poker terbaik dan terpercaya
agen bola terbaik dan terpercaya
2011-06-27T19:34:00+01:00 ...
http://example.com/mypage Mon, 27 Jun 2011 19:34:00 +0100 ...
http://example.com/mypage 2011-06-27T19:34:00+01:00 ...
  • Judi Poker Terbaik

    HOT PROMO BONUS NEW MEMBER 30%

  • Poker Terbaik Uang Asli

    HOT PROMO BONUS DEPOSIT 10%

  • Bandar Poker Terbaik Uang Asli

    LAYANAN 24 JAM CS PROFESIONAL

Rabu, 18 Juli 2018

Pengalaman Saat Remaja Dengan Tante Lia Adik Mamaku

Pengalaman Dengan Tante Lia Yang Sexy






Namaku Alan, umurku 21 tahun dengan tinggi badan 187 cm dan berat badan 88 kg. Aku kini bekerja sebagai tukang tagih di salah satu instansi di GTLO. Aku lebih menyukai wanita setengah baya berbulu. Aku sangat suka membaca cerita di http://afterthenikah.blogspot.com/ khususnya di bagian “janda”. Aku ingin menceritakan kisah nyata dengan tanteku sendiri, Tante Lia. 

Cerita yang dituangkan di sini adalah kisah nyata dan bagi yang kebetulan merasa sama nama atau kisahnya mohon dimaafkan itu hanyalah kebetulan. Kejadian ini terjadi sekitar 6 tahun yang lalu, waktu itu aku masih berusia 16 tahun. Aku mempunyai seorang tante bernama Lia yang umurnya waktu itu 36 tahun.

Tante Lia adalah adik dari Mamaku. Tante Lia sudah menjanda selama lima tahun. Dari perkawinan dia dengan almarhum suaminya tidak di karunia anak. Tante Lia sendiri melanjutkan usaha peninggalan dari almarhum suaminya. Dia tinggal di salah satu perumahan yang tidak jauh dari rumahku. Dia tinggal dengan seorang pembantunya, Mbak Sumi.

 Tante Lia ini orangnya menurutku seksi sekali. Payudaranya besar bulat dengan ukuran 36C, sedangkan tingginya sekitar 175 cm dengan kaki langsing seperti peragawati dan perutnya rata soalnya dia belum punya anak. Hal ini membuatku sering ke rumahnya dan betah berlama-lama kalau sedang ada waktu. Dan sehari-harinya aku cuma mengobrol dengan tante Lia yang seksi ini dan dia itu orangnya supel benar tidak canggung cerita-cerita denganku.

Dari cerita tante Lia bisa aku tebak bahwa dia itu orangnya kesepian sekali semenjak suaminya meninggal. Maka aku berupaya menemaninya dan sekalian ingin melihat tubuhnya yang seksi. Setiap kali aku melihat tubuhnya yang seksi, aku selalu terangsang dan aku lampiaskan dengan onani sambil membayangkan tubuhnya.

Kadangkala timbul pikiran kotorku ingin bersetubuh dengannya tapi aku tidak berani berbuat macam-macam terhadap dia, aku takut nanti dia akan marah dan melaporkan ke orang tuaku. Hari demi hari keinginanku untuk bisa mendapatkan tante Lia semakin kuat saja. Kadang-kadang kupergoki tante Lia saat nabis mAlan, dia hanya memakai lilitan handuk saja.

Melihatnya jantungku deg-degan rasanya, ingin segera membuka handuknya dan melahap habis tubuh seksinya itu. Kadang-kadang juga dia sering memanggilku ke kamarnya untuk mengancingkan bajunya dari belakang. Benar-benar memancing gairahku.

Sampai pada hari itu tepatnya malam minggu, aku sedang malas keluar bersama teman-teman dan aku pun pergi ke rumah Tante Lia. Sesampai di rumahnya, tante Lia baru akan bersiap makan dan sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah. Kami pun saling bercerita, tiba-tiba hujan turun deras sekali dan Tante Lia memintaku menginap saja di rumahnya malam ini dan memintaku memberitahu orang tuaku bahwa aku akan menginap di rumahnya berhubung hujan deras sekali. “Lan, tante mau tidur dulu ya, udah ngantuk, kamu udah ngantuk belum?”, katanya sambil menguap. “Belum tante”, jawabku. “Oh ya tante, Rio boleh pakai komputernya nggak, mau cek email bentar”, tanyaku. “Boleh, pakai aja” jawabnya lalu dia menuju ke kamarnya. Lalu aku memakai komputer di ruang kerjanya dan mengakses situs porno.

Dan terus terang tanpa sadar kukeluarkan kemaluanku yang sudah tegang sambil melihat gambar wanita setengah baya bugil. Kemudian kuelus-elus batang kemaluanku sampai tegang sekali berukuran sekitar 15 cm karena aku sudah terangsang sekali. Tanpa kusadari, tahu-tahu tante Lia masuk menyelonong begitu saja tanpa mengetuk pintu. Saking kagetnya aku tidak sempat lagi menutup batang kemaluanku yang sedang tegang itu.

Tante Lia sempat terbelalak melihat batang kemaluanku yang sedang tegang hingga langsung saja dia bertanya sambil tersenyum manis.

“Hayyoo lagi ngapain kamu, Lan?” tanyanya“Aah, nggak apa-apa tante lagi cek email” jawabku sekenanya. Tapi tante Lia sepertinya sadar kalau aku saat itu sedang mengelus-elus batang kemaluanku.“Ada apa sih tante?” tanyaku. “Aah nggak, tante cuma pengen ajak kamu temenin tante nonton di kamar” jawabnya. “Oh ya sudah, nanti saya nyusul ya tante” jawabku. “Tapi jangan lama-lama yah” kata Tante Lia lagi.

Setelah itu aku berupaya meredam ketegangan batang kemaluanku, lalu aku beranjak menuju ke kamar tante dan menemani tante Lia nonton film horor yang kebetulan juga banyak mengumbar adegan-adegan syur. Melihat film itu langsung saja aku menjadi salah tingkah, soalnya batang kemaluanku langsung saja bangkit lagi.

Malah Tante Lia sudah memakai baju tidur yang tipis dan gilanya dia tidak memakai bra karena aku bisa melihat puting susunya yang agak mancung ke depan. Gairahku memuncak melihat pemandangan seperti itu, tapi apa boleh buat aku tidak berani berbuat macam-macam. Batang kemaluanku semakin tegang saja sehingga aku terpaksa bergerak-gerak sedikit guna membetulkan posisinya yang miring.

Melihat gerakan-gerakan itu tante Lia rupanya langsung menyadari sambil tersenyum ke arahku. “Lagi ngapain sih kamu, Lan?” tanyanya sambil tersenyum. “Ah nggak apa-apa kok, tante” jawabku malu. Sementara itu tante Lia mendekatiku sehingga jarak kami semakin dekat di atas ranjang.

“Kamu terangsang yah, Lan, lihat film ini?” “Ah nggak tante, biasa aja” jawabku mencoba mengendalikan diri. Bisa kulihat payudaranya yang besar menantang di sisiku, ingin rasanya kuhisap-hisap sambil kugigit putingnya. Tapi rupanya hal ini tidak dirasakan olehku saja, Tante Lia pun rupanya sudah agak terangsang sehingga dia mencoba mengambil serangan terlebih dahulu. “Menurut kamu tante seksi nggak, Lan?” tanyanya.

“Wah seksi sekali tante” kataku. “Seksi mana sama yang di film itu?” tanyanya lagi sambil membusungkan payudaranya sehingga terlihat semakin membesar. “Wah seksi tante dong, abis bodynya tante bagus sih” kataku. “Ah masa sih?” tanyanya. “Iya benar tante, swear..” kataku. Jarak kami semakin merapat karena tante Lia terus mendekatkan tubuhnya padaku, lalu dia bertanya lagi padaku.. “Kamu mau nggak kalo diajak begituan sama tante”. “Mmaauu tante..” Ah, seperti ketiban durian runtuh, kesempatan ini tidak tentu aku sia-siakan, langsung saja aku memberanikan diri untuk mencoba mendekatkan diri pada tante Lia. “Wahh barang kamu lumayan juga, Lan” katanya. “Ah tante bisa aja..

 AGEN JUDI BOLA TERBAIK DAN TERPERCAYA

Tante kok kelihatannya makin lama makin seksi aja sih.. Sampe saya gemes deh ngeliatnya..” kataku. “Ah nakal kamu yah, Lan” jawabnya sambil meletakkan tangannya di atas kemaluanku. “Waahh jangan dipegangin terus tante, ntar bisa tambah gede loh” kataku. “Ah yang benar nih?” tanyanya. “Iya tante.. Ehh.. Ehh aku boleh pegang itu nggak tante?” kataku sambil menunjuk ke arah payudaranya yang besar itu. “Ah boleh aja kalo kamu mau” jawabnya. Wah kesempatan besar, tapi aku agak sedikit takut, takut dia marah tapi tangan si tante sekarang malah sudah mengelus-elus kemaluanku sehingga aku memberanikan diri untuk mengelus payudaranya. “Ahh.. Arghh enak Lan.. Kamu nakal ya” kata tante sembari tersenyum manis ke arahku, spontan saja kulepas tanganku. “Loh kok dilepas sih Lan?” tanyanya. “Ah takut tante marah” kataku. “Oohh nggak lah, Lan.. Kemari deh”. Tanganku digenggam tante Lia, kemudian diletakkan kembali di payudaranya sehingga aku pun semakin berani meremas-remas payudaranya. “Aarrhh.. Sshh” rintihnya hingga semakin membuatku penasaran. Lalu aku pun mencoba mencium tante Lia, sungguh di luar dugaanku, Tante Lia menyambut ciumanku dengan beringas. Kami pun lalu berciuman dengan nafsu sekali sambil tanganku bergerilya di payudaranya yang sekal sekali itu. “Ahh kamu memang hebat Lan.. Terusin Lan.. Malam ini kamu mesti memberikan kepuasan sama tante yah.. Arhh.. Arrhh”. “Tante, aku boleh buka baju tante nggak?” tanyaku. “Oohh silakan Lan”, sambutnya. Dengan cepat kubuka bajunya sehingga payudaranya yang besar dengan puting yang kecoklatan sudah berada di depan mataku, langsung saja aku menjilat-jilat payudaranya yang memang aku kagumi itu. “Arrgghh.. Arrgghh..” lagi-lagi tante mengerang-erang keenakan. “Teruuss.. Teerruuss Lan.. Ahh enak sekali..”

Lama aku menjilati putingnya sehingga tanpa kusadari batang kemaluanku juga sudah mulai mengeluarkan cairan bening pelumas di atas kepalanya. Lalu sekilas kulihat tangan Tante Lia sedang mengelus-elus bagian klitorisnya sehingga tanganku pun kuarahkan ke arah bagian celananya untuk kulepaskan. “Aahh buka saja Lan.. Ahh” Nafas Tante Lia terengah-engah menahan nafsu. Seperti kesetanan aku langsung membuka CD-nya dan lalu kuciumi. Sekarang Tante Lia sudah bugil total. Kulihat liang kemaluannya yang penuh dengan bulu. Lalu dengan pelan-pelan kumasukkan jariku untuk menerobos liang kemaluannya yang sudah basah itu. “Arrhh.. Sshh.. Enak Lan.. Enak sekali” jeritnya. Setelah puas jariku bergerilya lalu kudekatkan mukaku ke liang kemaluannya untuk menjilati bibir kemaluannya yang licin dan mengkilap itu.

Lalu dengan nafsu kujilati liang kemaluannya dengan lidahku turun naik seperti mengecat saja. Tante Lia semakin kelabakan hingga dia menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil meremas payudaranya. “Aah.. Sshh tante udaahh nggaakk tahaann laaggii.. Tante udaahh maauu kkeeluuaarr.. Ohh”, dengan semakin cepat kujilati klitorisnya dan jariku kucobloskan ke liang kemaluannya yang semakin basah. Beberapa saat kemudian tubuhnya bergerak dengan liar sepertinya akan orgasme. Lalu kupercepat jilatanku dan tusukan jariku sehingga dia merasa keenakkan sekali lalu dia menjerit.. “Oohh.. Aarrhh.. Tante udah keeluuaarr Lan.. Ahh” sambil menjerit kecil pantatnya digoyang-goyangkan dan lidahku masih terus menjilati bagian bibir kemaluannya sehingga cairan orgasmenya kujilati sampai habis. Kemudian tubuhnya tenang seperti lemas sekali.

“Wah ternyata kamu hebat sekali, tante sudah lama tidak merasakan kepuasan ini loh..” ujarnya sambil mencium bibirku sehingga cairan liang kemaluannya di bibirku ikut belepotan ke bibir Tante Lia. Sementara itu batang kemaluanku yang masih tegang di elus-elus oleh tante Lia dan aku pun masih memilin-milin puting tante yang sudah semakin keras itu. “Aahh..” desahnya sambil terus mencumbu bibirku. “Sekarang giliran tante.. Tante akan buat kamu merasakan nikmatnya tubuh tante”. Tangan tante Lia segera menggerayangi batang kemaluanku lalu digenggamnnya batang kemaluanku dengan erat sehingga agak terasa sakit tapi kudiamkan saja karena terasa enak juga diremas-remas oleh tangan tante Lia. Lalu aku juga tidak mau kalah, tanganku juga terus meremas-remas payudaranya yang indah itu. Rupanya tante Lia mulai terangsang kembali ketika tanganku meremas-remas payudaranya dengan sesekali kujilati putingnya yang sudah tegang itu, seakan-akan seperti orang kelaparan, kukulum terus puting susunya sehingga tante Lia menjadi semakin blingsatan. “Aahh kamu suka sekali sama dada tante yah, Lan?” “Iya Tante abis tetek tante bentuknya sangat merangsang sih.. Terus besar tapi masih tetap kencang..” “Aahh kamu memang pandai muji orang, Lan..” Sementara itu tangannya masih terus membelai batang kemaluanku yang kepalanya sudah berwarna kemerahan tetapi tidak dikocok hanya dielus-elus.

