodi pergi ke tempatnya mangkal untuk mencari mobil atau mencari pembeli mobil. Terkadang dia hanya mendapatkan komisi saja. Hasilnya lumayan banyak.

"Ma, Mama aku jemput ya? Aku sudah sangat kepingin. Kita ke hotel," katanya. Jam baru menunjukkan pukul 11 siang. Akhirnya aku setujui, karena sebenarnya sejak tadi malam aku juga sudah menginginkannya.

Kami menuju puncak melalui jalan tol. Kami menyewa sebuah kamar di hotel kecil. Setelah mobil masuk ke dalam garasi, pintu garasi langsung kami tutup. Dari pintu kamar depan, seorang pelayan mendatangi kami dan Dodi langsung membayar sewa kamar. Nanti kami tinggal membuka garasi dan langsung pergi pulang.

Setelah semua beres dan minuman serta makanan kami pesan dan sudah terhidang di meja kecil, kami menyantapnya dengan lahap di udara yang dingin dalam rinai gerimis. Usai makan, kami langsung mencuci mulut dan menyabun tangan kami di kamar mandi.

"Ma, aku sudah gak tahan," katanya merengek, persis rengekan anak SD.

Aku tersenyum. Aku langsung membuka pakaianku. Dodi juga menelanjangi dirinya dengan cepat. Blur..!!! Penisnya yang mengeras keluar dan berdiri seperti tiang bendera. Dodi langsung menerkam dan menciumi bibirku. Kami berpelukan dan saling membelai.

"Ma, jilatin dong punyaku!" pintanya. Aku menggeleng, karena aku tak mampu. Dodi diam saja dan tersenyum. "Oke, Ma. Kapan-kapan ya. Kalo mama sudah bersedia." katanya.

Kini dia menuntunku ke tempat tidur. Aku terbaring di tempat tidur. Dodi menindihku dari samping dan mulai menjilati tubuhku. Remasan pada buah dadaku dan jilatan-jilatannya membuatku selalu saja merasa nikmat. Sekujur tubuhku sudah dijilatinya, sembari mengelus-elusnya.

Dodi mengarahkan jilatannya pada vaginaku. Klitorisku menjadi sasarannya. Aku merasakan, ini adalah permainan yang selalu kutunggu. Betapa terkejutnya aku, ketika lidah Dodi mulai menjilati lubang duburku. Ujung lidahnya berputar-putar pada lubang duburku. Aku menggelinjang.

"Dodi, jangan, sayang! Jijik, Nak!" kataku sembari menggelinjang. Dodi bukan malah diam, melainkan semakin memutar-mutar lidahnya pada duburku. Aku sudah tak mampu membendung hasratku. Kutarik kepalanya agar dia menindih tubuhku dan menyetubuhiku. Langsung kudekap tubuhnya dan kuarahkan penisnya ke lubang vaginaku.

Vaginaku yang basah, langsung menelan penisnya yang besar dan panjang serta keras itu. Aku mulai menggoyang pinggulku dari bawah. Dodi menggenjotku dari atas. Kami terus melakukannya berkisar 12 menit. sampai akhirnya kami sama-sama mendesah dan berpelukan erat. Kami sama-sama sampai pada batas kenikmatan yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Aku membelai rambut Dodi dengan kasih sayang. Kami tidur bersisian sembari berpelukan.

***

Kutuang air mineral ke dalam gelas. Kami meminumnya bergantian sampai habis satu botol ukuran sedang. Kami kembali berbaring dan menghela nafas kami. Lima belas menit kemudian, kami sudah kembali segar. Dodi mulai lagi menciumiku. Aku berpikir, anakku tak puas-puasnya kah menyetubuhi diriku? Aku sendiri tak puas-puasnya kah menerima tubuh Dodi yang menggenjot tubuhku? Kami ternyata sama-sama membutuhkan dan kami aman. Karena rahasia dapat kami jaga dengan ketat.

Kembali Dodi menjilati lubang duburku dan aku kembali menggelinjang kenikmatan. Dodi memintaku untuk menungging yang katanya gaya anjing. Kami sudah berkali-kali melakukannya dan memnag mendapatkan sensasi yang luar biasa. Aku mengikuti kehendaknya, aku menungging di ujung tempat tidur. Dodi pun kembali menjilati lubang duburku. Sebelah tangannya mengelus-elus klitorisku. Aku merasakan ujung penis Dodi menyentuh lubang duburku.

"Dodi, bukan itu lobangnya, sayang!" kataku.

"Mama diam saja. Mama Nikmati saja. Nanti rasanya akan nikmat," katanya.

Aku membiarkannya. Ujung penis itu dia putar-putar di ujung lubang duburku. Perlahan Dodi menekan penisnya ke dalam duburku. Duburku yang sudah basah oleh ludahnya, terus ditusuknya. Aku merasa sakit. "Sakit, sayang...!" aku merintih.

Dodi mendiamkannya sejenak, kemudian menekan kembali. Aku merasakan sesuatu yang sangat berat. Sebelah tangannya terus mengelus-elus klitorisku. Ketika kujamah penisnya, aku yakin, penis itu sudah separoh menembus duburku. Dodi mendiamkanya sejenak, kemudian menembusnya lagi. Kemudian mendiamkannya, lalu menembusnya sampai ketika kuraba, penisnya sudah berada penuh dalam duburku.

"Sakit, sayang..." kembali aku merintih. Dodi terus mengelus-elus klitorisku. Aku merasakan nikmat. Saat itu, perlahan Dodi menarik penisnya berkisar sepertiga (mungkin), kemudian dia tusuk kembali. Menarik sedikit dan menusuknya. Begitu seterusnya.

"Perih, sayang..." kataku.

”Sebentar, Ma. Ini perawan mama untukku. Setelah terbiasa, nanti mama akan ketagihan," katanya.

Aku diam saja. Sampai akhirnya, aku merapatkan kedua kakiku dan aku mulai merasakan kenikmatan. Sepertinya aku sedang memotong-motong tinja yang keluar dari duburku. Dodi meringkih. "Teruskan, Ma. Enak! Teruskan, sayang. Enak, sayang..." desahnya.

Aku terusmelakukannya dan aku juga merasakan kenimatan. Sampai akhirnya, aku tidak merasakan perih lagi saat Dodi mempercepat kocokan penisnya di dalam lubang duburku. Aku merasakan nikmat luar biasa.
Dodi memeluk erat tubuhku dari belakang dan aku meremas bantal yang mengganjal wajahku.

Saat itu Dodi mencabut penisnya dari duburku dan aku merasakan nikmat luar biasa. Kemudian dia mencucukkannya ke lubang vaginaku. Dan croot... croot... croot... Spermanya muncrat memenuhi vaginaku. Kujepit penis itu sekuat tenaga. Aku mengerang kenikmatan. Sampai penis Dodi keluar dengan sendirinya karena sudah mengecil. Aku merebahkan tubuhku. Aku berkeringat. Dodi membelai-belai kepalaku dan menciumi kening dan pipiku.

Setelah minum air putih, kami terbaring sejenak. Setelah segar, kami mandi air hangat dan kami bersiap untuk pulang ke rumah. Kami harus tiba di rumah pukul 16.30. karena pembantu akan pulang pukul 17.00.

Sepanjang jalan kami tersenyum dan kami bercerita tentang apa saja. Tapi kami tak pernah sepatah katapun bercerita tentang persetubuhan kami. Tak pernah!

***

Tak terpikirkan selama ini. Aku dan Dodi terlalu asyik. Sudah sepuluh hari aku terlambat datang bulan. Aku membisikkan kepada Dodi. Dia juga terkejut. Kami singgah di sebuah tempat untuk makan minum pagi itu, walau kami dari rumah sudah sarapan.

