Ci Susan Istri Kakak Sepupuh
| PANENCERSEX |
Sudah hampir sebulan aku diterima kerja di Ibu Kota Jakarta, dan di
tempat perantauan ini aku hidup numpang di rumah kakak sepupuku. Dany
kakak sepupuku memang sudah cukup lama bekerja di Jakarta di sebuah
perusahaan yang cukup bonafit, hal ini terbukti dengan kurun waktu 5
tahun dia mampu membeli rumah, meski masih mencicil dan dipinggiran
Jakarta.
Kakak sepupuku sudah menikah 2 tahun lalu dengan seorang wanita keturunan yang cantik menurutku. Susan, istri kakak sepupuku bekerja di sebuah bank swasta yang sama dengan suaminya. Wajah mungilnya selaras dengan rambut lurus sebahu. Bibirnya yang tipis membuat setiap orang yang melihatnya akan merasa gemas karena lesung pipinya yang tajam.
Kakak sepupuku sudah menikah 2 tahun lalu dengan seorang wanita keturunan yang cantik menurutku. Susan, istri kakak sepupuku bekerja di sebuah bank swasta yang sama dengan suaminya. Wajah mungilnya selaras dengan rambut lurus sebahu. Bibirnya yang tipis membuat setiap orang yang melihatnya akan merasa gemas karena lesung pipinya yang tajam.
Ci Susan, begitu aku memanggilnya. Dia wanita karir seperti pada umunya, berangkat pagi dengan mengendarai mobil bersama suaminya yaitu kakak sepupuku, pulang setelah matahari tenggelam, lalu tidak lama akan tidur karena kecapekan bekerja seharian. Waktu di rumah hanyalah saat menjelang weekend saja. Meski begitu, setiap di rumah selalu saja memakai pakaian yang cukup menggoda buatku.
Seperti malam ini, kebetulan di rumah ini hanya ada aku dan ci Susan, sedangkan suaminya yaitu kakak sepupuku sedang ada tugas ke luar kota dan baru besok sore pulang ke Jakarta. Ci Susan meski sudah berumur 34 tahun, namun badanya tetap terawat, mungkin hal ini disebabkan oleh kebiasanya berolahraga di waktu senggangnya dan kebetulan juga belum mempunyai momongan.
Malam itu ci Susan masih memakai baju kantornya, sebuah rok sepaha diatas lutut dengan kemeja halus mengkilap berwarna gelap. Rambutnya di ikat meski panjangnya Cuma sebahu, dan memakai kacamata yang membuatnya makin menarik.
“eh Ton, kamu sudah pulang? Naek apa?” tiba-tiba saja ci Susan melenyapkan lamunanku, dan dengan gugup aku menjawab seadanya.
“iya ci, baru saja masuk rumah”
“ya sudah sini makan dulu, temenenin cici makan sini”, “tadi beli ayam goreng didepan sengaja beli 2 buat kamu juga, pasti kamu belum makan kan?”
Akupun beranjak mendekati meja makan dan duduk bersebrangan dengan ci Susan untuk menghindari lamunanku yang sedikit ngeres tadi. Namun hasilnya adalah sebaliknya, bagaimana tidak, didepanku ci Susan ternyata kancing kemejanya terbuka sedikit rendah, dan otomatis kulit dadanya yang putih sedikit mencuat keluar di balik kemejanya dan bra hitam garis garis putih. Aku gak tahan untuk meliriknya, aku lihat di kulit dadanya yag terbuka itu berkeringat karena kebetulan sambal ayam goreng ini cukup pedas.
“udah cepet makan, malah bengong, keburu dingin ntar ga enak”, aku kaget mendengarnya dan sepertinya aku ketahuan melirik dadanya yang terbuka, hal ini dapat dilihat dengan ci Susan membetulkankancing kemejanya yang terbuka itu. Karena masih deg deg an bercampur penasaran, belum makan sambal saja tubuhku sudah dibanjiri keringat, dan saking gugupnya aku gak sengaja menjatuhkan botol kecap bawah meja, untung saja botol itu terbuat dari plastik.
“ya Tuhan” umpatku dalam hati. Tidak disangka saat aku menunduk mengambil botol kecap yang jatuh itu, terlihat paha ci Susan yang mulus karena dia kebetulan memakain rok pendek sepaha dan duduk sedikit megangkang. Meski begitu dapat aku lihat dengan jelas celana dalamnya hitam mengkilap kontras sekali dengan kulit pahanya yang putih mulus.