 Lalu tante Lia mulai menciumi dadaku terus turun ke arah selangkanganku sehingga aku pun mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa sampai akhirnya Tante Lia berjongok di bawah ranjang dengan kepala mendekati batang kemaluanku. Sedetik kemudian dia mulai mengecup kepala batang kemaluanku yang telah mengeluarkan cairan bening pelumas dan merata tersebut ke seluruh kepala batang kemaluanku dengan lidahnya. Aku benar-benar merasakan nikmatnya service yang diberikan oleh Tante Lia. Lalu dia mulai membuka mulutnya dan lalu memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya sambil menghisap-hisap dan menjilati seluruh bagian batang kemaluanku sehingga basah oleh ludahnya. Selang beberapa menit setelah tante melakukan hisapannya, aku mulai merasakan desiran-desiran kenikmatan menjalar di seluruh batang kemaluanku lalu kuangkat Tante Lia kemudian kudorong perlahan sehingga dia telentang di atas ranjang. Dengan penuh nafsu kuangkat kakinya sehingga dia mengangkang tepat di depanku. “Aahh Lan, ayolah masukin batang kemaluan kamu ke tante yah.. Tante udah nggak sabar mau ngerasain memek tante disodok-sodok sama batangan kamu itu”. “Iiyaa tante” kataku.

Lalu aku mulai membimbing batang kemaluanku ke arah lubang kemaluannya tapi aku tidak langsung memasukkannya tapi aku gesek-gesekan terlebih dulu ke bibir kemaluannya sehingga tante Lia lagi-lagi menjerit keenakan.. “Aahh.. Aahh.. Ayolah Lan, jangan tanggung-tanggung masukiinn..” Lalu aku mendorong masuk batang kemaluanku. Uh, agak sempit rupanya lubang kemaluannya sehingga agak sulit memasukkan batang kemaluanku yang sudah tegang sekali itu. “Aahh.. Sshh.. Oohh pelan-pelan Lan.. Teruss-teruuss.. Aahh” Aku mulai mendorong kepala batang kemaluanku ke dalam liang kemaluan Tante Lia sehingga dia merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika batang kemaluanku sudah masuk semuanya. Kemudian batang kemaluanku mulai kupompakan dengan perlahan tapi dengan gerakan memutar sehingga pantat Tante Lia juga ikut-ikutan bergoyang. Rasanya nikmat sekali karena goyangan pantat tante Lia menjadikan batang kemaluanku seperti dipilin-pilin oleh dinding liang kemaluannya yang seret itu dan rasanya seperti empotan ayam.

Sementara itu aku terus menjilati puting dan menjilati leher yang dibasahi keringatnya. Sementara itu tangan Tante Lia mendekap pantatku keras-keras sehingga kocokan yang kuberikan semakin cepat lagi. “Oohh.. Sshh.. Lan.. Enak sekali.. Oohh.. Ohh..” mendengar rintihannya aku semakin bernafsu untuk segera menyelesaikan permainan ini. “Aahh.. Cepat Lan, tante mau keluuaarr.. Aahh” Tubuh tante Lia kembali bergerak liar sehingga pantatnya ikut-ikutan naik. Rupanya dia kembali orgasme, bisa kurasakan cairan hangat menyiram kepala batang kemaluanku yang sedang merojok-rojok liang kemaluannya. “Aahh.. Sshh.. Sshh”, desahnya, lalu tubuhnya kembali tenang menikmati sisa-sisa orgasmenya. “Wahh kamu memang hebaat Lan.. Tante sampe keok dua kali sedangkan kamu masih tegar” “Iiyaa tante.. Bentar lagi juga Alan keluar nih..” ujarku sambil terus menyodok liang kemaluannya yang berdenyut-denyut itu. “Aahh enak sekali tante.. Aahh..” “Terusin Lan.. Terus.. Aahh.. Sshh” erangan tante Lia membuatku semakin kuat merojok-rojok batang kemaluanku dalam liang kemaluannya. “Aauuhh pelan-pelan Lan, aahh.. Sshh” “Aduh tante bentar lagi aku udah mau keluar nih..” kataku. “Aahh.. Lan.. Keluarin di dalam aja yah.. Aahh.. Tante mau ngerasain.. Ahh.. Shh.. Mau rasain siraman hangat peju kamu..” “Iiyyaa.. Tante..” Lalu aku mengangkat kaki kanan tante sehingga posisi liang kemaluannya lebih menjepit batang kemaluanku. “Aahh.. Oohh.. Aahh.. Sshh.. Tante, Alan mau keluar nih.. Ahh” lalu aku memeluk tante Lia sambil meremas-remas payudaranya.

Sementara itu, tante Lia memelukku kuat-kuat sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. “Aahh tante juga mau keluar lagi aahh.. Sshh..” lalu dengan sekuat tenaga kurojok liang kemaluannya sehingga kumpulan air maniku yang sudah tertahan menyembur dengan dahsyat. Seerr.. Seerr.. Croott.. Croott.. “Aahh enak sekali tante.. Aahh.. Ahh..” Selama dua menitan aku masih menggumuli tubuh Tante Lia untuk menuntaskan semprotan maniku itu. Lalu Tante Lia menbelai-belai rambutku. “Ah kamu ternyata seorang jagoan, Lan.

Setelah itu dia mencabut batang kemaluanku dari liang kemaluannya kemudian dimasukkan kembali ke dalam mulutnya untuk dijilati oleh lidahnya. Ah, ngilu rasanya batang kemaluanku dihisap olehnya. Dan kemudian kami berdua pun tidur saling berpelukan. Malam itu kami melakukannya sampai tiga kali. Setelah kejadian itu kami sering melakukan hubungan seks yang kadang-kadang meniru gaya-gaya dari film porno. Hubungan kami pun berjalan selama dua tahun dan akhirnya diketahui oleh orang tuaku. Karena merasa malu, Tante Lia pun pindah ke Jakarta dan menjalankan usahanya di sana. Aku benar-benar sangat kehilangan Tante Lia dan semenjak kepindahannya, tante Lia tidak pernah menghubungiku lagi.





Ku Perkosa Pembantuku Yang Sangat Sexy

Ku Perkosa Pembantuku Yang Sangat Sexy 

PANENCERSEX |




Cerita ini berawal pada saat kami baru pindah mengisi rumah baru di Bogor. Pada saat itu kami baru mengisi rumah kurang lebih 1 bulan istri saya mengeluh kesepian karena rumah sekitar kami masih banyak yang kosong dan harus mengurus 2 anak lelaki kami yang memang sedang bandel-bandelnya. Maka kami pun sepakat untuk mencari saudara/pembantu untuk menemani istri saya di rumah serta membantu menjaga kedua anak kami dan akhirnya istri saya pun berangkat ke kampung halamannya untuk mencari saudara/pembantu di kampungnya yang bisa menemani dia.

Singkat cerita akhirnya dapatlah saudara jauh dari istri saya yang bisa di ajak ke rumah baru kami tersebut, memang sih saudara jauhnya tersebut cukup manis dan sangat lugu sekali, maklum orang dusun dan baru pertama kali keluar dari kampungnya sendiri dan langsung dibawa ke tempat yang cukup jauh dari lingkungan rumahnya, tapi kalau masalah pekerjaan memang sudah cukup lihai dari yang namanya mencuci pakaian, mencuci piring, masak, ngepel dan lainnya sudah boleh disebut rapih deh.

Awalnya saya tidak ada perasaan apa-apa sama si Rani ini, tapi setelah waktu berjalan kira-kira 2 bulan Si Rani ini bergabung di rumah kami, barulah terlihat kalau anak ini sedang lagi seger-segernya dan baru mau gede, maklum umurnya waktu itu masih 18 tahunan dan kalau saya perhatikan setiap gaji yang kami kasih ke dia selalu dibelikan segala macam keperluan pribadi (kosmetik dll) dan karena dia suka bersolek diri maka setelah 2 bulan itu dia sudah mulai kelihatan lebih dewasa dan lebih bersih dibandingkan waktu pertama kali datang dari kampungnya di Ciamis.

Suatu hari (kalau tidak salah waktu itu hari Sabtu) Saya kerja setengah hari, jadi waktu sampai di rumah itu kurang lebih sekitar Jam 2 siang dan pada saat saya masuk ke dalam ternyata tidak ada suara yang menjawab, maka saya pun mencoba mencari orang rumah.

 Dan ternyata yang ada hanya hanya Rani saja yang sedang tidur di kamarnya yang tidak terkunci, dan pada saat itulah baru pertama kalinya saya melihat dia dalam keadaan sedang tidur dengan hanya menggunakan daster pemberian dari istri saya dan pada saat itu dasternya pun tersingkap sampai di atas pinggang.

Wow… suatu pemandangan yang cukup menggoda untuk dinikmati, maka pada saat itulah timbul pikiran kotor saya untuk mencoba meraba bagian yang tersingkap tersebut. Secara perlahan saya dekati dia yang masih tertidur lelap di atas kasur gulung yang kami sediakan untuknya, lalu tanpa ada kesulitan apapun saya sudah mulai mengusap bagian kaki, lalu naik ke bagian pahanya yang hitam manis itu dengan perlahan dan lembut, sampai saking asyiknya saya mengelus-elus bagian itu secara tidak sadar penis saya dibalik celana mulai mengencang, dan karena karena ini juga akal sehat saya sudah mulai hilang karena rabaan-rabaan tangan ini sudah mulai menjalar ke bagian dadanya yang baru mulai merekah.

Memang sih saya cuma meraba dari luarnya saja, tapi bisa dibayangkan betapa indahnya bagian dalamnya kalau dibuka. Tapi rabaan itu saya stop karena si Rani menggeliat yang mebuat saya kaget dan langsung lari meninggalkan kamarnya.

Dan tidak lama saya keluar dari kamarnya Rani, istri, anak dan mertua saya datang habis makan Bakso bang yang ada di seberang komplek kami. Setelah kejadian hari itu saya selalu mencoba mencari kesempatan dalam kesempitan untuk menikmati yang indah-indah dari si Rani tersebut, bahkan pada suatu hari waktu saya mendapatkan uang sampingan dari salah satu kolega kerja, saya coba membelikan dia baju tidur terusan, celana dalam, dan bh yang semua warnanya pink yang di bungkus Koran supaya istri gak curiga.

Dan di dalamnya saya kasih sedikit tulisan yang bunyinya: “dipake ya Ran, supaya kamu makin betah disini dan jangan sampe ketahuan si ibu” Rupanya pemberian saya itu tidak ditolak dan Rani pun langsung ngucapin terima kasih. Dan rupanya pancingan saya itu berhasil, kenapa saya bilang berhasil? Karena si Rani ini rupanya agak sedikit kasih angin ke saya dimana ada kesempatan selalu berlagak genit & manja, dan kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk selalu curi-curi kesempatan. Pernah suatu kali saya bercandain dia di dapur, “Ran.. kamu tambah manis aja deh…

Kamu udah punya pacar apa belum?” tanya saya ke dia sambil saya colek bokongnya yang padet itu. Dia pun menjawab tanpa beban dan manja, “Belum sih Pak, tapi kayaknya sih mau dapet nih. Abis udah ngasih Rani baju segala sih” Nah… sejak kejadian di dapur itu saya pun semakin berani.

Akhirnya kesempatan yang saya tunggu-tunggu datang juga, waktu itu anak-anak saya sudah mulai masuk liburan sekolah dan mereka minta diantar ke rumah neneknya di Bogor, dan kami pun (saya, istri & anak)berangkat ke Bogor untuk liburan sekolah dan karena saya harus tetap bekerja maka saya hanya menginap satu malam saja di Bogor untuk kemudian kembali ke rumah pada hari Minggu sorenya.

Perjalanan Bogor - Bandung terasa sangat lama sekali karena macet, juga banyak bus-bus pariwisata yang melintas di jalur itu untuk mengantar-jemput orang-orang yang sedang liburan sekolah. Walaupun agak kesel dan capek akhirnya sampai juga ke rumah pada malam hari sekitar jam 7 malam.

Sesampainya di depan rumah saya bunyikan klaskon mobil supaya si Rani membukakan pintu pagar, dan tidak lama kemudian dia keluar dengan memakai daster yang saya belikan dan dimata saya malam itu si Rani nampak lebih seger. Pada saat mobil sudah saya parkir di dalam teras rumah saya mencium bau wangi, sepertinya ini bau parfumnya Rani.