"Apa yang kita lakukan, sayang? Andaikan UU tidak melarangnya, aku akan menikahi Mama," katanya setengah berbisik. Aku tersenyum. Aku tahu, Dodi sangat menyayangiku.

"Mama harus gugurkan, sayang!" kataku berbisik pula. Kulihat wajah Dodi tertunduk lesu.

"Kalau saja..."

"Ya sudah. Kita harus menjaga keadaan. Kita harus merelakannya untuk dibuang," kataku.

Aku ingat seorang teman lima tahun lalu menggugurkan kandunganya dengan ramuan tradisional. Aku menelponnya. Aku mengatakan, kemana aku harus menggugurkan kandunganku? Temanku itu terperanjat. Dia memintaku untuk datang. Aku meminta Dodi untuk mengantarkan aku ke rumah teman akrabku itu. Aku minta Dodi meninggalkan aku, nanti aku akan hubungi dia via HP untuk menjemputku. Dodi setuju. Temanku tak menanyakan dengan siapa aku melakukannya, hingga aku hamil. Dia pasti mengetahui, aku melakukannya dengan seorang laki-laki yang amat kucintai. Karena dia tahu, aku orang yang tidak liar, seperti dirinya.

Aku dibawa ke rumah seseorang. Ketika nadiku dipegangnya, orang itu mengetahui kalau aku sudah terlambat haid. ”Ini masih gampang, karena baru beberapa hari,” katanya. Dia mengambil ramuan dari tiga buah topless kaca. Ramuan itu disedu dengan air panas. Setelah suam-suam kuku, aku meminumnya. Kemudian dia memberiku dua sendok makan ramuan itu yang dibungkus pakai kertas. Setiap lima jam harus diminum. ”Besok pagi sudah keluar,” katanya. Aku menjadi tenang. Bayarannya tidak mahal. Hanya Rp. 50.000,- Setelah haid datang, tiga hari kemudian aku disuruhnya untuk kembali datang.

Benar sekali. Besok paginya berkisar pukul 07.00 aku sudah haid seperti biasa. Haidku kental dan hitam. Aromanya lebih anyir. Aku melaporkannya kepada Dodi. Dengan lesu Dodi mengecup bibirku sejenak. Wajahnya murung.

"Anakku telah terbuang, Ma."

"Tak ada jalan lain, sayang," bisikku menenangkan gemuruh dadanya.

Aku kembali datang ke rumah pembuat ramuan itu. Dia berkata, sebaiknya aku tidak hamil lagi dan tidak melahirkan lagi, karena usiaku sudah menua. Aku setuju. Dia memberiku ramuan untuk dua minggu. Bulan depan untuk satu mingu dan bulan depannya lagi untuk tiga hari dan seterusnya tiap bulan tiga hari minum ramuannya. Aku setuju. Aku membayar Rp.75.000,- Nanti setiap datang aku akan membayar Rp. 25.000,- Aku setuju. Menurutku sangat manjur dan sangat murah.

Dalam perjalanan, kami singgah di sebuah warung kecil agak di sudut. Ada bangku memanjang di bawah sepohon rindang. Di sanalah aku diciumi oleh Dodi. Dia mengelus-elusku.

"Tunggu sampai kering, sayang. Tiga hari lagi, kita sudah bisa mulai," kataku menyabarkannya.

Malamnya, di rumah, setelah cucuku tidur, dia dimasukkan ke dalam boxnya di kamarku. Kali ini Dodi tak mau tidur di kamarnya. Dia menemani aku tidur di kamarku. Dengan telaten, dia mengganti pembalutku. Aku risih sebenarnya, tapi Dodi memaksa.

"Sayang, aku sangat mencintaimu. Izinkan aku mengurusmu," katanya lembut. Aku pun tersanjung sekali. "Aku sudah tak tahan, sayang..." bisiknya.

"Bagaimana, kan masih belum kering?" kataku.

Akhirnya kami sepakat, kami harus pindah kamar ke kamarnya. Aku memberinya lotion. Aku mengelus-eluskan lotion itu ke batang penisnya, lalu ke lubang duburku. Aku menungging dan perlahan Dodi menusukku dari belakang. Licin dan tak perih lagi seperti pertama kali.

Kocokannya semakin cepat dan cepat. Aku merasakan darah haidku berdesir-desir membanjir dari vaginaku. Aku merasakan nikmatnya. Kami pun terus melakukannya sampai kami merasakan puncak nikmat yang luar biasa.

Hanya lima menit kami istirahat. Dodi membopongku ke toilet. Kami membersihkan diri. Aku mengganti pembalutku. Dibopongnya aku kembali ke kamar tidurku. Aku melihat cucuku tertidur dengan pulasnya. Dodi tidur di sisiku malam itu, Kami berpelukan dan saling membelai. Akhirnya, setelah menjelang subuh, kami belum juga memejamkan mata. Kami tak bersuara sedikitpun. Hanya nafas kami yang mendesah-desah dan tangan kami saling mengelus-elus.

"Sayang, aku mencintaimu!" bisik Dodi ke telingaku.

"Mama juga mencintaimu, Nak..."

"Aku kepingin lagi, Ma!”

"Tak puas-puasnya kah, sayang?"

"Aku kepingin, Ma..."

Aku bangkit. Kubuka celana pendeknya. Kukeluarkan penisnya. Aku mengelus-elusnya. Perlahan aku memberanikan diri untuk menjilati batang penis yang besar itu. Aku memulainya dari bawah, ke ujung dan memutar-mutar lidahku pada ujung penisnya sebelah bawah. Perlahan aku memasukkannya ke dalam mulutku.

"Sayang, jagan kena giginya dong. Sakit!" bisik Dodi.

Aku menyadarinya. Aku mulai perlahan mengulumnya dan memasukkannya ke dalam mulutku. Aku merasakan Dodi menjepit kepalaku dengan kedua pahanya dan menjambak-jambak kecil rambutku. sampai pada pucaknya, Dodi menusukkan penisnya sedalam-dalamnya ke rongga mulutku dan dia melepaskan sperma di dalam rongga tenggorokanku. Setidanya tiga kali. Kepalaku ditariknya kuat-kuat dan penisnya terbenam di dalam. Aku seperti susah bernafas. Tak lama, penis itu mengecil dan Dodi melepas kepalaku.

"Terima kasih, Ma," bisiknya.

Aku tersenyum. Aku telah memberikan kepuasan kepadanya. Aku lupa kalau hari ini Senin. Kami melakukannya setiap Senin, Rabu dan Sabtu. Jatah itu sudah kami atur. Kecuali kalau terkadang Dodi benar-benar kebelet atau aku yang kebelet minta disetubuhi.

Setelah meminum ramuan jamu, kami menjadi aman. Aku tak pernah hamil. Kini usiaku sudah 49 tahun. Sudah tujuh tahun lebih kami melakukan persetubuhan dengan rahasia yang ketat. Kami tak pernah bosan.

ASYIKNYA NGENTOT DENGAN JANDA BINAL


|     CERITA SEX     |


Bis direncanakan berangkat pukul 17.00 dari tempat jasa wisata tersebut. Peserta berkumpul dan mulai masuk bis yang disediakan dengan nomor kursi yang telah ditetapkan.

Peserta kebanyakan kaum muda yang sedang lelah bekerja dan ingin santai menikmati suasana lain di luar kantor. Oh iya sebelumnya aku perkenalkan dulu namaku Tony pegawai Bank swasta di kota Malang dan… “Permisi, di sini tempat duduk Nomor 6B?”, tanyaku pada seorang wanita yang duduk di sebelah jendela dengan kaca mata hitam yang tetap terpasang di matanya.