“kamu cari botol kecap apa botol kecap sih Ton?” tanya ci Susan tiba-tiba lagi. “kok lama bener ngambilnya”.
“iya ini agak sedikit gelap” ujarku sedikit berbohong dan mencoba menjawab dengan suara normal, karena jujur saja saat itu bit rate jantungku melonjak diatas 180 per menit karena melihat pemandangan yang membuat mataku hampir copot.
Selama makan kurang lebih 30 menit itu, terasa lama sekali buatku. Namun ada kekecewaan setelah kita selesai makan, karena berakhir pula aku menikmati pemandangan yang menggairahkan kejantananku.
“aku duluan yah Ton, kamu beresin meja makan yah,mau mandi udah gerah” ujar ci Susan sambil meninggalkan tempat makan, seraya masuk kedalam kamarnya. Tapi tunggu, kamarnya tidak terlalu tertutup rapat. Aku bisa mendengar suara ci Susan menyalakan AC. Aku coba melirik ke arah kamar ci Susan, sepintas kamar itu gelap namun kamar mandinya tiba-tiba nyala.
Refleks secara tiba-tiba aku bangkit menghampiri kamar ci Susan, tujuanku Cuma satu, aku pengen mengambil celana dalam ci Susan di kamarnya, celana dalam hitam yang tadi dia pake untuk aku bermasturbasi di kamar sebelum mandi.
Dengan perlahan-lahan dan mencoba tidak membuat keributan sekecil apapun, suara stau-satunya yang terdengar hanyalah suara kucuran air dari shower di dalam kamar mandi. aku mulai masuk kedalam kamar yang gelap itu, sama-samar aku lihat di depan pintu kamar mandi yang ada di dalam kamar it, terpampang keranjang baju kotor didekatnya. Akupun mencoba mendekatinya dengan berjalanjinjit, jantungku berdetak cepat sekali, mungkin bit ratenya diatas 200 sekarang, keringat mulai terasa mengalir di tubuhku padahal AC dalam kamar itu juga terasa menusuk kekulitku. Beruntung sekali aku, tanpa harus mengorek-ngorek di tumpukan baju kotor, celana dalam hitam yang membuat kontolku tegang dari tadi, terpapar di tumpukan paling atas. Aku ambil pelan-pelan, aku rasakanlembut sekali, dan ternyata ci Susan memakai celana dalam hitam model thong.
Semakin liar fantasiku, aku raba pelan-pelan dan kurasakan agak sedikit lembab dibagian bekas vaginanya, akupun berpikir ini pasti lendir dari memek ci Susan. Aku dekatkan ke hidungku, tercium aroma khas kewanitaan. Bergegas aku melipatnya dan memasukanya ke saku celanaku, meninggalkan kamar itu dengan jantung hampir copot.
Aku masuk ke kamar dan mulai rebahan di kasurku, membuka celanaku dan bajuku serta mulai memegang kontolkuyang menegang sejak tadi. Aku cium celana dalam itu, aku bayangkan memek ci Susan sedang aku jilati. Aku bayangkan tetek ci Susan dan kulitnya yang putih itu sambil lanjut mengocok kontolku dengan perlahan menggunakan celana dalam hitam ci Susan.
“ci susan, ahhh...cii...cici cantik sekali....” gumamku dengan mata terpejam menghayalkan tengah ngentot dengan ci Susan. Kocokanku makin cepat dan aku hampir meledakan spermaku, dan secara tiba-tiba kamarku di ketuk keras.
“Ton, Tonny..kamu sudah mandi?” terdengar suara ci Susan keras memanggilku di luar kamar. Aku kaget setengah mati, dan mendadak menyembunyikan celana dalam ci Susan di bawah bantalku. Buru-buru aku memakai handuk dan membuka intu kamar.
“iya ci, ini baru mau mandi, kenapa ci?
“temenin aku nonton yuk, males nonton sendirian nih”, ujarnya sambil nyelonong pergi meninggalkanku di pintu kamarku sendiri.
“iya ci, setelah mandi aku langsung ke ruang tv nanti”, tanpa pikir panjang aku menyanggupi.
Setelah mandi, aku menuju ruang TV. Disana ci Susan sedang asik menonton sebuah film dokumenter, sambil berbaring telungkup di sofa panjang. Dari belakang aku bisa melihat bongkahan pantatnyakarena baju tidurnya terangkat keatas. Ci Susan menggenakan pakaian tidur you can see terusan pendek sepaha berwarna krem, berbahan halus mengkilap, entah kain apa jenisnya, yang pasti denganmelihatnya saja bisa tahu kaloitu kain berbahan halus dan tipis.