Singkat cerita saya pun sudah selesai membersihkan badan dan menuju ke meja makan untuk menyantap makan malam yang telah disiapkan sama si Rani, saya pun menyantapnya dengan penuh semangat, maklum lapeeer. Selesai makan saya istirahat di ruang keluarga untuk nonton acara tv.

Sedang asyik-asyiknya saya nonton, datanglah otak mesum saya untuk memancing si Rani, dan saya pun atur strategi untuk minta tolong dipijat sama si Rani, maka saya panggillah dia, “Ran.. tolong kesini” “”Iya pak” jawabnya. “Tolong pijitin pundak saya dong… kamu bisa kan?” Tanya saya sambil pura-pura cuek. Dia pun menjawab, “Iya pak, bisa.. Dipijitnya mau pakai minyak apa.?” tanyanya. “Kalau bisa sih pakai minyak kayu putih campur minyak goreng aja” jawab saya dengan santai.

Maka dia pun berjalan ke kotak obat untuk mengambil minyak kayu putih, terus ngeluyur ke dapur untuk ambil minyak goreng. Setelah itu dia mendekati saya dan bertanya, “Mau dipijit dimana pak?” “Disini saja (Diruang keluarga)” jawab saya. “Tapi tolong diperiksa dulu pintunya udah ditutup apa belum” kata saya ke dia dan diapun memeriksanya. “Sudah pak” jawab Rani. Saya pun sudah tengkurap di depan tv seperti orang yang sudah siap untuk dipijat.

Si Rani juga sudah siap memijat di belakang saya. Pada saat dia mulai membalur minyak-minyak tersebut di badan sudah mulai terasa darah ini naik tapi masih tetap saya tahan, dan ternyata tangan si hitam manis ini memang bisa diandalkan untuk memijat, tapi disamping itu saya coba curi-curi pandang ke wajahnya yang manis itu dan wangi parfumnya itu masih saja tercium di hidung saya sampai-sampai si otong saya sudah mulai naik menegang.

Tapi untuk memecah keheningan saya coba ngobrol sama dia ngalor-ngidul sampai akhirnya tertuju kepada dia yang masih belum punya pacar. Disinilah saya coba untuk agak berani memegang tangannya yang mungil itu dan dia pun tidak menolaknya, dia hanya bilang, “Jangan pak… nanti ada yang lihat” Tapi saya tidak peduli dengan omongannya, dan bahkan membuat saya semakin bersemangat. “Gak apa-apa kok Ran.. disinikan Cuma ada kamu sama saya aja.. kan si teteh lagi di Bogor” Birahi setan saya rupanya sudah tidak bisa terkendali lagi, maka saya pun langsung mencium jari-jarinya terus berlanjut ke tangannya terus keatas dan akhirnya saya cium bibirnya.

Dia diam saja tanpa ada penolakan seperti waktu tadi pertama saya pegang tangannya. Maklum Orang belum pernah dicium sama cowok bibirnya agak gemetaran dan masih kaku. Saya pun coba membimbingnya dengan sabar sampai akhirnya dia mulai bisa mengimbangi serangan bibirnya. Saya masukkan lidah kedalam mulutnya dan saya permainkan sampai dia mulai benar-benar pasrah, bahkan dia mencoba membalas serangan bibir saya yang memiliki kumis tipis yang membuat semua mantan cewek-cewek saya dulu pasrah kalau sudah kena ciuman maut saya ini.

Tidak hanya sampai disitu saja, setelah dia pasrah maka saya pun sudah mulai berani lagi bergerilya di kedua bukit kembarnya yang masih sangat ranum. Dari luar dengan lemah lembut saya usap-usap berulang kali sampai terasa kalau putingnya sudah mulai menonjol karena birahinya yang naik, dan karena dia makin pasrah saya pun serang dia lagi ke bagian lehernya saya cium dengan penuh nafsu sampai dia mulai tersengal-sengal nafasnya menahan gejolak jiwa. Tidak hanya disitu, saya pun sudah memasukkan tangan saya ke balik BH-nya yang berukuran 34, dan dia pun membiarkannya. Tangan saya pun mulai bergerilya lagi, mengangkat daster yang dipakainya sampai hanya tersisa BH & CD yang berwarna pink, warna ini adalah warna Favorit saya dan selalu membuat saya bernafsu kalau cewek memakai pakaian dalam dengan warna ini.

 Tanpa buang-buang waktu lagi saya langsung mengusap vaginanya dari luar CD-nya yang sudah mulai basah. Saya putar-putar terus berulang kali, sampai-sampai keluarlah omongan dari mulut si Rani, “Pak... ampun.. Pak… Rani gak tahan… geli banget… ooh… ooh… ooh… ampun Pak… ooohh…” Saya bukannya kasihan tapi malah makin bernafsu aja.

Saya turunkan cdnya sampai terlihatlah memek perawan yang sudah basah oleh cairan kenikmatan itu, dan tanpa ampun lagi saya mengobel-ngobel memeknya dengan penuh perasaan dan kelembutan sampai akhirnya kepala Rani bergerak tidak beraturan kekiri kekanan sampai meracau. “Aaah… Pak… aahhh pak… Rani kok mau pipis nih… aah…” Jari ini malah semakin gencar memainkannya sambil berkata ke Rani, “Tenang Ran… kamu pipisin aja biar enak…” Dan tidak lama kemudian dia pun mengeluarkan cairan keninkmatan, seerrr… seerrrr… seerrr… dengan derasnya membasahi jari-jari saya sambil mengapitkan kedua belah pahanya sampai-sampai tangan saya tidak bisa ditarik, berada diantara kedua pahanya yang hitam manis.

Rani terpejam setelah merasakan kenikmatan yang tidak ada duanya keluar dari vagina perawannya. Saya pun tidak tinggal diam saja melihat kepasrahannya, maka dengan cekatannya saya melumat kembali bibirnya sambil mengusap-usap dua bukit kembarnya yang sudah tanpa BH lagi.

Tidak lama saya menikmati bibirnya lalu turun ke leher dan terus saya sapu dengan lidah menuju ke bukit kembarnya, dia pun sudah pasrah tanpa daya ketika bibir saya mulai melumat putingnya yang masih ranum dan mulai mengeras karena terangsang oleh permainan bibir yang berkumis tipis ini.

Dia hanya meracau. “Pak… jangan Pak… saya takut ada yang lihat… aaah… ooh… aah.. ohh…” “Tenang aja Ran, teteh ga ada kok… Aduh Ran… nikmat banget susu kamu… segeerrr” Saya dengan nafsunya melumat payudara si Rani, saya permainkan lidah saya ini diatas pentilnya beberapa kali, dan sedikit saya gigit kecil, dia pun menjerit manja. “Ooohh… aah… ampun Pak… Rani gak tahan mau pipis lagi… aaaahhh…” Saya pun semakin ganas memainkan lidah saya mengemut bak anak yang lagi nenen sama ibunya dan Rani pun semakin tidak karuan gerakannya, dan akhirnya dia orgasme untuk yang kedua kalinya sambil berkata, “Aaahh… ahh… Rani mau… pipis… lagi… aah…aaahhh… enak…” Puas juga rasanya sudah bikin perawan kampung meerasakan kenikmatan yang luar biasa, maka tanpa pikir panjang lagi saya buka CD yang dari tadi sudah keras torpedo di dalamnya, dan menyodorkannya ke mulut dia yang lagi digigit sambil meerasakan sisa-sisa kenikmatan.

Memang sih dia agak kaget, “Iiiii… ini apaan pak kok di deketin ke mulut Rani…???” kata Rani. “Tenang Ran, coba kamu jilatin aja nanti juga kamu bisa ngerasain enaknya…” rayu saya ke dia. “Ah enggak ah... Rani takut pak” Akhirnya saya paksakan untuk dikulum kemulutnya sambil saya bilang, “Kamu harus coba dulu… anggap aja kamu makan es krim, caranya kamu jilatin dulu ujungnya, terus kamu sedot-sedot, terus kamu kulum pake lidah…” dan diapun mau juga mencobanya walaupun agak jijik juga ragu.

Awalnya memang agak kasar dia memainkannya, tapi saya coba sambil mengusap-usap rambutnya yang hitam terus turun ke lehernya untuk merangsang dia. Dan ternyata berhasil, dia pun mulai bisa memainkannya. “Rani… terus diisap… terus… enaaak Ran, mainin lidahnya… Ran… terus… keluar masukin dari mulut kamu…” “Wow… enaakkk banget… kamu mulai pinter nih…” puji saya ke dia. Saya sudah mulai terangsang dengan permainannya, saya dorong dia ke ujung sofa dan saya coba mencari selangkangannya.

Setelah saya dapatkan, maka saya mencari memek perawan yang ada diantara kedua selangkangannya, lalu saya jilatin dengan penuh nafsu. Dia agak kaget juga waktu saya mulai menjilati memeknya yang sudah basah dari tadi dan sempat menolak. “Pak… jangan Pak… Rani malu… tadi kan abis kencing, nanti bau lho…” katanya sambil meracau. “Ooh… aah… ooh... aah… Pak jangan…” katanya sambil menutupi memeknya dengan kedua pahanya yang hitam manis, dan dengan sedikit paksaan saya buka pahanya lalu menyerangnya lagi dengan jilatan-jilatan kenikmatan. “Ooh… oh… aachh…” desahnya.

Saya masukkan lidah saya kedalam memeknya dan tampak jelas klitorisnya yang memerah serta tercium bau khas memek perawan kampung yang membuat siapapun yang menciumnya pengen ngerasain juga. Dan setelah saya terus memainkannya dia pun akhirnya pasrah dan tidak ada lagi penolakan, bahkan dia makin pintar lagi memainkan penis saya didalam mulutnya.

Permainan 69 sembilan itu berjalan sekitar 15 menit sampai akhirnya kedua pahanya menjepit kepala saya sebagai tanda kalau dia mau keluar lagi, dan saya bilang ke dia, “Rani… ooh… tolong jangan dikeluarin dulu… honey… please…” Tapi rupanya dia sudah gak tahan lagi, maka keluarlah cairan kenikmatan itu lagi, dan… “Aaachh… Rani… pipis lagi… nih… Pak… Bapak nakal sih…” Terlihat di wajahnya yang memerah karena menikmatinya dan karena dia sudah keluar untuk ke 3 kalinya sedangkan saya belum keluar, maka saya paksa dia untuk mengulum penis saya dengan segala kemampuannya.

Dan setelah berjalan sekitar 5 menit dimainkan oleh bibir mungilnya itu, akhirnya saya pun hampir sampai keluar dan sengaja saya tidak bilang ke Rani kalau saya mau keluar. “Ooh… ohh… enaaak… Ran… kamu sudah pinter… ooohh… enak banget” Dan akhirnya… crooott… croottt… croottt… muncrat juga sperma dari penis saya yang ada dalam mulutnya, dan pada saat keluar itu saya tahan kepalanya Rani supaya tetap mengulum penis saya, dan alhasil dia pun menelan semua sperma yang keluar bahkan sampai keluar luber dari mulutnya. Dia hanya diam dan menatap saya dengan sendu sambil berkata, “Eeeh... bapak jahat sama Rani… kok ga dibilangin kalo mau pipis… Rani jadi minum air pipis bapak nih…”

 Dasar perawan kampung, dengan polosnya dia tanya ke saya, “Pak… kok air pipisnya kentel yah… trus agak asin lagi… Rani takut pak…” Dasar perawan kampung pake tanya segala lagi, gerutu saya dalam hati. Setelah saya keluar saya minta Rani untuk membersihkannya dan dia saya ajak ke kamar mandi untuk sama-sama membersihkannya di kamar mandi yang ada di kamar saya dan dia pun saya gandeng ke kamar dengan sama-sama kami telanjang bulat.

Setelah kami saling membersihkan badan di kamar mandi dalam kamar saya, saya gandeng dia untuk sama-sama berdiri didepan kaca lemari pakaian yang cukup tinggi agar dia bisa lihat saya dan dia sedang berbugil ria dan sambil saya dekap dia dengan mesranya dengan diiringi rabaan-rabaan nakal tangan saya ke bukit kembarnya yang masih segeeer juga ranum, sedangkan tangan saya yang satunya coba mengobel memeknya dengan lembut.

Hal ini sengaja saya lakukan agar dia bisa saya ajak lebih lanjut lagi. Ternyata siasat saya membuahkan hasil, dia menggeliat keenakan pentil susunya diusap-usap dan lehernya saya kecup-kecup kecil sambil sesekali saya jilat dengan lidah saya.

Siasat itu terus saya jalankan sambil kecupan saya ke sekujur tubuhnya sampai saya berada tepat di bukit kembarnya dan saya ledek dia bak anak kecil yang pengen nenen ke ibunya, “Say… aku mau nenen dong.. aku haus nih…” tanpa ragu saya serang bukit kembarnya dan dia diam saja sambil meracau. “Aaahh… ooh... aahhh… enaaaak Pak… gelii… kena kumis bapak… Rani gak kuat berdiri nih…” Dengan perlahan tapi pasti saya ajak dia untuk ditelentangin di atas springbed, dan tanpa susah payah dia pun sudah pasrah telentang tanpa sehelai benagpun di atasnya.