“Oh iya benar, mari silakan”, jawabnya seraya melepas kacamata serta mengemasi barang-barangnya yang menempati tempat dudukku.

Aku taksir, dia berusia sekitar 26 tahun dengan tinggi badan berkisar 165, cukup tinggi tentunya, rambut hitam pekat, kulit putih mulus serta memakai baju yang cukup ketat dengan kancing terbuka sebiji dan warna kontras dengan kulitnya yang putih, alis matanya cukup tebal dan…,

ukuran dadanya kuperkirakan 34 dengan cup B seolah akan menyembul keluar, aku menarik nafas dalam-dalam. Aku duduk dengan sedikit basa-basi menanyakan sudah berapa kali dia mengikuti acara seperti ini, dia jawab sering tetapi melalui biro jasa ini masih sekali.

Bis berjalan perlahan meninggalkan kota Malang, kami masih asyik berbincang sambil sesekali aku melirik bagian dada yang cukup menantang tersebut, kubayangkan seandainya dada tersebut dapat kuraih, ahh…, Gaya bicaranya yang lugas dan tanpa ditutup-tutupi membuatku betah untuk terus bercakap mulai masalah ringan sampai masalah yang spesifik. Dia bernama Eni.

“En…, Sorry ya kamu udah married ya”, tanyaku seenaknya.
“Lho kog nanyanya ke situ, emangnya kenapa sih Mas Ton”, rengeknya manja.
“Terus kalo aku udah merried kenapa dan kalo belum kenapa kog serius banget sih”, sambungnya sambil tersenyum.
“Eh nggak kog cuman nanya aja biar aku tahu siapa kamu, ntar kalo kita akrab aku takut ada yang marah”, jawabku pura-pura bingung.
“Aku cerita ya, nanti ganti kamu ya”, aku cuma mengangguk mendengarkan.

“Aku kawin muda 18 tahun karena kecelakaan Ton, dan setelah anakku lahir suamiku tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, akhirnya aku bercerai dan melanjutkan kuliah sampai selesai dan berusaha sendiri dengan modal yang diberikan orang tuaku, aku bergerak dibidang percetakan, anakku berusia 7 tahun tinggal bersama orang tuaku hanya sesekali saja aku menjenguknya jika rindu, ah…, udah ah jangan diterusin, aku ke sini ini bukan untuk bagi cerita lho, aku pengin santai abis kerja gitu aja…, nah akupun juga demikian nggak pengin tahu kamu lebih jauh yang pentingsaat ini kita satu bis bersama kan”, jawabnya lugas.

“Iya deh sorry aku nggak nanya lagi”, sambil kutoleh wajahnya dan tak lupa kucuri pandang ke arah dada yang montok itu.

Malam semakin larut aku semakin akrab saja sama Eni, kusodorkan jaketku melihat dia merasa kedinginan karena AC di bis cukup kencang, sedangkan dia memakai pakaian yang cukup minim. Dia menerima dan menutupkan pada bagian depan dadanya.

Eni kelihatan mulai mengantuk. Tanpa terasa Eni mulai terlelap dan bersandar di bahuku. Terasa hangat, dengan sedikit keberanian kujulurkan tanganku untuk memeluknya, aku beruntung karena dia tidak menghindariku bahkan semakin menempatkan diri dalam rengkuhanku.

Bis sudah memasuki kota Situbondo dan Eni semakin terlelap dalam tidurnya. Sebagai lelaki normal melihat hal seperti ini timbul rasa isengku setelah menyadari bahwa benda lunak di dada Eni menempel pada kulitku, lunak dan lembut apalagi pada waktu bis melewati jalan berliku dan bergelombang gesekan dadanya semakin kuat terasa, aku mulai merasakan ada yang bergerak di dalam celanaku, semakin keras dan keras.

Lampu bis dipadamkan dan kulihat bangku disebelah kiriku sudah terlelap juga. Aku mulai mengadakan kegiatan gerilya, dengan perlahan namun pasti kujulurkan tangan kananku yang sedang memeluk ke arah bawah ketiaknya, kusentuh dengan lembut gumpalan daging yang sejak tadi kuincar.

Ah…, kenyal dan lembut, Eni menggeliat namun tetap diam, aksiku makin berani melihat kondisi ini, kusingkap perlahan kaosnya dari bawah melalui pinggangnya yang ramping, dengan berani kuraih payudaranya sebelah kanan dengan menyingkap BH-nya, kurasakan ujung payudaranya mengeras, kuusap lembut dan semakin mengeras, dia menggeliat terbangun sedikit mengerang dan berbisik,

“Mas…, kamu nakal…, Jangan ah”, pintanya tanpa berusaha melarang lebih lanjut. Kenakalanku semakin menjadi, kucium wajahnya sekilas dia malu dan merunduk, menempelkan wajahnya di dadaku dan merunduk, kulanjutkan usahaku mengusap terus payudaranya yang kenyal.

Batang kemaluanku semakin mengeras tampaknya dan dia mengetahui, perlahan dia sentuhkan tangannya ke kemaluanku dan dia menatapku. “Aku…, Aku…”, belum sempat dia bicara, kusorongkan bibirku dan disahutnya dengan mesra. Kulihat sekelilingku masih tetap terlelap dan aku terus meremas payudaranya sambil mempermainkan puting susunya yang semakin mengeras tersebut.

Aku semakin menjadi dan merasa aman saja karena bagian dada Eni tertutup dengan jaket hangatku, dan tangan Eni juga tidak diam dengan cekatan dan terampil tanpa komando dielusnya penisku dari luar yang semakin mengeras itu dan aku semakin tak tahan karena geli. Waktu menunjukkan pukul 04.00 sat bis memasuki hotel di Bali, sesuai dengan kamar yang dipersiapkan aku bersebehan dengan kamar Eni, kubantu dia menurunkan barang-barangnya untuk dimasukkan dalam kamarnya.

Pada pengangkatan barang yang terakhir dipersilakannya aku duduk dulu, tapi aku sudah tidak sabar lagi, pintu kututup dan kuraih pinggang rampingnya, kusorongkan bibirku dan diraihnya dengan ganas. Aku dan dia saling melumat, tanganku mulai bergerak menangkap gumpalan di dadanya,

sambil berjalan kududukkan dia di spring bed sambil kupeluk dan kuraba punggungnya, kini sampailah pada pengait BH, kutarik pengaitnya dan lepas, aku semakin bebas memegang buah dadanya dan dia menggeliat liar sambil mendesis, kancing T-shirt yang dikenakan kutarik sampai lepas dan dengan segera kulepas T-shirtnya.

Aku terkagum, kulihat pemandangan yang sungguh menakjubkan gadis berbody bagus dengan dada terbuka tergolek indah, seperti gunung kecil yang mencuat dengan puncak coklat kemerahan manantang, kulit putih mulus dengan memakai celana panjang dia terpejam, mulutku mulai menyusuri wajah turun ke leher dan akhirnya menancap pada ujung payudaranya…, Kuhisap…, terus sambil tak henti-hentinya tanganku meraba pada bagian lain.

“Oh…, Mas…, Maass”, erangnya.

Tanganku mulai turun ke bawah, kubuka kancing celananya dan perlahan kumasukkan tanganku pada bagian lunak berbulu lebat dan mulai basah. Kuusap dengan lembut, dia tidak menolak bahkan memegang tanganku untuk lebih lama tinggal di tempat basah tersebut.