“eh sudah mandinya, cepet amat” ci Susan tiba2 berbalik dan bangkit duduk di sofa. Aku mengangguk pelan dan perlahan duduk tidak jauh dari ci Susan.
“Ton, kamu bisa mijit gak?” kata ci CI susan tanpa basa basi.
“gak ci...” ujarku tanpa berbohong, karena memang kau gak pandai memijat.
“ahh, padahal pundak ku sakit sebelah kiri nih” ujarnya sambil memijit-mijit bahu kirinya dengan tangan kananya.
“ya udah ci, sini aku pijit tapi jangan ngomel yah klo gak enak” aku pun memberanikan diiri menawarkan pijatanku dan mendekat ke arah tempat ci Susan duduk.
Ci susan telungkup di sofa, saat dia menggerakan badanya aku sempat melihat puting susunya yang berwarna coklat terang,ternyata ci Susan tidak memakai bra. Dengan perlahan aku mulai memijit pundak ci Susan.
“yang keras dong Ton”
“iya ci, aku kan dah bilang tadi ga bisa mijit”
“ah ya sudah deh, yang penting pijitin yah”
Aku melanjutan pijatan di bahu kiri dan kanannya, perlahan aku memijit sampai kepinggang. Saat memijit itulah pikiranku tiba-tiba menjadi nekat ingin memijit bagian pantat besar ci susan. Yah ci susan memang mempunyai pinggul dan pantat besar, meski teteknya tidak begitu besar. Tapi bagaimana caranya, akupun berpikir keras. Namun saat aku sedang berpikir bagaimana caranya supaya bisa memijitbagian pantat ci Susan, tiba-tiba ci Susan berkata.
“Ton, kamu naik aja ke atas badanku supaya gampang mijit baian pinggangnya”
Tanpa berpikir panjang aku segera meloncat naik mengangkangi ci Susan dari belakang. Kesempatan emas batinku dalam hati. Aku mulai memijat dengan sedikit gerakanmengurut dari bawah keatas,dengan satu tujuan yaitu menyingkap secara perlahan baju ci Susan. Dan benar saja, usahaku berbuah hasil tanpa memakanwaktu lama. Baju ci Susan mulai tersingkap keatas sebatas pinggangnya, yang secara otomatis pantat ci Susan terlihat jelas sekarang meski masih menggunakan celana dalam. Namun celana dalam itu sekali lagi celana dalam model thong berwarna putih susu senada dengan kulitnya ci Susan. Dengan mode seperti itu aku lihatbagian belakangnya sedikit terlipat masuk kedalam belahan pantatnya, dan makin aku perhatikan bulu-bulu halus memeknya menyembul, meski tidak lebat namun mampu membuat jantungku kembali memacu dengan cepat.
Aku mulai memijat agak keatas dengan harapan kontolku bisa bergesek dengan pantat ci Susan. Dan kebetulan aku tidak pernah memakai celana dalam kalo di rumah mau tidur. Dengan kontol yang semakin menegang aku memijit, mengurut punggung ci Susan dengan menggesek-gesekan kontolku di pantatnya. Tiba-tiba ci Susan ingin menyudahi acara itu.
“sudah ton, makasih...cukup mijitnya” seru ci Susan sambil tetap telungkup tanpa ergerak sedikitpun.
Aku mulai berpikir, wah jangan-jangan ketahuan ci Susan nih aku gesek-gesek kontol ke pantatnya ci Susan.
“iya bentar lagi ci” aku pun meneruskan pijatan dan urutan tanpa berhenti.
“iya tapi badanku mulai dihimpit begini, berat laaahhh”
“eh iya ci” aku gelagapan tapi tidak merubah posisiku, malahan aku beranikan menekan pantatnya dengan kontolku.
“Ton apa-apaan kamu?” ci Susan protes dengan perlakuanku terhadap pantatnya. Aku tidak peduli lagi, yang ada di otakku hanya ingin merasakan memeknya ci Susan malam itu. Masturbasi tertahan, dan sekarang kesempatan emas pikirku.