Saya mulai dengan menciumi memeknya yang masih perawan itu sambil saya jilati dengan lidah yang pengalaman ini. Baru juga berselang 5 menit saya mainkan lidah saya si Rani sudah mulai basah dan melenguh, “Aachh… aach… oohhh… terusin Pak… enak banget jilatannya…”

Tidak hanya di situ saja menjilatinya lidah ini terus menelusuri ke bagian duburnya dan diantara keduanya itulah saya pacu menjilatinya lagi. “Ooh… enak Pak.. aach… aaachh… eeh… Bapak jorok.. kok dubur Rani dijilatin juga… aaahh… tapi enaaaaakkkk… aaachh terusin… ooohh…” Karena melihat gelagat seperti itu, tangan saya pun mulai bergerilya ke bagian bukit kembarnya untuk diusap-usap, dan tanpa diduga-duga dia menarik paksa torpedo saya untuk dikulum lagi dengan buasnya.

Rupanya dia sudah bener-bener horny, dan sekarang dia sudah tidak ragu-ragu & malu-malu lagi untuk mengulumnya. Serangan itu terus berlangsung sekitar 20 menitan sampai akhirnya dia terkulai lemas sambil berkata, “Aaaah… aahh… Rani mau pipis lagi nih… ooh pak awas nanti kena pipis Rani… aaahh…” dan keluarlah semua yang ada di dalamnya.

Saya benar-benar sudah konak banget ngeliat dia seperti itu dan tanpa tunggu-tunggu lagi dan buang-buang waktu lagi saya pun langsung memantapkan posisi torpedo pas di depan memek perawan kampung itu.

Dengan lemah lembut saya bimbing torpedo saya memasuki lubang kenikmatan itu sambil bibir ini terus menciumi dan mengisap kedua bukit kembarnya si Rani, dan karena sudah terbuai kenikmatan dia pun tidak ada perlawanan yang berarti sampai pada saat saya akan memasukan torpedo saya, dia meracau “Pak… jangan pak… jangan… nanti… aachh… aduuhh… sakiiiitt…” “Tenang aja sayang… sakitnya cuma sebentar kok.. nanti pasti enak…” Sedikit demi sediki penis saya memasuki memeknya dan dengan berirama saya ayun maju mundur maju mundur berulang kali sampai akhirnya Rani tidak bersuara lagi, bahkan dia sudah mulai menikmati irama birahi kami. “Ooh… memek kamu masih perawan sayang... ooh… enak banget… sempit bangeett… Rani… oohhh… enak…” Rani mulai mengimbangi permainan saya, saya tarik pelan-pelan penis saya, terus itu keluar masuk beberapa kali. “Ooh.. Pak.. enak Pak.. terus.. pak… genjotin oh.. oh.. oh.. ach… aachh…” Tanpa sadar dia sudah mulai menggoyang pantatnya kekiri kekanan, saya makin semangat melihat goyangan perawan kampung ini apalagi melihat susunya yang turun naik terdorong gerakan badannya yang erotis, medadak saya cabut kontol ini dari sarangnya dan Rani berteriak, “Oooh… jangan dicabut.. oohh lagi enaaak… niiihhh…” Ini sengaja saya lakukan untuk memancing rasa penasarannya, dan ternyata berhasil.

Dia langsung mendorong saya ke atas tempat tidur untuk merubah posisi agar dia berada di atas, dan dia langsung naik ke atas perut saya mengambil posisi yang pas untuk memasukan kontol ini ke dalam sarangnya. Setelah pas posisinya dia pun langsung bergoyang laksana kuda yang kehilangan kendali. Terdengar suara penis keluar masuk memek, preetttt… preetttt… dalam kondisi seperti itu saya pegang pantatnya agar gerakan erotisnya tambah berirama turun naiknya.

 Tepat diatas kepala saya terlihat indah dua buah bukit kembar yang bergelantungan seakan meminta untuk dilahap. Tanpa ragu-ragu lagi saya pun melahapnya dengan penuh gairah. “Oohh…csusu kamu enak banget Ran… terus goyang Ran…” Mulut saya memainkan lidahnya di kisaran puting susunya sementara dia terus bergoyang, dan akhirnya gerakan-gerakannya semakin cepat tanpa terkendali, sampai-sampai dia mencakar saya sambil berteriak. “Ooohh… Pak… Pak… saya mau.. mau pipis lagi… ooouchh.. aahhh…” Karena gerakannya yang semakin dahsyat saya pun menurun-naikkan pantat saya agar dia cepat keluar.

Dan alhasil dia mengejang lalu terkulai jatuh di atas dada saya, sangat terasa air kehangatan yang keluar dari dalam memek itu mengguyur kontol yang masih berada di dalam sarangnya. Saya tidak mau kehilangan kesempatan yang enak itu hanya direnggut sama Rani saja. Setelah dia sampai, saya tarik kontol saya dari memeknya dan Rani saya suruh menungging untuk saya masukin lagi penis saya.

Walaupun saya tahu dia masih belum hilang rasa nikmatnya dan setelah dia pada posisi saya masukan kontol ini ke memek perawan kampung itu dengan mudahnya, lalu saya gerakkan keluar masuk, dan karena memek itu masih basah bekas cairan kenikmatan yang keluar dari dalamnya maka gerakan itu bisa langsung pada yang inti yaitu tusukan panjang dan pendek.

Dia pasrah, kontol saya keluar masuk dengan bebasnya dan antara pantat dengan pangkal kontol saya saling beradu. Permainan ini berlangsung sekitar 15 menitan, dan akhirnya saya pun hampir sampai ke klimaks yang saya tunggu-tunggu. Gerakan saya percepat, dan si Rani pun ikut bergoyang juga sampai akhirnya … “Rani… saya.. mau sampai.. nih… ooh… aah… terus goyang sayang… ooh… ooh… oooohh… croot… croot… crott… seeerrr…” “Oooh enak pak… jangan di cabut dulu kontolnya… ooohh.. enaaaaakkk… biarin aaajaah… dulu di dalem.. pak Rani lagi eenaaakkkk…please jangan dilepaaassss.. oh… oh…” Rupanya si Rani pun mencapai oragnsmenya untuk yang kesekian kalinya.

Dia hanya terdiam dan kami pun lunglai berduaan diatas springbed telanjang bulat setelah bergelut dengan birahi selama kurang lebih 3 jam. Si Rani saya belai rambut hitamnya dengan mesra, saya cium pipinya dan saya kulum sebentar bibirnya, sebagi tanda terima kasih. Tidak terlihat di wajahnya rasa penyesalan sedikitpun, bahkan sepertinya dia mau mengulang lagi pertempuran malam itu.

Maka sejak saat itu apabila ada kesempatan untuk ML sama dia selalu kami lakukan kapan saja dan dimana saja tidak mengenal tempat dan waktu, sampai akhirnya dia pulang ke kampunya karena dipanggil sama orangtuanya untuk kawin, dan sejak itu saya tidak pernah ketemu lagi sama dia. Oh… sungguh pengalaman yang sangat nikmat. Selamat jalan Rani, Perawan kampung yang manis.


 AGEN JUDI BOLA TERBAIK DAN TERPERCAYA

Selasa, 17 Juli 2018

Pengalaman Bercinta Dengan Wulan Saat Kemah Di Puncak

Bercinta Degan Wulan Yang Bohai

 | PANENCERSEX |




Berikut adalah pengalaman bercintaku dengan Wulan yang sangat berkesan untukku. Ini terjadi kurang lebih lima tahun yang lalu (tepatnya tanggal 31 Desember 1995). Saat itu kelompok kami (4 lelaki dan 2 perempuan) melakukan pendakian gunung. Rencananya kami akan merayakan pergantian tahun baru di sana.

Sampai di tempat yang kami tuju hari telah sore, kami segera mendirikan tenda di tempat yang strategis.Setelah semuanya selesai, kami sepakat bahwa tiga orang lelaki harus mencari kayu bakar, sisanya tetap tinggal di perkemahan. Aku, Robby, dan Doni memilih mencari kayu bakar, sedangkan Fadli, Lia dan Wulan tetap tinggal di tenda.

Baru beberapa langkah kami beranjak pergi, tiba-tiba Wulan memanggil kami, katanya dia ingin ikut kelompok kami saja (alasannya masuk akal, dia tidak enak hati sebab Fadli adalah pacar Lia, dan Wulan tidak ingin kehadirannya di tenda mengganggu acara mereka).

Karena Fadli dan Lia tidak keberatan ditinggal berdua, kami (Robby, Doni, aku dan Wulan) segera melanjutkan perjalanan. Ada beberapa hal yang perlu aku ceritakan kepada pembaca tentang dua orang teman wanita kami. Lia sifatnya sangat lembut, dewasa, pendiam dan keibuan. Sifat ini bertolak belakang dengan Wulan.

Mungkin karena dia anak bungsu dan ketiga kakaknya semua lelaki, jadi Wulan sangat manja, tapi terkadang tomboy. Tapi di balik semua itu, kami semua mengakui bahwa Wulan sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Lia. Tidak berapa lama, sampailah kami pada tempat yang dituju, lalu kami mulai mengumpulkan ranting-ranting kering.

Sambil mengumpulkan ranting, kami membicarakan apa yang sedang dilakukan Fadli dan Lia di dalam tenda. Tentu saja pembicaraan kami menjurus kepada hal-hal porno. Setelah cukup apa yang kami cari, Robby mengusulkan singgah mandi dulu ke sungai yang tidak berapa jauh dari tempat kami berada. Wulan boleh ikut, tapi harus menunggu di atas tebing sungai sementara kami bertiga mandi. Wulan setuju saja.

Singkat kata, sampailah kami pada sungai yang dituju. Aku, Robby dan Doni turun ke sungai, lalu mandi di situ. Wulan kami suruh duduk di atas tebing dan jangan sekali-kali mengintip kami. Ketika sedang asyik-asyiknya kami berkubang di air, tiba-tiba kami mendengar Wulan menjerit karena terjatuh dari atas tebing.

Tubuhnya menggelinding sampai akhirnya ia tercebur ke dalam air. Cepat-cepat kami berlari mencoba menyelamatkan Wulan (kami mandi hanya menanggalkan baju dan celana panjang, sedangkan celana dalam tetap kami pakai). Robby yang pandai berenang segera menjemput Wulan, lalu menariknya dari air menuju tepi sungai. Aku dan Doni menunggu di atas.

Sampai di tepi sungai, tubuh Wulan basah kuyup. Sepintas kulihat lengan Robby menyentuh buah dada Wulan. Karena Wulan memakai T-Shirt basah, aku dapat melihat dengan jelas lekuk-lekuk tubuh Wulan yang sangat menggairahkan. Wulan merintih memegangi lutut kanannya. Aku dan Doni terpaku tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tapi Robby yang pernah ikut kegiatan penyelamatan dengan sigap membuka ikat pinggang Wulan lalu mencopot celana jeans Wulan sampai lutut.

Wulan berteriak sambil mempertahankan celananya agar tidak melorot. Sungguh, saat itu aku tidak tahu apa sebenarnya yang hendak Robby lakukan terhadap Wulan. Segalanya berjalan begitu cepat dan aku tidak menyimpan tuduhan negatif terhadap Robby. Aku hanya menduga, Robby hendak memeriksa luka Wulan. Tapi dengan melorotnya jeans Wulan sampai ke lutut, kami dapat melihat dengan jelas celana dalam wulan yang berwarna off-white (putih kecoklatan) dan berenda. Kontan penisku bangun. Robby memerintahkan aku dan Doni memegangi kedua tangan Wulan.

Seperti dihipnotis, kami menurut saja. Wulan semakin meronta sambil menghardik, “Rob, apa-apaan sih.., Lepas.., lepas! Atau saya teriak”. Doni secepat kilat membungkam mulut Wulan dengan kedua telapak tangannya. Robby setelah berhasil mencopot celana jeans Wulan, sekarang mencoba mencopot celana dalam Wulan. Sampai detik ini, akhirnya aku tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi. Aku tidak berani melarang Robby dan Doni, karena selain aku sudah merasa terlibat, aku juga sangat terangsang saat melihat kemaluan Wulan yang lebat ditumbuhi rambut-rambut hitam keriting. Wulan semakin meronta dan mencoba berteriak, tapi cengkeraman tanganku dan bungkaman Doni membuat usahanya sia-sia belaka.


Robby segera berlutut di antara kedua belah paha Wulan. Tangan kirinya menekan perut Wulan, tangan kanannya membimbing penisnya menuju kemaluan Wulan. Wulan semakin meronta, membuat Robby kesulitan memasukkan penisnya ke dalam lubang vaginanya. Doni mengambil inisiatif. Dia lalu duduk mengangkangi tepat di atas dada Wulan sambil tangannya terus membungkam mulut Wulan.

Tiba-tiba Wulan berteriak keras sekali. Rupanya Robby berhasil merobek selaput dara Wulan dengan penisnya. Secara cepat Robby menggerak-gerakkan pinggulnya maju mundur. Untuk beberapa menit lamanya Wulan meronta, sampai akhirnya dia diam pasrah.

Yang dia lakukan hanya menangis terisak-isak. Doni melepaskan telapak tangannya dari mulut Wulan karena dia merasa Wulan tidak akan berteriak lagi. Lalu dia mencoba menarik T-Shirt Wulan ke atas. Di luar dugaan, Wulan kali ini tidak mengadakan perlawanan, hingga Doni dan aku dapat melepaskan T-Shirt dan BH-nya. Luar biasa, tubuh Wulan dalam keadaan telanjang bulat sangat membangkitkan birahi. Tubuhnya mulus, dan buah dadanya sangat montok. Mungkin ukurannya 36B. Doni segera menjilati puting susu Wulan, sementara aku melihat Robby semakin kesetanan mengoyak-ngoyak vagina Wulan yang beberapa saat yang lalu masih perawan.