Kumasukkan perlahan jari tanganku…, basah dan semakin basah, dia semakin liar bergerak dan kulihat wajahnya memerah. Tanganku berhenti pada benda kecil yang ada diantara bukit berbulu tersebut, dengan lincahnya kuputar-putar benda kecil yang bernama clitoris dan kudapatkan vaginanya semakin berair.

” Aku nggak tahan Mas…, ah…, aahh”, dipeluknya aku erat-erat dan mulutku masih tetap menghisap ujung buah dadanya. Dengan gerak gemulai dia menurunkan seluruh kain yang menempel di tubuhnya, kini semuanya nyata, gadis dengan kulit mulus tanpa cela tergolek mesra di ranjang. Dengan ada bagian hitam legam penuh bulu menarik sekali nampaknya.

Ditariknya dengan keras tanganku untuk menjauh dari kemaluannya, dan dengan tiba-tiba dia terbangun, didorongnya perlahan tubuhku sampai telentang dan dia mulai merabaku dengan ganas, ditariknya kancing bajuku, celanaku, semuanya terlepas tinggal celana dalamku saja, kami tersenyum dan dengan perlahan Eni mulai melakukan aksinya,

dihisapnya dadaku dan dikecupnya perlahan, dia meraba celana dalamku dari luar pelan dan terasa nikmat, tangannya yang lentik mulai merambah ke dalam celana dalamku dan “Breeet”, ditariknya keluar batang kemaluanku yang sudah tegak berdiri.

“Wooow”, serunya berdesah,
“Belum pernah aku melihat benda yang seperti ini”.

Kulirik kemaluaku dengan ujung yang membonggol memerah dan berdenyut keras.

“Ini punya manusia apa kuda?”, tanyanya manja.

“Punya manusia dengan ukuran kuda”, jawabku terpejam dan pada saat itu pula kulihat ujung kemaluanku sudah masuk dalam mulut Eni. Memang kabarnya sih (nggak GR lho, pada waktu luang aku mencoba mengukur kemaluanku ternyata memiliki panjang 17,5 cm dan lingkarnya cukup segenggaman tangan normal) disedotnya kemaluanku sampai pipinya kelihatan cekung.

Mataku terpejam merasakan nikmatnya sedotan Eni. Tanganku meremas rambutnya sambil sesekali kutarik rambutnya. Tidak berhenti sampai di situ saja biji kemaluanku tidak luput dari keganasan mulut Eni, terasa bergerinjal dan licin.

Aku mengerang dan Eni semakin gila memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya yang mungil dengan cepat keluar masuk sampai terlihat otot kemaluanku semakin memerah dan tanganku juga tidak mau diam dengan meraih kemaluan Eni, kukucek dengan jemariku memelintir clitorisnya. Dia mulai memuncak, dipegangnya gagang kemaluanku dan ditutunnya ke dalam liang vaginanya, dia mendudukiku.

” Sekarang ya Maassss aku nggak kuat…, hoooooo”, erangnya.

Aku diam saja dan, “Brreessss”, ditekannya kuat-kuat vaginanya menutupi kemaluanku. Aku geli bukan kepalang, tapi kulirik masih kepala kemaluanku saja yang tenggelam dalam vaginanya, digoyangnya lagi vaginanya perlahan, centi demi centi kemaluanku amblas dilahap vaginanya. Dia menjerit dan mengerang begitu merasakan vaginanya penuh dengan kemaluanku, sesak rasanya kemaluanku tidak dapat bergerak di dalam vaginanya.

Kami diam sejenak, aku rasakan kemaluanku seperti dipijat-pijat dan berdenyut, “aahh”, erangku. Eni mulai bergerak maju mundur dan naik turun. Semakin lama semakin cepat disertai erangan manja yang membuat aku semakin terangsang. Kupegang pinggangnya untuk membantu lancarnya gerak kemaluanku mengucek kemaluannya.

Dan, “Ooooohh…, dengan kuat sekali dia memelukku dengan kaku sambil berteriak histeris. “Ampuuuuuuun aku nggak kuat mau keluar Ton”, erangnya. Kurasakan semakin licin kemaluanku mengocek kemaluannya. Dipeluknya aku erat-erat dan kurasakan adanya kuku yang menancap di punggungku.

“Jangan gerak dulu Ton aku nggaak kuat…”, pintanya.

Kudiamkan kemaluanku tetap bersembunyi di vaginanya. Tidak lama kemudian dia lemas dan telentang, kulihat kemaluanku masih tegak berdiri dan siap menghunjam. Kuambil handuk dan kuusapkan pada vaginanya yang basah. Setelah kering kucoba memberikan rangsangan dengan membiarkan mulutku menjilatinya. Dan ajaib, Eni mulai terangsang lagi, Eni menggeliat begitu lidahku mempermainkan clitorisnya, kugigit kecil dan kudengarkan suara teriakannya semakin menjadi.

Disorongkan pantatnya dan hidungku ambles ke lubangnya, tercium bau segar vaginanya dan batang kemlauanku semakin keras memerah. Aku berdiri dengan memegang batang kemaluanku, kusibak rambut di seputar kemaluan Eni dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku menyodok clitorisnya, dia semakin menggila. Kutuntun pelan-pelan dan tidak seperti pertama tadi, batang kemaluanku lebih mudah menerobos vagina Eni yang sudah mulai membanjir itu.

Dengan lancar mulai kugerakkan keluar masuk ke vaginanya, Eni menggoyangkan pantatnya mengimbangi permainanku sembari tangannya menggapai punggungku dan sesekali desisan suaranya menambah rangsanganku.

“Teruuuus…, Tooon,…. aahh”.
“Yaahh.
“Ahh.

Semakin lama semakin kurasakan mudah menggoyang kemaluanku dan terasa berkecipak suara beradunya vagina Eni dan kemaluanku. Kepalaku mulai hangat dan kemaluanku mulai meregang.

“Ennnnnn…, aahh.
“Apa Ton.
“Aku nggak kuat En…, Mau keluar.
“Aku sudah tiga kali Ton…, Tapi sebentar Ton.

Tiba-tiba ditariknya batang kemaluanku dan dikocok sambil mulutnya menghisap ujung kemaluanku, dengan rakusnya ditarik dan dimasukkan secara cepat kemaluanku pada mulutnya yang mungil dan tak henti-hentinya dia berguman, aku semakin geli dan geli, “aahh”,

sesaat kemudian, “Srreeeett”, kurasakan ada sesuatu zat yang keluar dari kemaluanku dan tidak disia-siakan oleh mulut Eni, dihisap dan hisap terus, tak terasa mulut Eni penuh dengan tumpahan air maniku bahkan ada beberapa yang sampai ke pipinya.

Dia tersenyum, dibersihkannya kemaluanku dengan mulutnya sambil terus diciumi tanpa henti dan pecah rasanya kepalaku menahan geli yang tidak terkira. Aku tergeletak tak berdaya dengan keringat mengucur dari setiap centi tubuhku. Dipeluk, dikecupnya tubuhku oleh Eni. Dipegangnya kemaluanku yang mulai mengecil dan diciumnya kembali.

“Aahh…, sudah dulu ah…, aku masih payah”, pintaku manja.
“Enggak kog aku cuma membersiin yang tadi saja, ini masih ada sisanya kog”, sambil terus melumat kemaluanku dan menghisapnya hingga bersih.
“Terima kasih ya Ton…, kamu hebat”.

Kuusap rambut dan tubuhnya yang polos,

“Ah…, sama saja, aku belum pernah merasakan hal yang heboh seperti ini”.