Tiba-tiba ci Susan melawan, mencoba bangkit dengan membalikan badanya. Namun karena badanku berada tepat diatasnya, usaha itu sia-sia. Malahan membuat dia tertidur dengan aku di atasnya tepat, dan sekarang kami berhadap-hadapan. Aku langsung memegang kedua tanganya dan menghimpit pahanya dengan kedua kakiku, aku benar-benar gelap mata saatitu, yang ada nafsu birahi yang tinggi.
Ci Suan masih mencoba melawan, namun dengan tenaga dan badanya yangmungil dia tidak mampu melepaskan dari kuncian tangan dan kakiku terhadap dirinya. Aku langsung mencium kedua teteknya dari luar baju tidurnya, aku gigil gigit kecil putingnya, dengan bergantian kiri kanan cepat aku terus mendaratkan ciuman ciuman di kedua teteknya, sekali kali ke arah leher dan telinganya aku jilat.
“aaahhhh...”, Ci Susan sedikit melenguh entah menahan nikmat atau masih melawan, yang jelas lenguhan ci Susan membuat aku tidak menghentikan aksiku saat itu.
“Ton, cukup...jangan disini, kita ke kamarmu aja” tiba-tiba saja kata-kata ci Susan ini mengehntikan aksiku.
Dengan manegangguk aku berdiri, dan ci Susan berdiri cepat masuk ke kamarku. Aku membuntutinya dari belakang. Saat aku masuk, ci Susan sudah di atas tempat tidurku dengan hanya menggunakan celana dalam thongnya saja, entah kapan dia menarik lepas baju tidurnya.
Aku menghampirinya dengan melepas baju serta celanaku, sekarang aku telanjang bulat.
“Ton, kamu pengen ngentot sama aku yah?’ tanya ci Susan saat aku mau memulai meremas teteknya dengan tanganku.
“iya ci, aku terangsang lihat pantat samas tetek ci Susan dari sejak makan tadi” aku menjawab dengan jujur pertanyaanya.
“kamu bisa minta baik-baik tanpa harus memaksa seperti itu” ci Susan membalas ucapanku sambil menggenggam kontolu dengan tangannya.
“wah kontol kamu besar juga yah ternyata” sambil bangkit membungkuk lalu memasukan kontolku kedalam mulutnya.
“ahhhh...enak ci”, hanya itu yang keluar dari mulutku.
“mau yang enak lagi?” tanya ci Susan tiba-tiba tanpa menghentikan jilatan dan hisapan di kontolku.
Aku diam tak menjawab, dan ci Susan bertanya lagi. “mau yang lebih enak lagi gak?” sambil menghentikan permainan lidahnya di kontolku. Akupun menjawab, “iya ci mau banget”.
Dengan gerakan tiba-tiba, ci Susan mendorong badanku dan kini aku terjungkal terlentang. Ci Susan mendekati kontolku dngan wajahnya, dan mulai mejilaat serta memasukan biji kontolku kedalam mulutnya. Lalu kedua kakiku diangkatnya sampai menyentuh perutku, danlidah ci Susan tanpa basa basi menjilati lubang anusku, dan rasanya luar biasa. Aku baru pertama kalidiperlakukan seperti ini. Aku hanya bisa mendesah keenakan sambil memejamkan mata.
Lalu ci Susan bangkit berdiri, menlepaskan celana dalamnya, perlahan menuju ke arah mukaku menyodorkan memeknya untuk aku jilat. Aku mengetahui keinginan ci Susan, dan aku mulai memainkan lidah ku mengoral memek ci Susan.
“ahh, Ton..enak Ton...enaaakkk...aaaahhhhh.... ”, “itilnya Ton...ahhhh...” ci Susan keenakan aku mainkan klitorisnya dengan sapuan lidahku. Dengan masih mengangkangi mukaku aku jilat juga anusnya, aku bermain dengan instingku, tadi aku keenakan dibginikan, akupun akan memberikan kenikmatan untuk ci Susan dengan cara ini, menjilati anusnya dengan lidahku. Benar saja dia mulai berteriak-teriak kesetanan, untung saja di rumah itu hanya kita berdua.
“ah Ton, jilain terus Ton, enak Ton...”, kata-kata itu yang terdengar memecah keheningan kamarku malam itu.
Aku menghentikan aktifitasku, karena kurasakan memeknya sudah dibanjiri cairan kewanitaanya. Sudah saatnya aku pikir sekarang untuk aku memasukan kontolku. Aku bangkit dan meminta ci Susan nungging, aku pengen memasuki memek ci Susan dengan gaya doggy style. Ci Susan cepat tanggap, tanpa kata-kata dia sudahmengerti keinginanku. Dia hanya membungkuk nunggiing menganangkat pantatnya keatas supaya mudah untuk aku memasukan kontolku ke dalam memeknya.