Aku sangat terangsang, lalu aku mulai memaksa mencium bibir Wulan. Ugh, nikmat sekali bibirnya yang dingin dan lembut itu. Aku melumat bibirnya dengan sangat bernafsu. Aku tidak tahu apa yang sedang Wulan rasakan. Aku hanya melihat, matanya polos menerawang jauh langit di atas sana yang menguning pertanda malam akan segera tiba.

Tangisnya sudah agak mereda, tapi aku masih dapat mendengar isak tangisnya yang tidak sekeras tadi. Mungkin dia sudah sangat putus asa, shock, atau mungkin juga menikmati perlakuan kasar kami. Tiba-tiba aku mendengar Robby menjerit tertahan. Tubuhnya mengejang. Dia menyemprotkan sperma banyak sekali ke dalam vagina Wulan.

Setengah menit kemudian Robby beranjak pergi dari tubuh Wulan lalu tergeletak kelelahan di samping kami. Doni menyuruhku mengambil giliran kedua. Aku bangkit menuju Vagina Wulan. Sepintas aku melihat sperma Robby mengalir ke luar dari mulut vagina Wulan. Warnanya putih kemerahan. Rupanya bercak-bercak merah itu berasal dari darah selaput dara (hymen) Wulan yang robek. Tanpa kesulitan aku berhasil memasukkan penis ke dalam vaginanya.

Rasanya nikmat sekali. Licin dan hangat bercampur menjadi satu. Dengan cepat aku mengocok-ngocok penisku maju mundur. Aku mendekap tubuh Wulan. Payudaranya beradu dengan dadaku. Dengan ganas aku melumat bibir Wulan. Doni dan Robby menyaksikan atraksiku dari jarak dua meter. Beberapa menit kemudian aku merasakan penisku sangat tegang dan berdenyut-denyut. Aku sudah mencoba menahan agar ejakulasi dapat diperlama, tapi sia-sia.

Spermaku keluar banyak sekali di dalam vagina Wulan. Aku peluk erat Tubuh Wulan sampai dia tidak dapat bernafas. Setelah puas, aku berikan giliran berikutnya kepada Doni. Aku lalu duduk di samping Robby memandangi Doni yang dengan sangat bernafsu menikmati tubuh Wulan. Karena lelah, kurebahkan tubuhku telentang sambil memandangi langit yang semakin menggelap. Beberapa menit kemudian Doni ejakulasi di dalam vagina

Setelah Doni puas, ternyata Robby bangkit kembali nafsunya. Dia menghampiri Wulan. Tapi kali ini dia malah membalikkan tubuh Wulan hingga tengkurap. Aku tidak tahu apa yang akan diperbuatnya. Ternyata Robby hendak melakukan anal seks. Wulan menjerit saat anusnya ditembus penis Robby. Mendengar itu Robby malah semakin kesetanan. Dia menjambak rambut Wulan ke belakang hingga muka Wulan menengadah ke atas.

Dengan sigap Doni menghampiri tubuh Wulan. Aku melihat Doni dengan sangat kasar meremas-remas buah dada Wulan. Wulan mengiba, “Aduhh.., sudah dong Ro.., ampun.., sakit Rob”. Tapi Robby dan Doni tidak menghiraukannya. “Oh, sempit sekali”, teriak Robby mengomentari lubang dubur Wulan yang lebih sempit dari vaginanya.

Setiap Robby menarik penisnya aku lihat dubur Wulan monyong. Sebaliknya saat Robby menusukkan penisnya, dubur Wulan menjadi kempot. Tidak lama, Robby mengalami ejakulasi yang kedua kalinya. Setelah puas, sekarang giliran Doni menyodomi Wulan. Melihat itu aku jadi kasihan juga terhadap Wulan. Di matanya aku melihat beban penderitaan yang amat berat, tapi sekaligus aku juga melihat sisa-sisa ketegarannya menghadapi perlakuan ini. Setelah Doni puas, Robby dan Doni menyuruhku menikmati tubuh Wulan.

Tapi tiba-tiba timbul rasa kasihan dalam hatiku. Aku katakan bahwa aku sudah sangat lelah dan hari sudah menjelang gelap. Kami sepakat kembali ke perkemahan. Robby dan Doni segera berpakaian lalu beranjak meninggalkan kami sambil menenteng kayu bakar. Wulan dengan tertatih-tatih mengambil celana dalam, jeans, lalu mengenakannya. Aku tanyakan apakah Wulan mau mandi dulu, dan dia hanya menggeleng. Dalam keremangan senja aku masih dapat melihat matanya yang indah berkaca-kaca. Kuambil T-Shirtnya. Karena basah, aku mengepak-ngepakkan agar lebih kering, lalu aku berikan T-Shirt itu bersama-sama dengan BH-nya.

Robby dan Doni menunggu kami di atas tebing sungai. Setelah Wulan dan aku lengkap berpakaian, kami beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Robby dan Doni berjalan tujuh meter di depanku dan Wulan. Di perkemahan, Fadli dan Lia menunggu kami dengan cemas. Lalu kami mengarang cerita agar peristiwa itu tidak menyebar. Untunglah Fadli dan Lia percaya, dan Wulan hanya diam saja. Tepat tengah malam di saat orang lain merayakan pergantian tahun baru, kami melewatinya dengan hambar. Tidak banyak keceriaan kala itu.

Kami lebih banyak diam, walau Fadli berusaha mencairkan keheningan malam dengan gitarnya. Esoknya, pagi-pagi sekali Wulan minta segera pulang. Kami maklum lalu segera membongkar tenda. Untunglah sesampainya di kota kami, Wulan merahasiakan peristiwa ini. Tapi tiga bulan berikutnya Wulan menghubungiku dan dia dengan memohon meminta aku bertanggung jawab atas kehamilannya. Aku sempat kaget karena belum tentu anak yang dikandungnya itu adalah anakku.

Tapi raut wajahnya yang sangat mengiba, membuatku kasihan lalu menyanggupi menikahinya. Satu bulan berikutnya kami resmi menikah. Wulan minta agar aku memboyongnya meninggalkan kota ini dan mencari pekerjaan di kota lain. Sekarang “anak kami” sudah dapat berjalan. Lucu sekali. Matanya indah seperti mata ibunya. Kadang terpikir untuk mengetahui anak siapa sebenarnya “anak kami” ini.

Tapi kemudian aku menguburnya dalam-dalam. Aku khawatir kebahagiaan rumah tangga kami akan hancur bila ternyata kenyataan pahitlah yang kami dapati. Akhir Desember 1997 kami menikmati pergantian tahun baru di rumah saja. Peristiwa ini kembali menguak kenangan buruknya. Matanya berkaca-kaca. Aku memeluk dan membelai rambutnya. Beberapa menit kemudian, dalam dekapanku dia mengaku bahwa sebelum peristiwa itu terjadi, sebenarnya dia sudah jatuh cinta padaku. Dia ikut mencari kayu bakar karena dia ingin bisa dekat denganku. Ya Tuhan, aku benar-benar menyesal. Pengakuannya ini membuat hatiku pedih tak terkira.

Baca juga ya ..  Pengalaman Dengan Tante Lia Yang Sexy jangan sampai ketinggalan update nya



 AGEN JUDI BOLA TERBAIK DAN TERPERCAYA

Keperawananku Hilang Di Ambil Kakak Kelas Ku

Keperawananku Hilang Di Ambil Kakak Kelas Ku

PANENCERSEX |




Dinda yang awalnya cupu setelah masuk SMA dia menjadi gaul dan Fashionable. Akibat pergaulanya itu bahkan dia sampai terjerumus dalam sexs bebas, sampai dia kehilangan keperawananya diusianya yang masih dini yaitu diusia 15 tahun.

Panggil saja aku Dinda usiaku 15 tahun aku baru saja masuk di bangku SMA. Aku anak pertama dari 2 bersaudara adikku laki-laki. Bapaku seorang polisi dan ibuku bekerja sebagai guru SD. Aku terlahir dari keluarga berada. Orangtuaku selalu mengupayakan yang terbaik untukku. Dia menginginkan aku sukses seperti mereka.

 Dulu aku bersekolah di kampung jauh dari keramaian kota. Kini aku disekolahkan ibukku di SMA favorit supaya cara berfikirku berkembang. Penampilanku sangat cupu kala itu dan sejak aku masuk SMA ibu merubah gaya berpakaianku layaknya orang kota. Pada waktu pendaftaran aku terlihat paling lusuh beda dengan yang lain.

Mereka rapi bersih dan pandai menata rambut, bahkan ada yang memakai make up saat bersekolah. Aku menyadari kalau aku dari kampung beda dengan mereka. Wajah teman baruku terlihat kalau mereka sombong , gaya bicaraku pun selalu ditertawakannya. Namun seiring berjalannya waktu aku bisa mengikuti gaya mereka karena orangtuaku mampu memberikan apa yang aku mau.

Dulu pas awal masuk sekolah ada MOS (Masa Orientasi Siswa) disitu semua siswa baru membawa keperluan macam-macam. Setiap hari ada saja yang harus dibawa, pulang sekolah pasti binggung cari peralatan hingga larut malam. MOS berjalan 3 hari dipimpin kakak kelas yang semena-mena dengan siswa baru. Membersihkan sampah di got, kamar mandi bahkan ada yang mengelap sepatu kakak kelas.

Jika ada yang melanggar atau salah membawa peralatan pasti langsung di hokum di depan umum. Untung saja selama tiga hari aku tertib tidak ada kesalahan apapun. Waktu cepat berlalu akhirnya usai sudah MOS yang menyiksa itu.

Aku sudah resmi menjadi siswa di SMA 1 yang memang pilihanku. Di hari pertama ibu membelikan aku sepatu baru yang branded tas yang bagus dan aku diajarin ibu untuk sedikit memakai make up. Ibu ingin melihatku seperti teman-temanku yang baru. Aku senang sekali sekarang aku berubah penampilan yang menurutku membuat aku makin cantik.

Aku memiliki badan yang tinggi sekitar 162cm sedikit berisi aku terpilih sebagai salah satu petugas paskibra. Ya itulah baris berbaris , yang terpilih memang yang memiliki tinggi badan diatas 160 cm. Aku senang berorganisasi apalagi kegiatan ini membuat aku dekat dengan kakak kelas yang ganteng-ganteng.

Ibuku juga mendukung semua kegiatan aku, namun dia melarang aku berpacaran dengan siapapun. Ibu ingin aku focus sekolah terlebih dahulu tidak memikirkan yang lainnya. Aku termasuk anak yang penurut, berangkat sekolah pulang sekolah selalu saja di antar jemput orangtuaku. 2 bulan aku bersekolah di situ banyak temanku , aku termasuk orang yang supel gampang bergaul dengan siapa saja.

Aku memiliki teman namanya Rika dia anak orang kaya cara penampilannya sangat heboh. Tidak ada yang bisa melebihi dia termasuk aku. Tapi pergaulan Rika sangatlah bebas, dia memiliki seorang pacar kakak kelas jadi satu sekolahan. Mereka selalu saja memanfaatkan waktu untuk berpacaran di kelas. Di kamar mandipun mereka bisa pacaran aku sempat kaget karena mereka ciuman di depan umum. Ntah apa yang dilakukan kalau di kamar mandi , ngeri rasanya.

 Jika memakai seragam serba mini kancing baju dibuka satu paling ujung sehingga terlihat payudaranya. Aku berteman baik dengannya namun aku juga harus pandai memilih mana yang tidak baik dicontoh di kehidupanku. Aku ingin membanggakan orangtuaku yang susah payah membiayaiku.

Tapi kenyataannya berbeda diusiaku yang masih dini lingkungan pergaulanku yang tidak baik membuat aku terlena. SMA 1 yang menjadi favorit itu hanyalah nama saja anak-anaknya ternyata sudah diracuni oleh pergaulan bebas. Ya tidak semua siswa tapi sebagian besar sudah tidak perawan yang cewek.

Aku juga termasuk di dalamnya. Waktu itu kenaikan kelas setelah tes semester pasti ada yang namanya classmate. Biasanya diisi dengan aktifitas bebas , olahraga atau pensi. Berangkat juga siang hari tidak haru stepat pukul 7. Seneng sekali kalau classmate bebas tidak ada yang mengatur karena guru sibuk membuat nilai.

Pada waktu itu ada pertadingan basket aku ikut melihat dilapangan bersama Rika. Dia dsamperin pacaranya aku pun pergi karena mereka kalau pacaran tidak tahu tempat. Tiba-tiba pacar Rika datang dengan temannya namanya Soni. Dia dikenalkan denganku, dia juga kakak kelasku, “hay Din..kenalin aku Soni…” “ehh..iya mas salam kenal…” “jangan panggil mas panggil saja Soni…” Aku ngobrol berdua sama Soni dia anak yang lucu pandai bikin aku tertawa.