Paginya rombongan melanjutkan perjalanan ke obyek wisata dan aku tidak lepas-lepas mengamit lengan Eni dan dia bergelayut dengan manja. Sepulang dari wisata Bali petualangan seks-ku dengan Eni terus berlanjut sampai Eni melangsungkan pernikahan lagi. Sejak menikah kami tidak pernah lagi bertemu, karena Eni sekarang tidak lagi ada di kotaku.

SEKRETARISKU HYPER SEX


|     CERITA SEX     |


Hmm… silahkan perkenalkan siapa kamu.” Sahut Irwan tanpa terlalu memperdulikan kehadiran calon pelamar tersebut di hadapannya yang masih berdiri. Saat itu Irwan memang sedang asik membaca berita berita fresh news.

“Tolong sebutkan nama kamu… umur kamu… sekarang kamu tinggal dimana… dan apa pendidikan terakhir kamu serta dari universitas mana.” Tanya kembali Irwan yang tak memperdulikan wanita yang kini duduk di depan mejanya.

“Nama saya Sarah Pradipta, saat ini saya berusia 21 tahun. Saya tinggal di perumahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur. Saya merupakan Lulusan D3 jurusan sekretaris pada universitas Swasta Trisakti.” Jawab Sarah dengan lancar tanpa merasa gugup bila sedang interview.

Saat itu sarah mengenakan baju yang sungguh menawan. Blazer hitam dipadu kemben putih tanpa memakai Bra yang menahan buah dada yang berukuran 36B hingga terlihat jelas sekali terbentuk puting susunya pada pakainannya. Rok ketat pendek yang memamerkan kemulusan kulit pahanya yang putih, seakan memancing setiap tangan untuk menjamah serta merasakan kehalusannya. Dengan postur tubuh sekitar 170 cm yang cukup tinggi bagi wanita seperti Sarah.

Terkadang banyak sahabatnya yang bertanya kepadanya, mengapa ia lebih memilih untuk menjadi seorang sekretaris dibandingkan menjadi seorang model karena Sarah memiliki segala kriteria seorang model papan atas. Paras wanita indo antara Belanda-Jawa. Bola mata coklat dipadu dengan Rambut berombak merah bata sepunggung, kulit putih bersih. Memiliki leher yang jenjang, dengan sedikit rambut halus yang tumbuh di lehernya.

Lekukan tubuh yang mengiurkan setiap mata yang memandang. Seakan akan mengundang terjangan setiap laki laki yang memandangnya bila sedang berjalan. Memang selama ini Sarah sangat menjaga kebugaran tubuhnya dengan erobik rutin di sebuah gym Selebritis Fitnnes dibilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Sepintas Irwan tertuguh dengan hadirnya bidadari yang berdiri dihadapannya saat itu. Tanpa kembali memperdulikan fresh news yang paling ia suka bila membuka forum Bluefame.com.

Tatapannya bagaikan menelanjang Sarah, menatap dan menilai setiap lekukan tubuh Sarah saat itu.
“Pak… apakah ada yang salah dengan pakaian yang sekarang saya kenahkan. Apakah bapak kurang berkenan dengan pakaian ini.” Tutur Sarah setelah menyadari tatapan Irwan yang menatapnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.

“Ooh… tidak tidak ada yang salah, hmmm… saya suka dengan penampilan kamu… apakah kamu sudah berkeluarga saat ini.” Tanya Irwan yang ingin mengetahui status pelamarnya saat itu.
“Belum pak… Saat ini saya ingin memfokuskan untuk karier saya, oleh karena itu saya tidak ingin menjalin sebuah hubungan dengan siapapun.” Jawab Sarah dengan menundukkan wajahnya menatap ke bawah karena malu atas pertanyaan itu. Atau mungkin karena malu atas tatapan Irwan yang terus menatapnya.

“Selain kemampuan dibidang kesektretarisan. Kamu memiliki kemampuan apa lagi. Mungkin ini agak mengherankan, namun ini sebetulnya sangat diperlukan sekali bagi seorang sekretaris saya.”
“Hmmm… dilain bidang kesekretarisan… mungkin saya juga bisa memberikan sesuatu yang lebih untuk bapak… namun bila bapak juga mengingginkannya.”

Perlahan Sarah berjalan mendekati tempat Irwan, dengan menampilkan paras muka nakalnya Sarah membuka retsleting celana Irwan dan mengeluarkan naga saktinya keluar dari sarangnya. Di genggamnya batang kemaluan Irwan dengan jari jari lentiknya. Perlahan dikocok kocok batang kemaluan itu naik turun seirama. Sesekian detik kemudian naga yang tertidur itu terbangun dan mengeliak dengan urat urat yang menonjol di tubuhnya.

Dengan lidah nakalnya Sarah memulai permainannya dengan menjilat kepala kemaluan yang ia genggam itu. Memasukkan kemaluan Irwan dengan diameter cukup besar dan panjangnya sekitar 17 – 20 sentimeter itu ke dalam mulutnya. Dengan lahap Sarah menelan habis batang kemaluan itu. Mengoral dengan menaik turunkan sambil tangan sebelah kanannya membelai kantung kemenyan Irwan.

Merasa kemaluannya sedang di oral oleh Sarah dengan nikmatnya, tangan sebelah kanan Irwan pun turun mencari bongkahan buah surga yang menjulang mengemaskan ke dalam genggaman tangannya yang kekar berotot itu.

Merasa tak ingin sensasi ini terganggu, Irwan melepaskan genggaman buah dada Sarah yang kini telah mengelantung di luar baju dalamnya dan mengapai telphonenya serta memberitahukan bawahannya bahwa untuk saat ini ia tak ingin diganggu serta memberitahukan bahwa ia telah menerima Sarah sebagai sekretarisnya yang baru. saat ini ia memberitahukan juga bahwa ia sedang memberikan tugas kepada Sarah tentang tugas tugasnya sebagai sekretarisnya.
Setelah menaruh kembali gagang telphone tersebut Irwan kembali mencari mainannya yang tadi sempat tertunda.

Kemudian Sarah melepaskan kulupannya dan menanyakan kemungkinan apakah Irwan mengingginkan sensasi yang lebih dari permainan ini dan yang merupakan tanda terima kasih karena ia telah diterima untuk berkerja di perusahaan ini.
Sarah duduk di atas meja kerja Irwan dan merenggangkan kedua kakinya tepat dihadapan Irwan yang menampilkan celana dalam putih dengan model renda.

Menurunkan celana dalam berendanya yang membungkus lipatan gundukan daging montok itu dihadapan Irwan yang mulai terpanah dengan pemandangan yang kini ia saksikan.
Tak ingin berlama lama memandangnya. Irwan langsung memendamkan kepalanya di dalam selangkangan Sarah dan melahap harumnya liang kemaluan Sarah yang terawat itu. Ternyata selain merawat kebugaran tubuhnya. Sarah juga tak lupa merawat liang kewanitaannya dengan segala ramuan ramuan tradisional yang berasal dari ibunya yang keturunan orang Jawa.

Keharuman terpancar di dalam selangkangannya, memberikan sejuta rangsangan terhadap Irwan.
“Sshhhhh…. mmmmm….” rintih Sarah mendahakkan kepalanya menatap ke atas menikmati setiap jengkal jilatan Irawan terhadap vaginanya.

Sluup… sluup… terdengar suara jilatan Irwan yang sedang menikmati.
“Sssshhh…. Pak. Ooohh….” erang kembali Sarah saat Irwan memainkan klitorisnya dan mengigit halus serta menekan nekan kepala Irwan tanpa memperdulikan bahwa Irwan adalah atasannya saat itu.
Jilatan demi jilatan menjelajahi vagina Sarah, hingga tak sanggup lagi Sarah menahan lebih lama rasa yang ingin meledak didalam dirinya.