“blesss...”
“ahhhh...”
terdengar suara yang begitu exotic saat kontolku merengsek masuk kedalam liang memek ci Susan, sambil di iringi desahan ci Susan. Kontolku yang cukup besar ternyata tidak kesulitanmemasuki memek ci Susan yang masih tersa sempit itu, mungkin karena memeknya sudah banjir dengan cairan kewanitaannya sebagai lubrikan alami.
Aku mulai memompa ci Susan dari belakang, perlahan namun pasti mulai mempercepat goyanganku. Sesekali aku memukul pantat besarnya dengan telapak tanganku.
“ahhhh...” erang ci Susan setiap kali aku memukul pantatnya.
Aku meraih tetek ci Susan yangtidak begitu besar, namun putingnya sudah megeras sekarang. Ci Susan makin mendesah desah gak karuan. Lalu aku hentikan gerakan itu. Dan meminta ci Susan di atas. Sekali lagi tanpa kata-kata ci Susan mengerti maksudnku. Dia mengangkangi selakanganku dengan posisi membelakangiku, dengan tanganya dia mengarahkan kontolku ke liang memeknya. Sambil memejamkan mata dan melenguh kontolku berhasil masuk kembali. Ci susan mulai memompanya dengan cepat. Goyangan pinggulnya kekiri dan kekanan serta maju mundur, membuat aku mendesah keenakan. Kali ini aku akui memang tidak salah ci Susan dianugrahi pantat besar, enak sekali goyanganya, maut bahkan, nyaris saja aku orgasme dibuatnya kalau saja ci Susan tidak dengan tiba-tiba menghentikanya.
Kini ci Susan merbahkan dirina, lalu aku beranjak mendekati tubuhnya kembali. Aku angkat kakinya dua-duanya, aku silangkan di bahuku dengan begini aku mudah memasukan kontolku ke memeknya kembali.
Saat itu juga ci susan kembali melenguh. Aku memponya dengan cepat dan ci Susan mulai meracau keenakan.
“terus Ton, terus...”
“tusuk memekku terus Ton...”
“iya begitu Ton......”
“lebih cepet lagi Ton...”
“ahh...ahhhh....aaaaaahhhhhhhh hh....” desahan panjangnya menandaan dia orgasme. Aku hentikan gerakanku membiarkan ci Susan menikmati dulu masamasa orgasmenya. Lalu dengan hitungan detik aku mulai memompa kembali memeknya dengan kontolku.
“ahhh.....”, hanya terdengar suara lenguhan itu dari bibir tipisnya, mengingatkanku kalo belum sekalipun aku menciumnya. Aku dekatkan badanku, aku cium bibirnya. Bibir tipisnya melumat, membalas lumatanku dengan bergairah.
“jangan dibuang di dalam yah Ton...” , tiba-tiba dia meminta seperti itu, dan aku tidak menjawabnya masih asik memompa kontolku didalam memeknya dengan cepat. Semakin cepat dan semakin cepat, aku terengah sambil berkata “ci aku mau keluar...”.
Ci Susan melepaskan kontolku dan meraih kontolku dengan tanganya, didorongnya badanku sampai terlentang dan mengoral kontolku dengan cepat. Saat itu juga aku memuntahkan spermaku di dalam mulutnya.
“arrrgghhhhh....arrghhh....arr gghhhh....aaaarrrrrghhhhhhhh.. ...”
Aku mengerang diiringi dengan 4 kali tembakan spermaku didalam mulut ci Susan. Ci Susan melumat habis kontolku tanpa ampun, membuat aku kelojotoan dibuantnya. Orgasme sambil di sedot begitu baru kali ini aku rasakan. Ci Susanpun menjilati kontolku dengan rakus, melumat semua sperma yang tercecer, aku benar-benar tidak menyangka di balik bibir tipisnya itu sangat rakus sekali kalo sudah bertemu dengan sperma.
Malam itu, ci Susan akhirnya tidur bersamaku di tempat tidurku, karena kecapekan, kami berdua tertidur begitu saja tanpa sempat membersihkan badan dan masih dalam keadaan sama-sama telanjang. Aku dan ci Susan mengakhiri malam indahitu dengan tidur berpelukan sampai pagi.
0 comments:
Posting Komentar