Aku terbawa suasana rasanya nyaman sekali makan siang bareng di kantin. Mungkin enak kali ya punya pacara ada yang merhatiin dikantin ada yang nemenin. Seketika itu Soni mengatakan jika dia menyukaiku, “Din..kamu cantik ya, aku suka deh sama kamu…” “uuhuukkkk…” perkataan Soni membuat aku tersedak “kenapa kamu hati-hati dong Din…” “hmm iya, ah kamu bisa aja…” “serius ini Din aku suka sama kamu mau nggak jadi pacaraku?” “ahhh kamu kebanyakan bercanda deh….” “beneran aku serius Din…” wajahnya menatap aku dengan tajam “eeemm…emmm….ehm…temenan dulu aja kita kan baru kenal..” “yaudahlah aku tunggu jawaban kamu ya..” Sepertinya Soni memang beneran deh soalnya tatapan itu serius.

Waktu pulang sekolah pun tiba aku sudah di jemput bapak aku bergegas pulang takut bapak melihat aku dengan seorang pria. Aku pulang ke rumah disepanjang perjalanan aku bbm an dengan Soni. Sampai di rumah aku mandi dan tiduran hpku bunyi terus biasanya sepi tidak ada yang menghubungi aku. Sekarang setiap menit Soni selalu menanyakan aku lagi ngapain. Wah seneng juga ya sangat menghibur tapi aku takut jika ibu tahu pasti marah.

Hpnya aku silent supaya ibu tidak curiga. Aku janjian besok berangkat pagi karena ada pensi dan Soni adalah vocalis band di sekolah. Pagi tiba aku berangkat ke sekolah awal ibu yang mengantar aku. Aku juga bilang sama ibu kalau pulang sore karena ada pentas seni. Sesampainya disekolah aku bertemu Soni udah di dalam kelasku. Karena datang pagi sekolah masih sepi hanya aku berdua dengannya. Soni masih saja menanyakan hal yang sama dia memaksaku untuk menerima cintanya. Akhirnya aku menerima Soni sebagai pacar pertamaku.

 Dia tampak senang sekali wajahnya memerah aku pun malu,

 “makasih ya Din aku sayang deh sama kamu, ini hari jadian ya kita rayain yukk…”
 “hmmm rayain dimana emangnya?”
 “di ruang UKS ayo ikut aku ada kejutan buat kamu…”
 Aku dan Soni pergi ke ruang UKS yang berada di ujung kelas.

Aku masuk ruangan ada seikat bunga, so sweet banget deh. Kayaknya dia uda prepare dari tadi pagi tapi kenapa harus di UKS. Dia tiba-tiba mengunci pintu UKS, “Son..kenapa kamu kunci pintunya…” “ini hari jadian kita aku pengen rayain berdua takut ada yang masuk ke sini..”
 Aku masih saja nurut dengan perkataannya, tiba-tiba Soni mendekati aku yang duduk di kasur UKS. Dia memelukku dengan erat. Aku diam dan binggung harus melakukan apa, “aku sayang sama kamu Din sejak kamu berteman dengan Rika.

Percaya deh kita bakalan selamanya menjadi suami istri nantinya…”

 “ahh kamu lebay deh Son..”
 Dia masih memelukku dengan erat pelukan itu snagat hangat aku nyaman berada di dalam dengan Soni. Dia melepaskan pelukannya dia menatap wajahku. Kita saling bertatapan, dia mengecup bibirku secara perlahan. Aku menikmatinya ternyata ciuman itu enak sekali. Aku ketagihan aku membalas ciuman Soni dengan perlahan.

Dia meremas membelai pipiku dadaku dia belai. Aku merinding saat itu kayaknya aku mulai terbawa suasana. Setelah itu dia membelai tubuhku aku ditidurkan di kasur. Aku terbaring dia meremas kedua payudaraku perlahan kemudian semakin cepat. Aku menikmatinya enak sekali, “aaahhhh…..Son…aaakkkhh…..” Kemudian dia membuka kancing baju seragamku hingga aku hanya memakai bra saja. Dia tampak beringas wajahnya memerah mungkin dia sudah bergairah.

Lalu dia meremas dan mencium bibirku aku menikmati belaian demi belaian. Dia melepas bajunya dan celana hanya memakai celana dalam. Aku lihat penisnya berdiri tegak baru pertama kali aku melihat penis pria.

Bra ku dilepas rokku juga dilepas aku telanjang didepan matanya. Pacar pertamaku sudah berusaha membuat kenikmatan dengan ku. Aku nurut apa saja yang Soni lakukan, aku pasrah saat itu. Payudaraku yang masih kencang membuat dia semakin bergairah. Dia mengulum putting susuku dan memainkan putingku.

Diputar terus putingnya hingga aku lemas, “aaakkkhhh Son….nikmat ….oohh….aaakkkhhh……..” Lidahnya menjilati putting susuku dengan perlahan. Gairahku seakan bangkit aku dibuat lemas tak berdaya. Dia terus menjilati putting susuku kanan dan yang kiri dia putar-putar aku lemas tubuhku bergetar merasakan kenikmatan, “oooouuuuggghhh…..aaahhhh…aaahhhh…oohhhhh….ahhh….” Terus meracau merasakan kenikmatan pagi itu. dia kembali menciumi bibirku dan penisnya bergesekan dengan memekku.

Terus dia gesekkan nikmat dan geli campur jadi satu. Kemudian dia turun kebawah meraba-raba memekku. Dari atas hingga bawah , bulu kemaluanyang amsih jarang itu membuat dia semakinmudah memainkan jemarinya, “aaaakkkhhh Son…nikmat Son aaahhhhh…..ooooooouugghhh……”

Jarinya membuka lipatan demi lipatan memekku. Memekku basah mengeluarkan cairan seperti masturbasi karena merasakan kenikmatan demi kenikmatan. Jarinya masuk ked alma lubang memekku. Sepertinya dia mengecek apakah aku masih perawan atau tidak.

Jarinya masuk ke dalam memekku dan diputar-putar, “aaahhhhh..Son aku nggak tahan aaahhhhhh…nikmat ooohhh…..” Dia melepaskan jarinya dan menjilati selakanganku tubuhku bergerak bebas merasakan kenikmatan. Memekku juga dijilatinya klitorisku dimainkan dengan lidahnya, “Sonnn….aaahhhh….aaaaaakkhhhh…oooohhh aaaaahhh….oooooooouuuhhh…Sonn….” Lalu dia menciumku lagi menjilati seluruh tubuhku. Aku sangat horny dibuatnya, dia berusaha memasukkan penisnya ke dalam memekku.

Sebelumnya dia putar dan gesekkan penisnya di lubang memekku. Terasa geli sekali saat itu, “aaaaaaahh…..aaahhhh…aaahhhh……aaaakkkhh Sonn…..” Ujung penisnya perlahan masuk ke dalam memekku. Ujung penisnya berusaha masuk ke dalam memekku yang merekah itu, “aaaaakkkhhh oohhh…..aaaaaaaahhh Son…terus Sonnn…..” Penisnya masuk dan aku menjerit kesakitan. Keluar darah dari memekku selaput perawanku pecah banyak darah, “awwww..sakit Son aaahhhhhhh……”

Sakit sekali saat selaputku pecah dan bunyi “kreeekkkk…” Dia terus memasukkan penisnya maju mundur ke dalam memekku. Terus dia paksa masuk bibirnya terus mengulum bibirku sesekali menjilati putting susuku. Tanganku memeluk tubuhnya seakan dia mengalihkan rasa sakitku dengan membuat aku merasakan nikmat, “oooohhh aaahhhhhhh…aaahhhh….Son lagi son aaaahhh….” Dia berusaha menggoyang-goyangkan penisnya ke dalam memekku.

Di melakukan tekanan yang sangat keras nikmat sekali saat penisny amenusuk-nusuk lubang memekku. Dia menciumku tanganku semakin erat memeluknya. Gairah kita berdua sudah semakin memuncak, penis itu keluar masuk dengan cepat tak lama kemudian dia mengeluarkan cairan sperma.




 “cccrrrooooott…..ccccrooooottt….ccccrroootttttt……..” Dia semprotkan dibibirku, bibirku penuh dengan cairan sperma dan Soni menyuruhku untuk menelannya. Dia membershkan tubuhku dan mulutku. Setelah itu kita memakai pakaian kembali. Dia memeluk ku dengan erat, “terimakasih Din kamu sudah percaya sama aku..” Terdengar diluar sudah ramai banyak teman yang sudah datang aku merapikan penampilanku kembali. Sejak saat itu setiap hari aku ngeseks sama dia sepulang skeolah. Kadang aku juga datang ke penginapan untuk sekedar meluapkan hawa nafsu. Benar apa kata Rika seks itu buat ketagihan. Setiap hari aku selalu melihat film porno untuk menambah pengalaman biar Soni makin sayang aku. Itulah kisahku diperawani diusia 15 tahun oleh kakak kelasku Soni dan dia adalah pacar pertamaku yang mengajari aku tentang seks hingga saat ini. Sekian.


agen bola terbaik dan terpercaya





Senin, 16 Juli 2018

Peselingkuhan Yang Berujung Perkosaan

Berselingkuh Dengan Pembantuku Yang Semok dan Bohai

PANENCERSEX |




Gila, hanya kata itu yang ada dalam benakku saat mengingat kisah pemerkosaan dari para pembantuku yang hingga kini menjadi skandal perselingkuhan. Aku dibuat liar oleh mereka, sungguh ini bukan kehendakku tapi aku sangat menikmatinya. Cerita panas yang sampai kini menjadi rahasia dalam rumah tanggaku.

Di dalam ruangan itu terlihat sunyi beberapa dari mereka tidak sanggup melihat dua orang suami istri terbujur kaku, sedangkan di sampingnya terdapat anak yang masih berusia 11 tahun yang sedang menangisi ke dua orang tuanya, karena merasa kasihan aku meminta izin suamiku untuk menemuinya, setelah mendapat izin aku lalu menghampiri anak tersebut berharap dapat menenangkan hati anak tersebut, “Al..” panggilku pelan sambil duduk di sampingnya, “sudah jangan nagis lagi, biarkan kedua orang tuamu beristirahat” Anak itu tetap menangis, beberapa detik dia memandangku dan tidak lama kemudian dia langsung memelukku dengan air mata yang bergelinang, “tante, hiks…hiks… Aldi ga mau sendirian, Aldi mau mama, papa…” dengan penuh rasa kasih sayang aku mengelus punggungnya berharap dapat meringankan bebannya, “tante… bangunin mama,”katanya sambil memukul pundakku, aku semakin tak kuasa mendengar tangisnya, sehingga air matakupun ikut jatuh, “Aldi, jangan sedih lagi ya?

Hhmm… kan masih ada tante sama om,” aku melihat ke belakang ke arah suamiku sambil memberikan kode, suami ku mengangguk bertanda dia setuju dengan usulku, “mulai sekarang Aldi boleh tinggal bersama tante dan om, gi mana?” tawarku sambil memeluk erat kepalahnya, Sebelum lebih jauh mohon izinkan aku untuk memperkenalkan diri, namaku Lisa usia 25 tahun aku menikah di usia muda karena kedua orang tuaku yang menginginkannya, kehidupan keluargaku sangaatlah baik, baik itu dari segi ekonomi maupun dari segi hubungan intim, tetapi seperti pepata yang mengatakan tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan hidupku walaupun aku memiliki suami yang sangat mencintaiku tetapi selama 4 tahun kami menikah kami belum juga dikaruniai seorang anak sehingga kehidupan keluarga kami terasa ada yang kurang, tetapi untungnya aku memiki seorang suami yang tidak perna mengeluh karena tidak bisanya aku memberikan anak untuknya untuk membalas budi baik kakakku, aku dan suamiku memutuskan untuk merawat anaknya Aldi karena kami pikir apa salah menganggap Aldi sebagai anak sendiri dari pada aku dan suamiku harus mengangkat anak dari orang lain, #### Sudah satu minggu Aldi tinggal bersama kami, perlahan ia mulai terbiasa dengan kehidupannya yang baru, aku dan suamiku juga meresa sangat senang sekali karena semenjak kehadirannya kehidupan kami menjadi lebih berwarna, suamiku semakin bersemangat saat bekerja dan sedangkan aku kini memiliki kesibukan baru yaitu merawat Aldi,