Nafas yang makin memburu… sahut menyahut didalam ruangan yang cukup besar itu. Beruntung ruangan Irwan kedap suara, jadi tak kwatir sampai terdengan oleh karyawannya di luar sana.
Beberapa menit kemudian Sarah mengejang sambil mendesah keras serta meluruskan kedua kakinya yang jenjang itu lurus tepat di belakang kepala Irwan yang sedang terbenam menjilati bongkahan vagina Sarah. Akhirnya Sarah mencapainya dengan keringat disekujur tubuhnya.

Meskipun ruangan tersebut Full AC namun Sarah masih merasa kepanasan di sekujur tubuhnya saat itu. Mungkin karena pengaruh hawa nafsu yang kini menjalar didalam dirinya atas rasa yang barukali ini ia dapatkan.

Masih dengan posisi Sarah duduk di atas mejanya. Irwan membuka seluruh celana serta celana dalamnya dan membebaskan sepenuhnya naga sakti yang ia banggakan itu.

Menyadari hal itu Sarah menaikan lebih tinggi Rok ketatnya hingga ke pinggangnya yang ramping dan merenggangkan kedua pahanya yang siap akan dinikmati oleh atasan barunya.

Irwan mengenggam batang kemaluannya dan mengosokannya diantara bibir vagina Sarah yang telah basah bercampur liur Irwan dan mani Sarah yang tadi keluar.

Perlahan Irwan menekan kepala kemaluannya ke dalam vagina Sarah yang menantang ingin segera di ganjal oleh batang kemaluaan besar berurat Irwan. Vagina yang hanya dihiasi bulu bulu halus berbentuk V diatas liangnya. Semakin membuat gemas Irwan yang memandangnya. Dengan dibantu Sarah yang membuka kedua pahanya semakin lebar, mempermudah kemaluan Irwan untuk segera menerobos masuk.

“Pak… plan… pelan Pak. Sakit.” Ujar Sarah ketika merasakan mahkota keperwanannya ini akan segera dilahap oleh atasannya. Dengan mimik muka Sarah yang mengigit bibir sensualnya.
“Tahan sebentar yah… setelah ini kamu akan merasakan sebuah sensasi yang tak mungkin kamu dapatkan ditempat lain selain dengan saya.

Sarah hanya mengangguk kecil kepada Irwan yang melanjutkan dorongannya untuk segera mendobrak pintu surganya yang masih rapat tertutup itu.
Dengan kedua tangan yang memegang kedua sisi meja Irwan, Sarah menahan dorongan Irwan yang terus berusaha.

Akhirnya usahanya membuahkan hasil. Kepala kemaluannya memasuki vagina Sarah perlahan lahan dan semakin dalam. Setelah terasa seluruh dari batang kemaluannya masuk semua. Irwan tak langsung menariknya kembali. Sesaat didiamkan dulu batang kemaluannya didalam vagina sempit Sarah yang perawan itu. Menikmati remasan remasan otot vagina Sarah terhadap batang kemaluannya.

Sensasi wajah Sarah yang menahan sakit yang dirasakan semakin membuat Irwan semakin meluap birahinya untuk lebih lanjut menyetubuhi Sarah.

Pelan pelan Irwan menarik kembali batang kemaluannya dari dalam vagina Sarah dan hanya menyisakan kepalanya saja dan kembali menekan masuk terus dan berulang ulang hingga Sarah merasakan birahinya kembali bangkit bersamaan dengan gesekan gesekan yang dibuat oleh Irwan kepada liang kewanitaannya.

“Pak… lebih cepat dong pak dorongannya.” Ujar Sarah meminta agar Irwan semakin cepat memompa vaginanya.

Setiap tekanan yang dilakukan Irwan terhadap vagina Sarah, mengakibatkan klitorisnya ikut tergesek dan menimbulkan sensasi nikmat yang begitu indah.
Merasa Vagina Sarah telah dapat menerima kehadiran batang kemaluannya yang besar ini, maka pompaan Irwan pun semakin genjar keluar masuk kedalam vagina Sarah.
Tak terasa pergumulan ini berlangsung selama 30 menit lamanya. Hingga Sarah telah keluar sebanyak 4 kali.

“Pak… sssshhh…. please pak… nikmatnya batang kemaluan bapak ini. Trus pak….” desah Sarah semakin mengila atas rasa yang ia dapatkan ini.
“Paaaakkk… Sarah tidak kuat lagi…. Aaakkkhhh…”
Mendengar seruhan Sarah yang sedikit lagi mencapai puncaknya, maka Irwan pun tak ingin lebih lama lagi. Kali ini Irwan ingin mengakhiri dengan bersama sama.
“Tahan sebentar Sarah… kita sama sama keluarinnya. Jangan dikeluarin dulu… tahan.” Perintah Irwan yang semakin genjar memompa vagina sarah yang tak memperdulikan perih yang dirasakan Sarah pada bibir vaginanya yang semakin memerah itu.
Akhirnya….

“Aaaakkkhhh… Saaaarrraaah.” Erang Irwan yang bersamaan dengan erangan sarah pada saat itu memanjang sambil saling berpelukan dalam dekapannya masing masing.
Seusai persenggamahan mereka. Sarah bergegas mengenakan seluruh pakaiannnya dan merapikan pakaian yang agak lesuh itu karena pergumulannya dengan Irwan atasan barunya.

Tak lupa Sarah mengambil secarik Tissue basah dari tas kecilnya dan membersihkan vaginanya dari bekas bekas sperma yang di muncratkan Irwan didalam liang kewanitaannya.

Sepulang kerja Irwan menawarkan untuk mengantar sekretaris barunya Sarah pulang ke rumahnya yang berada di perumahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.

Setibanya Sarah dan Irwan didepan rumahnya. Sarah dikejutkan dengan hal yang membuat Sarah untuk meninggalkan Irwan sendiri dirumahnya bersama dengan adiknya Anita. Kepergian Sarah yang tiba tiba itu dikarena ada salah satu keluarganya yang sakit keras malam itu juga.

Dan Sarah tak sungkan meminta pertolongan Irwan untuk menunggunya di rumahnya bersama Anita adiknya yang masih kuliah di Universitas Gunadarma. Karena mereka hanya tinggal bertiga di rumah itu, sedangkan ayahnya Sarah telah meninggal dunia sekitar 4 tahun yang silam. Bersama dengan ibunya yang kini menjanda.

Dengan spontan Irwan menawarkan Sarah untuk mengunakan mobil Jaguarnya untuk menemani ibunya ke rumah saudaranya malam itu. Tawaran Irwan pun tak sia sia kan. Sarah bersama ibunya berangkat menuju rumah saudaranya yang berada cukup jauh daritempat tinggalnya dengan mengunakan mobil Jaguar yang Irwan tawarkan.

Kecantikan Anita tak kalah dengan kecantikan kakaknya. Paras muka Anita mungkin dapat dikatakan lebih menawan dan mempesona dibandingkan dengan kakaknya Sarah. Dengan kulit yang sama putih serta berambut hitam lurus sebahu, dihiasi bibir dan mata yang menantang laki laki disekitar komplek perumahannya.

Postur tubuh Anita lebih pendek dibandingkan dengan kakaknya. Sekitar 165 cm dengan sepasang buah dada berukuran 36 C lebih besar diatas kakaknya. Sepasang bongkahan pantat menawan yang dipadu dengan pinggulnya yang langsing.
Postur tubuh Anita membuat Darah muda Irwan kembali terbakar setelah mengetahui kemolekkan tubuh adik Sarah ini.

“Mimpi apa aku kemarin malam… hingga hari ini aku dikelilingi oleh bidadari cantik seperti Sarah dan Anita. Sungguh beruntungnya diriku hari ini.” Kata Irwan dalam hatinya. Ketika merasa keberuntungan berpihak kepadanya saat ini. Pertama mendapatkan seorang sekretaris secantik Sarah serta mendapatkan kenikmatan menyetubuhi Sarah siang tadi didalam ruangannya.

“yuk masuk… kita tunggu mama dan kak Sarah didalam saja.” “Oh yah, perkenalkan nama saya Anita, umur saya 20 tahun nanti bulan depan. Anita panggil siapa yah sama….” Oceh Anita yang terus menerus sambil berjalan kedalam rumahnya.

“Nama saya Irwan Direktur disalah satu Perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang ekspor impor. Sekaligus merupakan atasan baru kakakmu Sarah. Panggil saja kak Irwan.” Ujar Irwan buru buru karena belum sempat memperkenalkan namanya sebari tadi karena ocehan Anita wanita yang membuat mata Irwan terus terpanah dengan goyangan pantatnya ketika berjalan tepat dibelakangnya.
“Oh… jadi boss baru kak Sarah yah… wah kak Sarah beruntung sekali yah memiliki boss yang baik hati serta tampan seperti kak Irrrrwaaan…” “Anita juga mau bila nanti kerja memiliki boss setampan kakak Irwan.” Ujar Anita yang panjang lebar.

“Kak… sebentar yah, Anita mau menyegarkan badan Anita dulu. Bau nih, seharian kena terik matahari. Kak Irwan kalau mau minum ambil saja sendiri, jangan malu malu anggap saja seperti rumah kakak sendiri.” Kata Anita sambil memainkan matanya yang nakal ke arah tatapan Irwan.

Gila sungguh mengiurkan tubuh Anita adiknya Sarah ini. Beruntung sekali bila ada pria yang akan menjadi kekasihnya kelak nanti. Tak kalah dengan kakaknya Sarah.

Merasa haus… Irwan berjalan mencari kulkas untuk mengambil sebotol minuman ringan menghapus dahaganya.

Sambil kembali duduk di sofa ruang tamu keluarga Sarah. Irwan kembali dikagetkan dengan kehadiran Anita yang hanya mengenahkan gaun tidur putih tipis tiga jari dari lututnya, samar samar menampakkan seluruh lekukkan tubuhnya dibalik gaun yang seksi itu.

Begitu indah pemandangan yang sekarang Irwan saksikan, sayang bila matanya harus mengedip meski hanya sekejap. Anita mengunakan gaun putih dengan celana dalamnya hitam model G-String dipadu dengan Bra berwarna hitam segitiga yang hanya menutupi puting susunya saja.

Tak terasa naga yang bersembunyi didalam celana katun Irwan kembali mengeliak dengan hebat hingga membentuk tonjolan yang cukup besar pada luar celananya.

“Loh kok malah bengong sih… apa ada yang salah yah dengan baju tidur yang Anita pakai ini atau mungkin kakak kurang menyukainya.” Ujar Anita setelah melihat tatapan Irwan yang kaget melihatnya keluar dari dalam kamarnya yang masih dengan rambutnya yang masih basah karena mandi tadi.

“Tidak… tidak ada yang salah dan saya suka kok dengan gaun tidur kamu… hanya saja hhhmmmm…” jawab Irwan dengan gugup karena tertangkap basah melihat kearah buah dadanya serta ke arah selangkangannya.

“Hanya saja… apa? Kok diam sih. Atau mungkin karena kakak kaget malihat Anita mengenahkan gaun tidur dengan dalamanya yang terlihat jelas yah.” Sahut Anita sambil mengoda Irwan yang merasa malu karena melihatnya begitu seksi.

Dengan agak gugup Irwan menjawab “Hanya saja kamu terlihat begitu sangat dewasa di bandingkan dengan saat kamu mengenakan kaos dan celana jeans.” Tutur Irwan.
“Trus setelah itu…”

“Trus kamu juga sangat seksi sekali mengenahkan gaun tidur itu. Kakak sangat mengagumi keindahan tubuhmu.”
Tiba tiba deringan Handphone Anita berbunyi. Ternyata yang menelphone itu adalah kakaknya. Sarah.
“Hallo… kenapa Kak Sarah.” Sahut Anita menjawab panggilan itu.
“Anita. Mungkin kakak tidak bisa pulang malam ini karena paman ternyata sedang mengalami pendarahan, saat ini paman sedang dirawat intensif dirumah sakit RSCM, Salemba. Kak Irwan masih disana tidak? Suruh saja ia menginap dirumah kita, karena hari semakin malam dan mustahil ada taksi yang berkeliaran jam segini. Kak Irwan nanti persilahkan saja untuk tidur di kamar kakak saja.” Ujar Sarah memberitahukan bahwa ia serta ibunya tak dapat pulang malam ini.

“Iya… kak Irwan masih disini sedang ngobrol dengan Anita.” Jawab Anita kembali.
“Anita ingat yah… kak Irwan adalah milik kakak. Jadi jangan kamu sekali kali berbuat yang bukan bukan terhadapnya malam ini. Ingat pesan kakak yah.” Ancam Sarah yang memfokuskan pembicaraannya untuk tidak mengusik kehadiran Irwan malam ini disaat ia tak ada disana.
“Oke boss… bagi bagi dong kalau punya cowok setampan ini kak…” ejek Anita kepada Sarah di telphone.

“Awas kamu kalau macam macam yah…”
“Gimana… apakah Sarah pulang malam ini…” Tanya Irwan yang ingin tahu apakah Sarah pulang malam ini.

“Kak Sarah tidak dapat pulang malam ini, dan kakak diminta untuk menginap saja disini dan tidur di kamarnya nanti malam.” Ujar Anita sambil meletakkan Handphonenya di atas meja tamu setelah mengakhiri pembicaraan itu.

“Kak kayaknya ada sesuatu yang menonjol tuh di balik celana kak Irwan… kayaknya besar banget!” sambil menhampiri Irwan yang duduk depannya dan duduk tepat disampingnya.
“Ah gak ini bisa lah… kalau liat wanita cantik bergaun tidur sexy serta transparan lagi… yah gini deh akibatnya. Gak bisa kompromi, minta jatah…” canda Irwan menutup malunya karena adik kecilnya menonjol dibalik celananya.

“Kayaknya kalau diusap usap sama tangan Anita mungkin bisa lebih besar lagi yah… ih jadi pengen nih liat itunya kak Irwan.” Seru Anita sambil memegang batang kemaluan Irwan diluar celana panjangnya.

Karena merasa mendapatkan angin segar dari perbincangan yang mulai menjurus ke hubungan badan. Maka tak sungkan sungkan Irwan mulai meraba halus paha Anita yang putih mulus itu. perlahan namun semakin berjalan menuju titik temu nikmatnya.

Antara bibir Irwan dan Anita saling berpangutan, mendesah, nafas yang memburu karena nafsu yang menjadi.

Tak kala desahan Anita semakin menjadi saat tangan kekar Irwan mulai menyusup di balik celana dalam G-string yang dikenakan Anita. Mengorek… mencari dimana gerangan daging lebih tersebut… setiap gesekan yang dilakukan Irwan membuat Anita mendesah bagaikan setan kepanasan dengan mulut yang engap engapan layaknya manusia yang kekurangan oksigen.

Merasa tak ingin disaingi kegesitannya. Anita pun segera melancarkan serangannya. Membuka gesper yang melingkar pada pinggang Irwan dan menurunkan retsleting celana serta langsung membuka seluruh kain yang membalut bagian bawah Irwan.