“Bi…. tolong ambilin tasnya Aldi dong di kamar saya,” kataku memanggil bi Mar Hari ini adalah hari pertama Aldi bersekolah sehingga aku sangat bersemangat sekali, setelah semuanya sudah beres aku meminta pak Rojak untuk mengantarkan Aldi ke sekolahnya yang baru, beberapa saat Aldi terseyum ke arahku sebelum dia berangkat ke sekolah. Seperti pada umumnya ibu rumah tangga, aku berencana menyiapkan makanan yang special untuk Aldi sehingga aku memutuskan untuk memasak sesuatu di dapur, tetapi saat aku melangkah ke dapur tiba-tiba kakiku terasa kaku saat melihat kehadiran pak Isa yang sedang melakukan hubungan intim dengan mba Ani, mereka yang tidak menyadari kehadiranku masih asyik dengan permainan mereka, “Hmm… APA-APAAN INI?” bentakku ke pada mereka, mendengar suaraku mereka terlihat tanpak kaget melihat ke hadiranku, “kalian benar-benar tidak bermoral, memalukan sekali!” Mereka tanpak terdiam sambil merapikan kembali pakaian mereka masing-masing, beberapa saat aku melihat penis pak Isa yang terlihat masih sangat tegang, sebenarnya aku sangat terkejut melihat ukuran penis pak Isa yang besar dan berurat, berbeda sekali dengan suamiku, “maafin kami Bu,” kini Ani membuka mulutnya, sedangkan pak Isa masih terdiam, “Maaf… kamu benar-benar wanita murahan, kamu tahu kan pak Isa itu sudah punya istri kenapa kamu masih juga menggoda pak Isa, kamu itu cantik kenapa tidak mencari yang sebaya denganmu?” emosiku semakin memuncak saat mengingat bi Mar istri dari pak Isa, “saya tidak menyangka ternyata anda yang sangat saya hormati ternyata tidak lebih dari binatang, betapa teganya anda menghianati istri anda sendiri,” beberapa kali aku menggelengkan kepalahku, sambil menunjuk ke arahnya, “maaf Bu ini semua salah saya, jangan salahkan Ani” kata pak Mar yang membela Ani, “mulai sekarang kalian saya PECAT, dan jangan perna menyentuh ataupun menginjak rumah ini, KELUAR KALIAN SEMUA!!” bentakku Mendengar perkataanku

Ani terlihat pucat tidak menyangkah kalau kelakuan bisa membuatnya kehilangan pekerjaan, sedangkan pak Isa terlihat tenang-tenang saja malahan pak Isa tanpak terseyum sinis, “he..he… Ibu yakin dengan keputusan Ibu,” pak Isa tertawa mendengar perkataanku, perlahan pak Isa mendekatiku, “jangan perna main-main dengan saya Bu,” ancamnya dengan sangat sigap pak Isa menangkap kedua tanganku, “apa-apaan ini lepaskan saya, atau saya akan berteriak,” aku mencoba mengancam balik mereka yang sedang mencoba mengikat kedua tanganku, “teriak saja Bu, tidak akan ada orang yang mendengar,” timpal Ani sambil membantu pak Isa mengikat kedua tanganku, Apa yang di katakan Ani ada benarnya juga, tetapi walaupun begitu aku tidak mau menyerah begitu saja dengan susah paya aku berusaha melepaskan diri tapi sayangnya tenagaku kalah besar dari mereka berdua, tanpa bisa berbuat apa-apa aku hanya dapat mengikuti mereka saat membawaku ke dalam kamar pak Isa. Sesampai di kamar aku di tidurkan di atas kasur yang tipis, sedangkan Ani mengambil sebuah Hp dan ternyata Hp itu di gunakan untuk merekamku,

 sehingga kehawatiranku semakin menjadi-jadi. “kalian biadab, tidak tau terimakasih ****** kalian!” air mataku tidak dapat kubendung lagi saat jari-jemari pak Isa mulai merabahi pahaku yang putih, “ja-jangan, mau apa kalian lepaskan saya ku mohon jangan ganggu saya,” kataku di sela-sela isak tangis, “siapa suruh ikut campur urusan saya, he…he… maaf bu ternyata hari ini adalah hari keberuntungan saya, dan hari yang sial bagi Ibu,” semakin lama aku merasa tangannya semakin dalam memasuki dasterku, “tidak di sangkah impian saya akhirnya terkabul juga,”” sambungnya sambil meremasi paha bagian dalamku, “makanya Bu jangan suka ikut campur urusan orang,” kini giliran Ani yang menceramahiku, “ya, saya ngaku salah tolong lepasin saya,” kini aku hanya dapat memohon agar mereka sedikit iba melihatku, tetapi sayangnya apa yang kuharapkan tidak terjadi, pak Isa tanpa semakin buas memainkan diriku Aku hanya dapat melihat pasrah saat dasterku terlepas dari tubuhku, kedua payudaraku yang memang sudah tidak tertutupi apa-apa lagi dapat dia nikmati, jari-jarinya yang kasar mulai memainkan selangkanganku, “sslluupss…sslluuppss… hhmm…. ayo Bu puaskan saya?” pinta pak Isa, sambil mengulum payudaraku beberapa kali lidahnya menyapu putting susuku yang mulai mengeras, “ko’ memiawnya basah bu, he…he…” memang harus diakui, tubuhku tidak dapat membohonginya walaupun bibirku berkata tidak, “wa…wa… Ibukan sudah punya suami ko’ masih juga menggoda laki orang lain, ga malu ya Bu,” Ani melotottiku seolah-olah ingin membalas perkataanku tadi, “dasar wanita munafik, sekarang Ibu tau kan kenapa saya menyukai pak Isa,”bentak Ani kepadaku, sehingga membuat hatiku terasa amat sakit mendengarnya, “aahhkk… pak, hhmm…. pak sudah jangan di terusin…” kataku dengan kaki yang tidak dapat diam saat jarinya menyelusup kedalam vaginaku yang sudah banjir, perlahan kurasakan jari telunjuknya menyelusuri belahan vaginaku, “oo… enak ya? he…he…” pa

Isa tertawa melihatku yang sudah semakin terangsang, leherku terasa basah saat lidah pak Isa menjilati leherku yang jenjang, Dengan sangat kasarnya pak Isa menarik celana dalamku, sehingga vaginaku yang tidak di tumbuhi rambut sehelaipun terlihat olehnya, aku memang sangat rajin mencukur rambut vaginaku agar terlihat lebih bersi dan seksi. Ani berjongkok di sela-sela kakiku, kamera Hp di arahkan persis di depan vaginaku yang kini sudah tidak ditutupi oleh sehelai kain, tanpa memikirkan perasaanku pak Isa membuka bibir vaginaku sehingga bagian dalam vaginaku dapat di rekam jelas oleh Ani, beberapa kali jari telunjuk pak Isa menggesek clitorisku, “ohk pak plisss.. jangan…? saya malu…” aku merasa sangat malu sekali di perlakukan seperti itu, baru kali ini aku bertelanjang di depan orang lain bukan suamiku sendiri, “Ha…ha… malu kenapa Bu? ****** aja tidak malu ga pake baju masa ibu malu si…” katanya yang semakin merendahkan derajatku, setelah puas mempertontonkan vaginaku di depan kamera, pak Isa bertukar posisi dengan Ani untuk memegangi kakiku sedangkan pak Isa berjongkok tepat di bawa vaginaku, Dengan sangat lembut pak Isa menciumi pahaku kiri dan kanan secara bergantian, semakin lama jilatannya semakin ke atas menyentuh pinggiran vaginaku, “aahkk… sudah pak, rasanya sangat geli hhmm…” aku berusaha sekuat tenaga mengatupkan kedua kakiku tetapi usahaku sia-sia saja, dengan sangat rakus pak Isa menjilati vaginaku yang berwarna pink, sedangkan Ani tanpa puas melihat ke adaanku yang tak berdaya, “nikmatin aja Bu, he..he.. saya dulu sama seperti ibu selalu menolak tapi ujung-ujungnya malah ketagihan” kata Ani tanpa melepaskan pegangannya terhadap kakiku, Semakin lama aku semakin tidak tahan, tiba-tiba aku merasa tubuhku seperti di aliri listrik dengan tegangan yang tinggi, kalau seandainya Ani tidak memegang kakiku dengan sangat erat mungkin saat ini wajah pak Isa sudah menerima tendanganku, mataku terbelalak saat orgasme melandah tubuhku dengan sangat hebat, cairan vaginaku meleleh keluar dari dalam vaginaku, sehingga tubuhku terasa lemas, “ha…ha… bagaimana Bu, mau yang lebih enak….” pak Isa tertawa puas, aku hanya dapat menggelengkan kepalaku karena aku sudah tidak mampu lagi untuk mengeluarkan suara dari mulutku, perlahan pak Isa berdiri sambil memposisikan penisnya tepat di depan vaginaku, “aahkk… sakit…” aku memikik saat kepala penisnya menerobos liang vaginaku, “uuhk… hhmm… pelan-pelan pak…” pintaku sambil menarik napas menahan rasa sakit yang amat sangat di vaginaku karena ukuran penis pak Isa jauh lebih besar dari penis suamiku, “tahan Bu, bentar lagi juga enak ko’ “ kata Ani yang kini melepaskan ikatan di tanganku, setelah ikatanku terlepas Ani kembali merekam adegan panas yang kulakukan, Dengan sangat cepat pak Isa menyodok vaginaku sehingga terdengar suara “plokkss….ploskkss…” saat penisnya mentok ke dalam vaginaku yang mungil, “aahhkk… aahhkk… aaahh… oooo…”semakin cepat sodokannya suaraku semakin lantang terdengar, “oh yeeaa… enak

Bu, hhmm… ternyata memiaw Ibu masih sempit sekali walaupun sudah perna menikah,” katanya memujiku, tetapi mendengar pujiannya aku tidak merasa bangga melainkan aku meresa jijik terhadap diriku sendiri, Aku merasa vaginaku seperti di masuki benda yang sangat besar yang mencoba mengorek isi dalam vaginaku, rasanya memang sangat sakit sekali tetapi di sisi lain aku merasa sangat menikamati perkosaan rehadap diriku, selama ini aku belum perna merasakan hal seperti ini dari suamiku sendiri, “ayo sayang, bilang kalau tongkol saya enak…” dengan sangat kasar pak Isa meremasi kedua payudaraku, “ti-tidak…. ahk… hhmm…” aku di buat merem melek olehnya, “ha..ha.. kamu mau jujur atau tidak, kalau tidak hhmm… saya akan adukan semua ini kepada suamimu, ha…ha…” katanya mengancamku dengan tawa yang sangat menjijikan, “ja-jangan pak,” aku memohon ke padanya, karena takut dengan ancamannya akhirnya aku menyerah juga “iya, aahhkk… aku suka…” kataku dengan suara yang hampir tidak terdengar, “APA… SAYA TIDAAK MENDENGAR?”

pak Isa berteriak dengan sangat kencang sehingga gendang telingaku terasa mau pecah mendengar teriakannya, “IYA PAK, ENAK SEKALI SAYA SUKA SAMA tongkol BAPAK….aahhk…uuhhkk!!” dengan sekuat tenaga aku berusaha tegar dan berharap semuanya cepat berlalu, Setelah berapa menit kemudian tubuhku kembali merasa tersengat oleh aliran listrik saat aku kembali mengalami orgasme yang ke dua kalinya, Dengan sangat kasarnya pak Isa menarik tubuhku sehingga aku berposisi menungging, pantatku yang bulat dan padat menghadap dirinya, “hhmm… indah sekali pantatmu sayang” katanya sambil meremasi bongkahan pantatku, “pak, saya mohon cepat lakukan,” “ha..ha.. kenapa Bu, sudah ga tahan” berkali-kali pantatku menerima pukulan darinya, sebenarnya aku tidak menyangka dengan kata-kataku tadi bisa membuatku semakin renda di mata mereka, sebenarnya aku hanya bermaksud agar semua permainan ini segera berakhir tapi sayangnya pak Isa tidak menginginkan itu, “tenang Bu, santai saja dulu?” Pak Isa sangat pintar memainkan tubuhku, dengan sangat lembut jari kasarnya menyelusuri belahan pantatku dari atas hingga ke bawah belahan vagianaku, gerakan itu di lakukan berkali-kali sehingga pantatku semakin terlihat membusung ke belakang, “ohhkk… pak, hhhmm….” ku pejamkan mataku saat jarinya mulai menerobos lubang anusku, dengan gerakan yang sangat lembut jarinya keluar masuk dari dalam anusku, “ahhkk….ooo… ssstt…uuuuu… pak” ternyata rintihanku membuat pak Isa semakin mempercepat gerakan jarinya, pak Isa dengan rakusnya kembali menjilati vaginaku dari belakang sedangkan jari-jarinya masih aktif mengocok anusku.