Dengan posisi Anita berjongkok di bawah. Anita dengan bebasnya menikmati batang kemaluan Irwan bertubi tubi, layaknya seorang anak kecil yang sedang menemukan mainan barunya. Tak henti hentinya Anita mengulup kepala serta batang kemaluan Irwan… naik turun keluar masuk mulutnya.
Terasa sekali ngilu kepala kemaluan Irwan saat Anita mengesikkan batang kemaluannya pada sisi gigi rahangnya, kanan kiri dan terus bergantian.

“Gila nih cewek… kayaknya Anita lebih berpengalaman dibandingkan dengan kakaknya Sarah… pintar sekali ia mempermainkan batang kemaluanku… sungguh nikmat sekali, meski terkadang rasa ngilu bertubi datang namun nikmatnya gak bisa di utarakan dengan kata kata.” Guyam Irwan dalam hati sambil menikmati setiap jengkal batang kemaluaanya di hisap oleh Anita.
Lalu tak ingin akan berakhir sampai disini… Irwan menarik tubuh Anita dan disuruhnya mengangkang tepat di atas mukanya.

Dengan gencar Irwan menyapu vagina Anita yang sama sama nikmatnya dengan Sarah. Namun vagina Anita seakan menebarkan bau yang sungguh membuat Irwan semakin gencar dan lahap menjilati liang kewanitaannya hingga setiap cair yang keluar dari sela bibir kemaluannya yang montok itu, tak dibiarkan sia sia oleh Irwan.

Dibukanya kedua belah bibir kemaluan Anita dengan jari telunjuk Irwan, kemudian dengan leluasa lidah Irwan bermain… berputar putar… dan menekan nekan menerobos liang kewanitaan Anita yang berwaran merah muda itu. sungguh rasa dan sensasi yang berbeda.

Merasa mereka berdua hampir sama sama akan sampai, maka di turunkan tubuh Anita yang semula mengangkang di kepalanya dan berjongkok tepat di atas batang kemaluannya yang tegang menunjuk ke atas tepat dibawah bibir vagina Anita berada.

Hanya dengan sedikit tekanan pada bibir vagina Anita. Batang kemaluan Irwan berhasil menerobosnya tanpa harus bersusah payah seperti vagina milik kakaknya Sarah.
Sesaat ketika batang kemaluan Irwan telah tertancap penuh didalam vagina Anita.
“Uuuuhhh… kak. Mmmmhhh… nikmatnya punya kakak yang besar ini.”
“Sssshhhh…. mmmmhhh… pantas kak Sarah takut tinggalin kak Irwan sendiri di sini dengan Anita. Ternyata kak Sarah tergila gila dengan punya kak Irwan yang sungguh perkasa ini…” ujar Anita sambil mengoyangkan pinggulnya maju mundur… berputar putar merangsang batang kemaluan Irwan yang mengaduk liang kewanitaannya.

“kalau begini nikmatnya… Anita mau selama 1 bulan nonstop dient*t setiap hari sama kak Irwan yang ganteng dan perkasa ini.” Goda Anita dengan bahasa yang mulai berbicara kotor. Layaknya pelacur yang haus akan sodokan sodokan kejantanan laki laki.

Kenyataannya ternyata Anita sudah tak perawan lagi seperti kakaknya Sarah saat pertama kali Irwan menyetubuhinya siang tadi di dalam kantornya.
“uuuhh… kak… uuuuhh… kak. Gendong Anita kedalam. Please…” pinta Anita sambil mencium puting susu Irwan yang berbulu itu.

“Dengan senang hati sayang… kak akan memberikan kepuasan yang kamu inginkan. Asal kamu tak memberitahukan kepada kakak mu Sarah.” Sahut Irawan sambil berdiri dengan mengendong Anita di pangkuannya tanpa melepaskan batang kemaluannya keluar dari dalam vagina Anita.

Setiap gerakan langkah yang diambil oleh Irwan mengendong Anita menuju kamarnya. Desahan dan erangan Anita semakin menjadi karena hentakan hentakan yang diakibatkan oleh sodokan yang mementok hingga rahim Anita.

Namun sensasi yang begitu nikmatnya… begitu beringasnya Anita kala bersenggama dengan Irwan, tak sungkan sungkan Anita mengigit pundak Irwan hingga bertanda…
Hingga tiba pula didalam kamarnya… Irwan merebahkan tubuh Anita diatas ranjang springbednya dan menekukkan salah satu kaki jenjang mulus Anita ke atas dan yang satunya tetap di bawah. Dengan posisi ini batang kemaluan Irwan dapat dengan leluasa menhujam keluar masuk vagina Anita tanpa merasa terhalangi oleh bongkahan pantatnya yang bulat padat berisi itu.
“plak… plak… plak…” suara yang muncul ketika hentakan yang di lakukan oleh Irwan menyodok vagina Anita bertubi tubi.

“Kak… truuus… beri Anita kenikmata seperti kakak berikan buat kak Sarah…”
“uuuhhh… kak. Nikmatnya. Uuuhhh….” erang Anita yang mengila sambil mencakar punggung Irwan.

Irwan tak memperdulikan Anita. Sekarang yang ada di pikirannya adalah mengalahkan Anita di atas ranjang. Irwan ingin merasa selalu perkasa diatas ranjang meski dengan wanita manapun, tentunya masuk kategori seleranya.

Seakan Irwan tak memberi ruang istirahat untuk Anita sesaat. Irwan terus menyodok batang kemaluannya tak henti henti… hingga Anita sendiri wanita yang haus akan seks ini merasa heran atas keperkasaan yang ada dalam diri Irwan.

Dengan postur tubuh yang tegap kekar, tinggi, tampan, serta memiliki kedudukan yang tinggi disalah satu perusahaan swasta.

Akhirnya Anita pun terkapar tak berdaya mengimbangi kekuatan seksual Irwan yang hingga saat ini masih terpacu menyetubuhinya tanpa merasa lelah sedikitpun.

“Kak… Aaannita tidak tahan lagi… kak. Aaakkkhhh…. Anita sampai….” Erang Anita panjang yang menyatakan ia akan telah mencapai puncak kenikmatannya yang ke 3 semenjak pertama kali vaginanya di aduk aduk oleh tangan Irwan yang kekar itu.

Tak memperdulikan keadaan Anita yang telah lemas ditindih tubuhnya… Irwan tetap terus menhantam vagina Anita bertubu tubi… masuk keluar tak henti hentinya…
Namun tak lama kemudian Irwan merasakan denyut denyut yang keras sekali pada pangkal kemaluannya. Lalu Irwan pun mencabut batang kemaluannya dari dalam liang vagina Anita dan sambil tetap mengocok kemaluaannya Irwan membimbing batang kemaluaannya ke mulut Anita dan memasukkan kemaluaannya hingga menumpahkan seluruh spermanya.

Tak sedikitpun sperma yang tersisa atau tertumpah keluar dari mulut Anita. Karena Irwan menyuruh Anita untuk menikmati setiap tetes sperma yang keluar dari kemaluannya. Kalau tidak maka Irwan tak’kan mengulanggi persetubuhan ini lagi kepada Anita. Meski Irwan sendiri memiliki kelebihan dalam hal seks yang lama dengan lawan jenisnya.

Tak terasa Irwan melirik jam yang masih melekat di lengan tangannya. Hampir selama tiga jam persenggamahan mereka berlangsung. Kelelahan dan keletihan baru terasa setelah ia merebahkan tubuhnya di samping Anita yang tergulai lemas tampa sehelai benangpun.