 Pada saat aku sangat terangsang tiba-tiba kami mendengar suara ketukan yang kuyakini itu adalah pak Rojak yang baru pulang dari mengantar Aldi, “Pak Rojak tolongin saya…” kataku berharap ia bisa membantuku untuk lepas dari pelecehan yang ku alami, dengan santainya Ani membukakan pintu tanpa rasa takut kalau pak Rojak mengadukan kejadian ini ke pada suamiku, pak Rojak tanpak kaget saat melihat keadaanku yang sedang di gagahi oleh pak Isa, “pak, tolong ku mohon,” kataku memelas, “Wa…wa…. apa-apaan ini, “ beberapa kali pak Rojak menggelengkan kepalahnya dengan mata yang tak henti-hentinya memandangi tubuh mulusku, “Udah pak, jangan sok mau jadi pahlawan kalau bapak mau embat aja, dia sudah menjadi budaknya saya,” pak Isa mulai membujuk pak Rojak dan aku hanya bisa berharap pak Rojak tidak memperdulikan tawaran pak Isa, “kenapa bengong? sini ikutan!” ajaknya lagi “jangan pak saya mohon tolongin saya,” aku mengiba ke pada pak Rojak, tetapi pak Isa tidak mau kalah kedua jarinya membuka bibir vaginaku, “bapak liat ni, memiawnya sudah basa banget… wanita ini munafik” pak Rojak terdiam seperti ada yang sedang di piirkannya, “memiawnya masih sempit lo, apa lagi anusnya kayaknya masih perawan,” bujuk pak Isa berharap pak Rojak mau bergabung dengannya untuk menikmati tubuhku, Akhirnya pak Rojak tidak tahan melihat vaginaku yang becek terpampang di depannya, “hhmm… oke lah tapi boolnya buat saya ya, ” tubuhku semakin terasa lemas, kini aku sudah tidak tau harus meminta tolong ke pada siapa lagi, perlahan pak Rojak mendekatiku, “sekarang Ibu dudukin tongkol saya, cepat…” perintah pa Isa sambil tidur telentang dengan penis yang mengancung ke atas, dengan sangat pelan aku menuduki penis pak Isa, “eennnggkk…. “ aku menggigit bibir bawahku saat kepala penis pak Isa kembali menembus vaginaku, perlahan penis itu amblas ke dalam vaginaku, dengan sangat erat pak Isa memeluk pinggangku agar tidak dapat bergerak, Setelah melepas semua pakaian yang ada di tubuhnya, pak Rojak mendekatiku dengan penis berada di depan anusku beberapa kali pak rojak menamparkan penisnya ke pantatku, “pak sakit… aahhkk… aahkk… ja-jangan pak saya belum pernah” aku berusaha melepaskan diri saat pak Rojak mulai berusaha memasuki anusku, sempat beberapa kali ia gagal meembus anusku yang memang masih perawan, “ha…ha… ayo dong Pak, masak kalah sama cewek si…” kata pak Isa mmemanas-manasi pak Rojak agar segera membobol anusku, pak rojak yang mendengar perkataan pak Isa menjadi lebih beringas dari sebelumnya, “AAAAAA….” aku berteriak sekencang-kencangnya saat penis pa Rojak berhasil menerobos anusku, tanpa memberikan aku nafas ia menekan penisnya semakin dalam, “aahkk…. oohhkk… pak, hhmm…” aku merintih ke sakitan saat pak Rojak mulai memaju mundurkan penisnya di dalam anusku, “gi mana pak? Enak kan?” tanya pak Isa yang kini ikutan memaju mundurkan penisnya di dalam vaginaku, “eehhkknngg… mantab pak, enak banget he….he… hhmm….” semakin lama kedua pria tersebut semakin mempercepat tempo permainan kami, Sudah beberapa menit berlalu kedua orang pria ini belum juga menunjukan kalau mereka ingin ejakulasi, sedangkan diriku sedah beberapa kali mengalami orgasme yang hebat sehingga tubuhku terasa terguncang oleh orgasmeku sendiri.

Setelah beberapa menit aku mengalami orgasme tiba-tiba pak Isa menunjukan bahwa dia juga ingin mencapai klimaks. Dengan sekuat tenaga pak Isa semakin menenggelamkan penisnya ke dalam vaginaku dalam hitungan beberapa detik kurasakan cairan hangat membasahi rahimku, “aahkk… enak…. hhmm…” gumamnya saat menyemburkan sperma terakhirnya, setelah puas menodaiku pak Isa melepas penisnya di dalam vaginaku begitu juga dengan pak Rojak yang melepaskan penisnya di dalam anusku, “buka mulutmu cepetan,” perintah pak Rojak sambil menarik wajahku agar menghadap ke arah penisnya yang terlihat berdeyut-deyut, aku sangat kaget sekali saat pak Rojak memuntahkan spermanya ke arah wajahku, sehingga wajahku ternodai oleh sperma pak Rojak, Kini aku benar-benar sudah tidak memiliki tenaga sedikitpun, untuk mengangkat tubuhku saja terasa sangat berat sekali, sedangkan mereka tanpa puas memandangku yang sedang berpose mengangkang di depan mereka karena kedua kakiku kembali dipegangi Ani, sperma yang tadi di muntahkan pak Isa terasa mengalir keluar dari dalam vaginaku, ********

 Aku duduk di atas sofa sambil melihat anak angkatku Aldi yang sedang di temani suamiku belajar, wajah mereka terlihat sangat cerah sekali bertanda bahwa mereka sangat bahagia, entah kenapa tiba-tiba di pikiranku terlintas kembali apa yang terjadi tadi pagi yang menimpa diriku, semakin aku berusaha melupakannya rasanya ingatan itu semakin menghantuiku, aku tidak bisa membayangkan kalau sampai suamiku mengetahui kalau aku di perkosa oleh ketiga pembantuku sendiri, “hhmm… gi mana Aldi sudah negerti belom” kataku sambil mengucek rambutnya yang sedang sibuk menghitung soal yang di berikan suamiku, “ya sudah kalau begitu mama bikinin minuman dulu ya, buat kalian,” kataku yang di sambut dengan teriakan mereka berdua, Baru satu langkah aku keluar dari kamar tiba-tiba pergelangan tanganku terasa sakit saat pak Rojak menarik tanganku, “bapak apaan sih!?” bentakku dengan suara yang sangat pelan, “ssstt… jangan berisik…” kata pak Rojak dengan jari telunjuk di bibirnya, “nanti suami dan anak mu dengar, hhmm… bapak cuman mau ini Bu,” katanya lagi sambil mencubit payudaraku, dengan sigap aku mundur ke belakang, “jangan main-main pak,” beberapa kali aku memandang pintu kamarku yang tidak tertutup rapat, tetapi pak Rojak tidak kehabisan akal dia balik mengancamku dengan mengatakan akan membongkar semua rahasiaku ke pada suamiku, sehingga nyaliku menjadi ciut, “oke, hhmm… kalau begitu bapak ikut saya” kataku dengan suara yang bergetar, karena sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa, dia terseyum puas melihatku tak berdaya dengan permintaanya, “maaf Bu, saya inginnya di sini bukan di tempat lain,” katanya dengan suara yang cukup jelas, setelah berkata seperti itu pak Rojak langsung memelukku dengan erat sehingga aku sulit bernafas, “hhmm… bauh tubuh ibu benar-benar menggoda saya,” perlahanku rasakan lidahnya menjulur ke leherku “pak ku mohon, jangan di sini” pintaku ke padanya, Pak Rojak yang mengerti kekhawatiranku langsung membalik tubuhku menghadap daun pintu kamarku yang sedikit terbuka, “Ibu bisa bayangkan kalau sampai orang yang sedang di dalam kamar Ibu mengetahui apa yang sedang Ibu lakukan,” ancamnya sambil menarik rambutku sehingga aku harus menutup mulutku dengan telapak tanganku agar suara terikanku tidak terdengar oleh suami dan anakku, “Pak ku mohon jangan di sini,” aku hanya bisa menurut saja saat pak Rojak menyuruhku untuk menungging dengan tangan yang menyentuh lantai, sedangkan wajahku menghadap ke celah pintu kamarku yang terbuka, “tahan ya Bu,” katanya sambil menyingkap dasterku, sehingga celana dalamku yang berwarna hitam terpampang di depan matanya, dengan sangat kasar pak Rojak meremas kedua buah pantatku yang padat sehingga aku tak tahan untuk tidak mendesah, “aahkk.. pak hhmm.. ja-jangan di sini pak,” pak Rojak diam saja tidak mendengar kata-kataku melainkan pak Rojak semakin membuatku terangsang dengan mengelus belahan vaginaku dari belakang, “kalau kamu tidak mau ketahuan jangan bicara,” bentak pak Rojak sambil memukul pantatku “ta-tapi pak, oohhkk… aku ga kuat,” kataku dengan suara yang sangat pelan, “ku mohon pak mengertilah,”

 Pak Rojak seolah-olah tidak mau tahu, kini dengan rakusnya pak Rojak menjilati vaginaku yang masih tertutup celana dalamku, sehingga aku merasa celana dalamku tampak semakin basah oleh air liurnya. Setelah puas menciumi vaginaku pak Rojak memintaku untuk membuka celana dalamku sendiri masih dengan posisi menungging. Sangat sulit bagiku untuk melepaskan celana dalamku dengan posisi menungging belum lagi aku harus bekonsentrasi agar suaraku tidak keluar dengan keras walaupun pada akhirnya aku berhasil menurunkan celana dalamku sampai ke lutut, “hhuuu… mantab….” katanya sambil merabahi vaginaku dari belakang, “kamu mau tahukan gimana rasanya ngent*t di depan suamimu sendiri,” katanya lagi sambil menunjuk ke arah suamiku yang sedang mengajari anaku Aldi, “pak, ja-jangan…” aku sangat takut sekali kalau suamiku melihat ke arahku, tiba-tiba aku di kejutkan dengan jari telunjuk pak Rojak yang langsung memasuki vaginaku sehingga aku terpekik cukup keras, “sayang… ada apa?” kata suamiku dari dalam, saat mendengar suaraku. “aahkk… tidak pa, cuman hhmm.. tadi ada tikus lewat,” jawabku asal-asalan agar suamiku tidak curiga ke padaku, tetapi untungnya suamiku tidak melihat ke arahku, dalam ke adaan terjepit seperti ini pak Rojak masih asyik mempermainkan vaginaku dari belakang, “ada tikus??” katanya lagi seolah-olah tidak percaya, “apa perlu papa yang usir,” mendengar tawarannya nafasku teras berhenti tetapi untungnya aku masih banyak akal, “aahhgg… ga usah hhmm.. pa…” kataku terputus-putus menahan rasa nikmat yang di berikan pak Rojak kepadaku, untungnya suamiku tidak curiga dengan suaraku, “asyikan Bu, ngobrol dengan suami sambil di mainin memiawnya,” aku memandangnya dengan wajah yang memerah karena nafsuku sudah di puncak, “ko’ diam cepat ajak suami Ibu ngobrol,” mendengar perkataanya aku langsung melotot ke arahnya, “Ibu mau kalau suami Ibu tau apa yang sekarang Ibu lakuin,” mendengar ancamannya aku kembali terdiam,

 Dengan sangat terpaksa aku kembali mengajak suamiku mengobrol, walaupun di dalam hati aku merasa was-was takut kalau suamiku menyadari suaraku yang berubah menjadi desahan, “paaa… ma-mau minum apa?” tanyaku yang kini sedang diperkosa oleh pak Rojak, tanpa kusadari pak Rojak sudah memposisikan penisnya di depan ibir vaginaku sehingga beberapa kali aku terpanjat saat pak rojak menghantamkan penisnya dengan sangat keras ke dalam vaginaku, “terserah mama saja… papa sama Aldi ikut aja,” “iya ma, apa aja asalkan enak,” sambung Aldi, Waktu demi waktu telah berlalu sehingga sampai akhirnya sikapku berubah menjadi sedikit liar dan mulai menyukai cara pak Rojak memperkosaku walaupun pada awalnya hatiku terasa miris sekali di perlakukan seperti ini, “aahk…. pak hhmm.. enak,” aku melenggu panjang saat orgasme melandahku, kini perkosaan yang ku alami berganti dengan perselingkuhanku dengan pembantuku, “ohhk… memiaw istri majikan ternyata enak sekali, ahhkk…” katanya yang terus-terusan menggoyang penisnya di dalam vaginaku, “pak… aahhkk… eehkk… aku, hhmm… ingin keluarrr, uuhhkk…” kali ini suaraku terdengar sangat manja Beberapa menit kemudian kami mengerang bersamaan saat kenikmatan melanda kami berdua, setelah merasa puas aku dan pak Rojak kembali merapikan pakaian kami masing-masing, sebelum pak Rojak pergi meninggalkanku sempat terlihat seyumannya yang tersungging di bibirnya. Setelah membuatkan minuman aku kembali ke kamarku menemui anak dan suamiku, mereka terlihat tanpak senang sekali melihatku hadir dengan membawa minuman dan makanan kecil, “ini di minum dulu, nanti baru di lanjutin lagi,” kataku sambil meletakan cangkir dan piring di atas meja kecil yang di gunakan Aldi untuk belajar, “makasi mama…” kata Aldi yang langsung saja menyambar minuman yang baru ku bikin, entah kenapa setiap kali melihat Aldi hatiku terasa menjadi damai, dan semua masalah seperti terlupakan, Aku merasa sedikit aneh, saat suamiku memandangku dengan tatapan mencurigakan sehingga aku memberanikan diri untuk bertanya ke padanya, “ada pa, ko memandang mama seperti itu” kataku sambil mengupas jeruk untuk Aldi yang sedang menulis, suamiku mendekatkan mulutnya ke telingaku, “hhmm.. sayang ko’ kamu bau hhmm… gitulah…” mendengar pertanyaannya jantungku terasa berhenti, “bau, bau apa pa?” tanyaku untuk memastikan apa maksud dari pertanyaan suamiku, “kamu tadi ko’ lama ma,” kami terdiam beberapa saat, “mama abis dari kamar mandi ya, hhmmm… papa jadi curiga ni,” katanya sambil tertawa memandangku, mendengar perkataanya aku menjadi sedikit lega, “Iya ni pa, abis kangen si…” kataku manja sambil mencubit penis suamiku.

Setelah yakin Aldi tertidur pulas, suamiku mengjakku untuk melayaninya semalaman suntuk. Tubuhku memang terasa lelah karena seharian harus mengalami orgasme, tetapi di sisi lain aku sangat senang karena suamiku tidak mencurigai aku karena bau tubuhku seperti bau orang yang habis bercinta. Hampir tiap hari aku merengkuh kenikmatan bersama para pembantuku, kenikmatan yangh tidak aku dapatkan dari suamiku yang membuat aku semakin liar.

 AGEN JUDI BOLA TERBAIK DAN TERPERCAYA